Liputan6.com, Jakarta Sepeda kumbang menjadi alat transportasi tradisional Khadma menuju Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Ambulu Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon. Sepeda kumbang nya dilengkapi tabung gas 3 kilogram untuk dibawa melaut.
Siang itu, Khadma tengah sibuk menyelesaikan kegiatan sehari-harinya sebagai nelayan tradisional. Ia mencabut alat konverter kit dan gas elpiji 3 kg dari mesin perahu usai melaut.
"Ya begini, setiap hari ke TPI Ambulu bawa gas 3 kg pakai sepeda onthel berangkat subuh pulang siang tabung gas dibawa lagi ke rumah," ujar Khadma sembari menenteng gas elpiji 3 kg menuju sepedanya, Rabu (18/10/2023).
Advertisement
Baca Juga
Khadma merupakan salah seorang Nelayan Desa Ambulu Kabupaten Cirebon yang menggunakan gas melon sebagai bahan bakar untuk melaut. Khadma bersama sejumlah nelayan yang lain mendapat bantuan alat konverter kit dari pemerintah sejak tahun 2017.
Hingga saat ini, paket konverter kit tersebut masih dimanfaatkan Khadma untuk melaut. Setiap hari, Khadma pergi melaut menggunakan perahu berukuran empat kali satu meter.
"Memang masih kecil tapi benar-benar irit dan efisien kalau sedang melaut. Kalau hasil tangkapan kan tergantung kondisi di laut," ujar Khadma.
Ia bersama sebagian nelayan yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rajungan Jaya memanfaatkan gas elpiji sebagai pengganti bahan bakar bensin.
Menabung
Meski hasil tangkapan ikan tetap bergantung kepada kondisi cuaca dan musim. Khadma mengaku kehadiran gas melon sebagai bahan bakar perahu dinilai lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan BBM.
"Yang pasti efisiensinya terasa sekali untuk kami para nelayan kami bisa menyisihkan sebagian uang untuk ditabung atau memenuhi kebutuhan lain," ujar dia.
Ia menyebutkan, penggunaan bahan bakar gas melon lebih irit empat kali lipat dibandingkan menggunakan BBM solar. Jika sebelumnya, setiap kali melaut membutuhkan 4 liter, penggunaan gas melon bisa digunakan lebih dari satu kali melaut.
Nelayan lain Madurokhman mengaku, bisa menyisihkan sebagian ongkos produksi melaut untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bahkan, kata dia, sejak menggunakan gas melon, ia mampu membeli perlengkapan lain untuk melaut.
"Yang pasti terasa sekali kami bisa mengakomodasikan anggaran untuk melaut ke kebutuhan lain. Saya juga bisa beli tambahan alat tangkap yang baru tentu sesuai ketentuan pemerintah," ujar dia.
Baik Khadma maupun Madurokhman berharap pemerintah terus memberi bantuan serupa yang tidak mempersulit nelayan. Ia mengaku, biasanya pemenuhan kebutuhan bahan bakar menjadi penting bagi nelayan untuk pergi melaut atatu tidak.
Advertisement
Kendala Mesin
Ketua KUB Rajungan Jaya Desa Ambulu Kecamatan Losari Samsur mengatakan, nelayan yang menggunakan konventer kit merasa diuntungkan. Dari sisi produksi, para nelayan bisa menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung.
"Uangnya ya buat beli jaring yang baru dan alat tangkap ramah lingkungan untuk kebutuhan melaut. Istilahnya bisa mengurangi biaya operasional untuk melaut," ujar dia.
Namun demikian, Ia mengaku jumlah nelayan yang menggunakan konventer kit belakangan semakin berkurang. Alasannya, banyak nelayan yang sudah mengganti kapal dengan kapasitas yang lebih besar.
Sehingga, mesin yang diberikan oleh pemerintah tidak bisa mendorong kapal berukuran lebih besar ke laut. Tahun 2017, tercatat ada 100 nelayan mendapat bantuan konventer kit, saat ini tinggal 50 nelayan yang maish menggunakannya.
"Perahunya besar otomatis nelayan ingin kapasitas mesinnya lebih besar dan akhirnya terpaksa mesinnya dijual dan ganti dengan mesin baru yang kapasitasnya lebih besar," ujar Samsur.
Oleh karena itu, Ia berharap pemerintah memberikan bantuan konventer kit dengan spesifikasi mesin yang lebih besar. Ia berharap pemerintah memberi bantuan mesin kapal yang menggunakan vanbell.
Petani dan Nelayan
Sehingga, menunjang kerja nelayan mencari ikan di perairan yang lebih luas namun irit operasional.
"Kalau pakai mesin yang ada vanbel nya perjalanan kapal lebih cepat, mesin 6 pk, ukuran baling-balinya 10 pk, jadi perahu yang besar bisa keangkat. Apalagi kalau mesin besar pakai vanbell dan konventer kit nelayan pasti senang," ujar Samsur.
Sales Area Manager Cirebon Pertamina Patra Niaga Reinar Exel Gultom menjelaskan, konventer kit merupakan salah satu program kerja Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Tahun ini, Pertamina menyalurkan bantuan serupa kepada petani dan nelayan di Cirebon dan Indramayu. Jumlah bantuan konventer kit untuk petani dan nelayan sebanyak 502 paket.
"Mulai sosialisasi dan pembagian 15 Oktober 2023 kemarin dan untuk wilayah Cirebon kami sudah targetkan akhir Oktober. Mulai dari pendataan sosialisasi hingga pembagian paket konventer kit," ujar Reinar.
Baik nelayan maupun petani mendapat bantuan terdiri dari tabung gas melon, mesin untuk konversi. Namun, khusus untuk nelayan mendapat 2 tabung gas elpiji 3 kilogram, sementara petani hanya satu tabung gas.
Ia menjelaskan, bantuan konventer kit kepada petani digunakan untuk pengairan dari sungai ke sawah. Secara keseluruhan, penyaluran bantuan konventer kit sebanyak 1000 paket.
"Hasil penelitian bantuan ini dinyatakan efisiensi terhadap produksi pertanian maupun nelayan. Efisiensinya bisa sampai 30 persen dibandingkan menggunakan BBM dan ini yang menjadi dasar pemerintah melakukan penghematan pada masyarakat khususnya nelayan dan petani," ujar dia.
Advertisement