Buka Akses Pendidikan di Daerah 3T, UGM Buka Program Penelusuran Bibit Unggul

UGM membuka program Penelusuran Bibit Unggul di daerah 3T. Hal ini untuk memeratakan akses pendidikan di UGM. melalui Program PBU atau Penelusuran Bibit Unggul.

oleh Yanuar H diperbarui 08 Apr 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2023, 19:00 WIB
Jokowi Lepas Kepergian Ratusan Guru ke Daerah Terpencil
Presiden Jokowi berbincang-bincang dengan tenaga pendidik saat acara pelepasan 298 guru garis depan (GGD) ke wilayah terdepan, terluas, dan tertinggal (3T), di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/5). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Yogyakarta - Komitmen Universitas Gadjah Mada (UGM) meningkatkan inklusivitas dengan membuka akses pendidikan seluas-luasnya terutama di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Rektor UGM, Ova Emilia mengatakan bahwa wujud peningkatan  inklusivitas ini dengan mengintensifkan program Penelusuran Bibit Unggul (PBU) di wilayah 3T tersebut.

“Selama ini UGM sudah menjalankan penerimaan mahasiswa baru lewat PBU berbasis geografis dari daerah afirmasi 3T, tetapi saat ini kita intensifkan lagi,” katanya di UGM, Rabu  (5/4/2023).

Ova menyatakan bahwa program PBU ini merupakan bentuk komitmen UGM dalam pemerataan akses pendidikan terutama di daerah 3T. Menurutnya program ini sejalan dengan Permendikbud Ristek Nomor 48 Tahun 2022 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana PTN yang mewajibkan PTN menerima minimal 20 persen dari kuota mahasiswa baru dari masyarakat kurang mampu secara ekonomi serta dari daerah 3T. 

“Ada defisiensi calon mahasiswa dari wilayah 3T. Karenanya UGM ingin memperkuat kandidat potensial dari wilayah tersebut agar berani mendaftarkan diri dan nantinya setelah lulus diharapkan pulang ke kampung halaman dan bisa membangun daerah asalnya,” paparnya.

Ova mengatakan bahwa program Penelusuran Bibit Unggul UGM ini memberikan kesempatan bagi calon-calon mahasiswa unggul dari wilayah 3T agar dapat menempuh jenjang kuliah di UGM. Sebab, dari data tiga tahun terakhir, pendaftar calon mahasiswa baru baik prodi sarjana maupun sarjana terapan melalui seluruh jalur penerimaan mayoritas, yang berasal dari Pulau Jawa yaitu sebesar 75%, Pulau Sumatera 13%, Sulawesi dan Maluku 4,8%, Kalimantan 3,5%, Bali dan Nusa Tenggara 2,7% dan sisanya dari daerah lain Indonesia.

“Program ini membutuhkan dukungan dan keterlibatan alumni (Kagama) dan pemerintah daerah setempat karena merekalah yang mengetahui potensi serta arah pengembangan SDM-nya,” tuturnya.

Ova mengatakan dengan program Penelusuran Bibit Unggul ini dapat menjaring putra daerah yang potensial. Sehingga dapat memperluas jejaring kemitraan dengan pemda setempat, memperluas sebaran alumni KAGAMA, memiliki laboratorium pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat melalui skema kemitraan dengan pemda setempat, serta membuka peluang karir bagi alumni.

Nantinya Kagama akan menjadi mediator sekaligus komunikator dan menjadi representasi UGM yang bertugas untuk terlibat dalam mengembangkan daerah melalui pengembangan SDM dan membantu pembangunan daerah setempat. Melalui Kagama akan membangun komunikasi dengan pemda setempat mengenai program ini sekaligus menjaring putra putri daerah terbaik untuk berani berkompetisi dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di UGM.

“Saat ini Pengda Kagama tengah melakukan koordinasi dan sosialisasi ke pemda untuk bekerjasama. Kalau selama ini rekrutmennya tersebar, sekarang kita fokuskan dengan salah satu kuncinya adalah komitmen dari pemda, itu yang kita prioritaskan,” urainya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya