Kenali Ciri-Ciri PCOS dan Cara Menanganinya

PCOS dialami oleh lebih dari 116 juta atau sekitar 3,4 persen wanita di seluruh dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2023, 15:16 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2023, 20:25 WIB
Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
Ilustrasi Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) Credit: shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Siloam Hospitals Sriwijaya melalui unit Blatula IVF secara konsisten memberikan layanan informasi kesehatan kepada masyarakat, khususnya dikalangan wanita mengenai Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) atau Sindrom Ovarium Polikistik.

Dari data epidemiologi, PCOS dialami oleh lebih dari 116 juta atau sekitar 3,4 persen wanita di seluruh dunia. PCOS diperkirakan merupakan penyakit metabolik yang paling sering dialami wanita usia subur.

"PCOS ini yang dalam bahasa Indonesianya Sindrom Ovarium Polikistik, bukanlah penyakit, tetapi merupakan gangguan hormon yang mempengaruhi ovarium atau indung telur dari organ wanita," kata Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Rs Siloam Sriwijaya di kota Palembang, dr. Dwi Silvia, Kamis (14/9/2023) dalam edukasi bertajuk 'Kupas Tuntas PCOS'.

Gangguan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk ketidakseimbangan hormon seks wanita, infertilitas atau sulit hamil, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan pertumbuhan rambut berlebihan pada wajah dan tubuh (hirsutisme).

Beberapa gejala yang mengindikasikan seorang wanita mengidap PCOS seperti siklus menstruasi tidak teratur bahkan terjadi pendarahan hebat. Ada pula masalah pada kulit seperti jerawat yang parah pun kelebihan berat badan dan sulit mengendalikannya.

"Namun penting untuk diingat bahwa tidak semua wanita dengan PCOS akan mengalami semua gejala ini," jelasnya.

Sementara dr. Oriza Z., SpOG(K) menyampaikan diagnosis PCOS biasanya dibuat oleh dokter berdasarkan kombinasi gejala, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah untuk mengukur tingkat hormon, dan pemeriksaan ultrasonografi ovarium.

Sindrom Ovarium Polikistik atau PCOS secara umum dapat diketahui setelah tiga tahun, yaitu sejak siklus menstruasi pertama kali dialami para wanita. Sehingga diperlukan tahap evaluasi jika merasakan sejumlah gejala yang telah disebutkan.

Namun para wanita tidak perlu khawatir karena saat ini PCOS dapat dicegah dan diobati yang tentunya harus sesuai dengan gejala dan saran dari dokter setelah dilakukan pemeriksaan.Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan selalu lebih baik, selain lebih mudah dilakukan namun juga dapat terhindar dari penyakit pun pada PCOS.

 

 

 

Ubah Gaya Hidup

Mengubah gaya hidup menjadi lebih baik seperti pola makan yang sehat, istirahat dan olahraga dengan intensitas cukup sekaligus pentingnya mengendalikan stress. Poin utama pencegahan ini selain memperlancar siklus menstruasi dan mencegah PCOS, sekaligus mencegah penyakit penyakit lainnya.

"Hanya saja, bagi yang terpapar sindrom ovarium polikistik, maka diperlukan pengobatan atau terapi hormonal, yang biasanya ditempatkan sebagai pilihan pertama untuk mengelola PCOS ini," ujar dr. Oriza.

Kemudian ada beberapa kasus dari PCOS diperlukan tindakan operasi, melalui Laparoskopi yaitu dengan melakukan drilling ovarium, kateterisasi ovarium dan pengecilan ovarium dibuang sehingga diharapkan dapat menurunkan kondisi hiperandrogennya.

Perlu diingat bahwa tindakan ini dapat menjadi pilihan apabila penderita pcos menginginkan adanya suatu kehamilan.

"Selain tindakan laparoskopi ini, adapun pilihan terakhir Yang dapat ditempuh oleh penderita pcos dalam menginginkan suatu kehamilan yaitu dengan melakukan IVF (bayi tabung)," pungkas dr. Dwi Silvia.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya