Liputan6.com, Jakarta - Abdurrauf bin Ali Alfansuri, Sosok Grand Mufti Aceh yang juga dikenal dengan nama Abdurrauf Singkil, merupakan ulama rujukan bagi beberapa ulama besar yang tersebar diberbagai daerah di nusantara.
Ia menjadi rujukan karena karya-karyanya yang salah satunya merupakan Kitab Tafsir Al-Quran pertama berbahasa Melayu di Nusantara. Selain itu, Syekh Abdurrauf Singkil juga dikenal sebagai ulama yang berani memberi dukungan kepada pemimpin perempuan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ahmad Ginanjar Sya'ban, seorang Filolog Santri dalam serial 'Inspirasi Sahur 2023' yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan saat menjelang Sahur, Selasa, (28/3/2023) dipandu oleh Host Aprilia Putriningrum.
Advertisement
"Syekh Abdurrauf Singkil lahir pada abad 17 di tanah rencong, singkil Aceh," ungkapn Ginanjar.
Sebagai seorang ulama Syekh Abdurrauf Singkil dikenal sebagai mahaguru dari berbagai ulama ulama besar yang tersebar di beberapa daerah nusantara, mulai dari tanah Pasundan, Mataram, Nusa Tenggara, hingga Tanah Minangkabau.
Syekh Abdurrauf Singkil, katanya, merupakan ulama yang menulis berbagai karya dalam beberapa jenis keilmuan, salah satunya berupa karya Yurisprudensi Islam. Karya tersebut ditulis dalam Bahasa Melayu dengan judul Mir’atuttullab.
Di samping itu, Syekh Abdurrauf juga menulis Kitab Tafsir berjudul Turjuman Al-Mustafid yang merupakan salah satu Kitab Tafsir Al-qur’an pertama di Nusantara yang ditulis secara lengkap 30 juzz dengan Bahasa Melayu.
Lebih lanjut, filolog santri ini menjelaskan bahwa dari tangan Syekh Abdurrauf Singkil jugalah Tarekat Syatarriyah dibawa ke bumi nusantara untuk diajarkan kepada ummat Islam. Pada perkembangannya, salah satu tokoh bangsa yang menjadi pengikut tarekat tersebut adalah Pangeran Diponegoro.
Dukung Kepemimpinan Perempuan
Hal yang melatarbelakangi Syekh Abdurrauf Singkil dalam membuat kitab tafsir Turjuman Al-Mustafid adalah perintah dari pemimpin kesultanan Aceh saat itu yaitu Sultanah Safiatuddin.
Lalu Syekh Abdurrauf Singkil diperintahkan untuk membuat karya-karya yang kelak akan menjadi legacy terbaik bagi sejarah peradaban bangsa.
"Meskipun di era itu masih banyak stigma buruk yang menimpa pemimpin perempuan, namun kecintaan Sultanah Safiatuddin akan pengetahuan dan literasi membuatnya tak ragu untuk memerintahkan Syekh Abdurrauf Singkil untuk membuat karya-karya fenomenal tersebut," katanya.
Ihwal pemimpin perempuan tersebut, Ginanjar juga mengungkapkan, syekh Abdurrauf singkil merupakan ulama yang berkenan untuk memberikan legitimasi bagi sultanah Safiatuddin yang saat itu memimpin Kerajaan Aceh.
Syekh Abdurrauf menyatakan bahwa sang pemimpin perempuan (Sultanah Sofiatuddin) memiliki kecakapan dalam memimpin yang membuat negaranya maju di bawah kepemimpinannya.
Dalam catatan Syekh Mashur Azhari, salah satu ulama dari universitas Al Azhar Mesir di dalam bukunya berjudul Syirah Mutawakiliyah menyatakan bahwa Kesultanan Aceh, yang saat itu dipimpin oleh seorang pemimpin perempuan Bernama Safiatuddin memiliki kecintaan yang besar akan ilmu pengetahuan dan literasi.
Ia menambahkan kepemimpinan dari Sultanah Safiatuddin ini dapat menjadi motivasi seluruh bangsa Indonesia, tidak hanya bagi kaum perempuan yang ingin berkembang dan menjadi seorang pemimpin, melainkan juga motivasi bagi kaum laki-laki agar bisa mendukung dan memberi dorongan kepada perempuan untuk berkiprah sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
Advertisement