Rahasia Penetapan Sumbu Filosofi Sah Tanpa Sanggahan

Berbeda dari beberapa negara yang mengajukan penetapan warisan dunia, pengajuan Sumbu Filosofi seperti tidak ada halangan. Semuanya berjalan mulus. Apa rahasianya?

oleh Yanuar H diperbarui 25 Sep 2023, 12:37 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2023, 12:37 WIB
UNESCO tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia. (Dok KBRI Riyadh)
UNESCO tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia. (Dok KBRI Riyadh)

Liputan6.com, Yogyakarta Pengajuan penetapan Sumbu Filosofi oleh UNESCO terhitung sangat cepat dan tanpa sanggahan. Sekda DIY Beny Suharsono mengatakan, cepatnya penetapan sumbu filosofi ini karena sejak jauh hari Pemda DIY telah menyiapkan dokumen pengajuan selengkap-lengkapnya termasuk management planning usai Sumbu Filosofi Yogyakarta disahkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.

“Sumbu Filosofi ini bukan benda, jadi perlu ekstra dalam penjagaannya. Di dalamnya ada perencanaan dan pengamalan bersama masyarakat. Bagaimana masyarakat kota Jogja dan Bantul, dilibatkan untuk ikut menjaga. Kami akan berjalan dengan dan akan menghasilkan tindak bersama,” kata Beny di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta Jumat 22 September 2023. 

UNESCO akan mengevaluasi keberlangsungan sumbu filosofi dan bagaimana menjaganya. Sebab sumbu filosofi ini harus ada manfaat bagi masyarakat. 

“Kita harus bisa meningkatkan kesejahteraan. Salah satunya adalah menjual nilai. Kita sudah di akui dunia, jadi kita punya nilai yang lebih,” kata Beny.

Tenaga Ahli Dinas Kebudayaan DIY sekaligus Dosen Arkeologi FIB UGM, Daud Arif Tanudirjo mengaku memang tidak ada rekomendasi khusus  dan persyaratan dari UNESCO. Tapi, UNESCO hanya mendorong supaya DIY melaksanakan segera apa yang sudah direncanakan sebelumnya mengenai Sumbu Filosofi ini.

“Jadi itu berupa support dari mereka rekomendasinya. Hanya dorongan untuk melaksanakan management plan. Kan sudah ada di dalam dossier itu management planning-nya, jadi UNESCO hanya menekankan. Misalnya saja pendekatan pembangunan kota itu berdasarkan history landscapes. Itu saja,” kata Daud.

Menurutnya, akan dilakukan kajian dari daya dukung dan kajian dampak warisan budaya pada kawasan tersebut. Saat ini semua sudah ada di dalam management planning Sumbu Filosofi.

“Tadi beliau Ngarsa Dalem meminta supaya ini kan udah diakui, sehingga bagaimana betul-betul bisa mendukung visi misi beliau yang tercantum dalam RPJMD, yaitu memuliakan masyarakat Jogja. Beliau berpesan, supaya terbuka semua dan masyarakat nanti bisa ikut partisipasi,” kata Daud.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengaku tidak mudah menyiapkan semuanya hingga penetapan Sumbu Filosofi ini. Proses pengumpulan dokumen sudah dilakukan sejak 2010 lalu dan sudah melalui banyak kajian. 

“Kalau saya pikir dari tahun 2010 itu kita sudah mulai eksplorasi semua data. Kemudian 2014 kita sudah mulai sounding untuk menginisiasi wacana tersebut kepada publik dan pemerintah pusat. Kita menyiapkan dossier pra nominasi yang harus masuk ke tentative list terlebih dahulu,” papar Dian.

Selain DIY, ada 8 provinsi lain di Indonesia yang mengajukan list pra nominasi. Dari 9 provinsi yang masuk di dalam tentative list kemudian dikawal, dikunjungi dan diseleksi siapa yang paling. Terpilih 2, yaitu Kebun Raya Bogor dan Sumbu Filosofi.

“Itu dilanjut terus dan akhirnya yang paling siap adalah DIY. Karena itu kita maju terus sampai dengan terakhir 2023 awal naskah nominasi final itu sudah diterima oleh UNESCO," kata Dian.

Menurut Dian, sebelum sidang, ada penilaian dari ICOMOS pada Agustus 2022 yang bukan hanya menilai dokumen saja. Namun yang lebih penting, mereka menilai bukti yang ada di lapangan apakah benar-benar ada sesuai dengan dokumen.

Nantinya menurut Dian, secara garis besar ada tindak lanjut penetapan yang akan dikondisikan langsung oleh Gubernur DIY, Wagub DIY dan Sekda DIY, terkait dengan stakeholder yang akan menghandle Sumbu Filosofi ini.

“Ada kolaborasi antara pemerintah pusat, Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta dan Bantul plus Keraton sebagai stakeholder utama mengelola kawasan sumbu filosofi,” kata Dian.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya