Mengenal Canang Sari yang Selalu Ada dalam Persembahyangan Umat Hindu Bali

Menurut pandangan Hindu Bali, bentuk dan fungsi canang ada beberapa macam.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Apr 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2023, 00:00 WIB
Canang Sari
Canang Sari di Pantai Kuta. (Wikipedia/Crative Commons)

Liputan6.com, Bali - Canang sari merupakan salah satu persembahan yang selalu ada dalam persembahyangan umat Hindu Bali. Canang sari merupakan kuantitas terkecil, tetapi menjadi sebuah inti (kanista=inti).

Mengutip dari disbud.bulelengkab.go.id, canang sari merupakan ciptaan dari Mpu Sangkulputih. Canang sari sekaligus menjadi sulinggih, menggantikan Danghyang Rsi Markandeya di Pura Besakih.

Disebut kecil tetapi inti, canang sari ada dalam setiap banten atau yadnya apa pun. Canang sari juga mengandung salah satu makna sebagai simbol bahasa Weda untuk memohon ke hadapan Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa.

Masyarakat Hindu memohon kekuatan Widya (pengetahuan) untuk Bhuwana Alit maupun Bhuwana Agun. Terkait penggunaan namanya, canang berasal dari kata 'can' yang berarti indah dan 'nang' yang berarti tujuan atau maksud. Sementara itu, 'sari' memiliki arti inti atau sumber.

Dengan demikian, canang sari memiliki makna untuk memohon kekuatan Widya kepada Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa-Nya (manifestasi) secara skala maupun niskala.

Menurut pandangan Hindu Bali, bentuk dan fungsi canang ada beberapa macam. Hal itu disesuaikan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Canang dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda. Hal ini terlihat melalui simbol-simbol tertentu, seperti canang yang memakai alas berupa 'ceper' berbentuk segi empat. Hal ini merupakan simbol kekuatan 'Ardha Candra' (bulan).

Selanjutnya, di atas ceper diisikan sebuah 'porosan. Porosan bermakna persembahan tersebut harus dilandasi oleh hati yang welas asih dan tulus ke hadapan Sang Hyang Widhi beserta Prabhawa-Nya. Demikian pula dalam hal manusia yang menerima anugerah dan karunia-Nya.

Selain itu, di atas ceper pada canang sari juga berisikan seiris tebu, pisang, dan sepotong jaja (kue). Hal ini merupakan simbol kekuatan 'Wiswa Ongkara', yaitu angka 3 aksara Bali.

(Resla Aknaita Chak)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya