Liputan6.com, Jakarta - Pulang! Pulang! Pulang!.. Seruan itu dilontarkan Presiden Joko Widodo dalam acara Puncak Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Festival 2023 di Mal Kasablanka, Jakarta.
Enam kali Kepala Negara mengucapkan kata itu. "Setelah selesai studi, pulang, berkaryalah. Ilmu jangan diendapkan untuk diri sendiri. Pulang! Pulang! Pulang!," serunya, Kamis (3/8/2023).
Baca Juga
"Mungkin gaji di sini lebih rendah sedikit, tetap pulang! atau fasilitas di negara lain lebih enak, pulang!," imbau Jokowi.
Advertisement
Presiden menambahkan Indonesia membutuhkan anak muda yang memiliki pikiran dan visi yang lebih. Negeri ini kurang memiliki SDM yang seperti itu. Dalam 13 tahun ke depan, lanjutnya, merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara yang mampu melompat menjadi negara maju atau justru tidak.
"Banyak contoh. Banyak negara latin pada era 1950-an, 1960-an dan 1970-an, yang sudah berstatus negara berkembang. Tapi, sampai sekarang mereka masih jadi negara berkembang, karena tidak bisa memanfaatkan peluang," katanya.
Indonesia pada 2030 mendatang akan menerima bonus demografi. Sebanyak 68 persen dari total penduduk berada di usia produktif.
"Ini terjadi sekali dalam sejarah. Bisa jadi peluang atau beban, bahkan bencana kalau kita tidak bisa mengelolanya dengan baik," ujar Jokowi.
Menurut Presiden, Indonesia mendapat peluang untuk menjadi negara maju jika mampu memanfaatkan waktu dalam 13 tahun ke depan. Karena itu, kepempinan nasional pada 2024, 2029 dan 2034 akan sangat menentukan negara ini menjadi negara maju atau tidak, menapak maju atau tidak.
"Karena itu, saya mengingatkan. Hati-hati di 2024 dalam memilih pemimpin. Kedaulatan ada di tangan rakyat," tandasnya.
Jokowi mengaku optimistis Indonesia akan menjadi negara maju.
"Saya dibisiki pakar ekonomi dunia dari lembaga-lembaga keuangan dunia, bahwa Indonesia bisa menjadi 5 besar negara-negara dengan GDP tertinggi di dunia. Harapan itu ada di tangan-tangan saudara semua. Para alumni LPDP," tambahnya.
Â
Â
Â
Â
Â
Hilirisasi
Terkait masa depan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ke depan, Presiden menyatakan lembaga ini memiliki kekuatan besar, karena didukung dana abadi yang besarnya sudah mencapai Rp139,1 triliun.
"Setiap tahun akan ditambah dari APBD. Satu tahun minimal bisa ditambah Rp20 triliun," tegasnya.
Presiden menyatakan kunci kemajuan negara yang membuat Indonesia bisa bersaing dengan negara lain ialah sumber daya manusia. Untuk mengejar kemajuan karena dunia berubah cepat, negara memfasilitasi generasi muda untuk mempelari ilmu pengetahuan dan teknologi lewat LPDP.
Ke depan, Jokowi meminta menteri terkait dan LPDP menyiapkan grand design untuk 5-10 bahkan 25 tahun ke depan. Desain itu menjadi visi negara.
"Kita yang butuhkan untuk maju itu jurusan apa saja. Jumlah SDM-nya berupa. Begitu juga dengan bidang penelitian apa saja yang harus dilakukan. Harus tepat sasaran dan tidak buang-buang anggran," tandasnya.
Saat ini, lanjut dia, Indonesia memiliki peluang untuk jadi negara maju dengan hilirisasi. Salah satunya, Indonesia harus membuat ekosistem mobil listrik dengan modal nikel.
"Ini juga harus disiapkan dalam LPDP. Kebutuhan SDM-nya. Kita butuh ahli metalurgi, material science untuk urusan mobil listrik. Ini yang harus kita kejar dengan menyekolahkan anak-anak muda untuk memiliki keahlian di bidang tersebut," tegas Kepala Negara.
Bidang lain ialah teknik kimia. Indonesia butuh SDM yang berkeahlian untuk membuat barang setengah jadi menjadi barang jadi. Butuh ilmu komputer guna merakit berbagai material setengah jadi menjadi barang jadi.
Begitu juga pemanfaatan kekayaan rumput laut. "Apa saja jurusan yang dibutuhkan untuk mendapatkan keahlian dalam pengelolaan. Berapa SDM yang dibutuhkan. Untuk itu harus ada desain yang terbaik. Kebutuhan SDM dan industri harus nyambung. Jangan meleset," pesan Jokowi.
LPDP, tegas mantan Wali Kota Solo, itu, memiliki kekuatan yang besar karena dukungan dana yang tidak kecil. "Sekarang ini, 20 universitas top dunia datang ke kita, menawarkan diri. Dulu, karena dana kita kecil, kita yang minta ke mereka. Ini harus kita manfaatkan dengan baik," tegas presiden.
Advertisement
Tongkat estafet
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan di tangan para alumni LPDP pembangunan Indonesia harus dilanjutkan.
"Tugas Anda adalah menjaga Indonesia agar lebih baik. Kejar impian, berjuang terus. Jangan berhenti pada program degree saja," tegasnya.
LPDP, lanjut dia, merupakan upaya Indonesia untuk memiliki generasi muda andalan yang membuat negara bisa lebih maju. "Kalian adalah pemegang tongkat estafet dan penjaga Indonesia."
Sri Mulyani mengungkapkan LPDP sudah berusia 11 tahun. Dari modal dana abadi sebesar Rp1 triliun, kini dana abadi LPDP sudah mencapai Rp139,1 triliun.
"Tantangan kita saat ini bukan mencapai 20 persen dana pendidikan sesuai UUD 1945, tapi bagaimana menggunakannya secara tepat guna. Sesuai tema Puncak LPDP Festival ini, Nyala Terang Kemajuan Bangsa Indonesia, Kita siapkan generasi muda agar menjadi generasi yang siap menjadi solusi tantangan zaman," tambahnya.
Menkeu menambahkan LPDP telah membiayai 200 ribuan generasi muda Indonesia untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. BLU ini juga telah membantu membiayai dana penelitian dan riset 2.426 proyek riset dari mobil listrik, kereta cepat, bus listrik, budaya, hingga kesehatan kesehatan.
LPDP juga berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama. Dengan Kementerian Pendidikan, kolaborasi memberi beasiswa untuk 159 ribuan mahasiswa, dengan Kementerian Agama 20 ribuan dan Kementerian Kesehatan membiayai pendidikan 1.000 dokter spesialis per tahun.
Selain itu, LPDP juga membuka afirmasi untuk anak-anak muda dari daerah 3 T, tertinggal, terdepan dan terluar. "Ini adalah upaya kita memberikan perhatian bagi seluruh anak Indonesia. Dimana pun Anda berada, Anda berhak punya mimpi dan memperjuangkannya," tandasnya.
"Sesuai dengan program Presiden, kami juga memberi dukungan pada program prioritas nasional. LPDP mengirim mahasiswa ke berbagai universitas di dunia untuk belajar terkait program hilirasasi. Di antaranya ke Tiongkok, Belanda, Singapura dan Australia," tambahnya.
LPDP, lanjutnya, saat ini sudah mampu melalukan negoisasi dengan sejumlah universitas ternama. Karena itu, biaya yang didapat juga semakin membaik. Makin banyak universitas dengan biaya yang semakin menguntungkan.
Kepada generasi muda, Sri Mulyani menegaskan jangan sampai berkecil hati dengan keadaan. "Harus berani berprestasi dan berkompetisi untuk mendapatkan beasiswa di universitas terbaik di dunia. Mimpilah setinggi langit, karena kita bisa meraihnya. Negara hadir untuk memberikan fasilitas."
Meski LPDP sudah mengirim 200 ribuan anak muda menuntut ilmu ke luar negeri, Menkeu mengakui jumlah itu sangat belum mencukupi. "Jumlah mereka baru mencapai 0,1 persen dari total penduduk Indonesia. Untuk memenuhi tantangan Indonesia Emas 2045, itu belum cukup. Kita masih menghadapi tantangan besar dan harus terus dikembangkan," tegasnya.
Kolaborasi LPDP
Di sisi lain, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim mengakui kerja sama dengan LPDP membuat program Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar berkembang cepat.
"LPDP juga mendanai sejumlah program Kementerian Pendidikan. Tidak hanya ke luar negeri, tapi juga pengiriman mahasiswa ke daerah untuk membantu guru dalam rangka numerisasi dan literasi," jelasnya.
LPDP, lanjut dia, telah mengubah 310 ribu mahasiswa dari seluruh Indonesia dalam program magang dan studi independen, 58 ribu mengikuti magang dan pelatihan pada 410 mitra Indonesia da 72 ribu mahasiswa mengikuti program pendidikan satu semester di universitas luar negeri.
Kepada para alumni LPDP, Mendikbud mengajak mereka memperkuat jaringan. "Berikan kembali ke negeri ini ilmu yang Anda dapat. Ini tanggung jawab besar untuk berkontribusi pada negera. Jaga networking," tandasnya.
Advertisement