Liputan6.com, Bantaeng - Ketua eSeaweed Foundation Indonesia, Andi Marcelya Awaludin menyebutkan adanya potensi ekonomi besar di balik sampah plastik yang dihasilkan dari budi daya rumput laut. Tak main-main angkanya mencapai lebih dari Rp48 miliar.
Secara rinci, Marcelya menyebutkan bahwa setiap tahun, sedikitnya ada 16.000 ton sampah plastik yang dihasilkan hanya dari budi daya rumput di Sulawesi Selatan. Sampah itu berasal dari botol plastik yang digunakan petani rumput laut sebagai pelampung.
"Di Sulawesi Selatan sendiri, ada 16.000 ton sampah plastik dihasilkan setiap tahunnya hanya dari Budi daya rumput laut saja," kata Marcelya kepada wartawan, Kamis (14/12/2023).
Advertisement
Jika sampah plastik itu dikelola dengan baik dan masif, maka potensi keekonomian yang bisa dihasilkan bisa mencapai Rp48,64 miliar. Jumlah itu bisa bertambah 25 kali lipat jika digabungkan dengan sampah plastik yang bersumber dari selain budi daya rumput laut.
"Dari volume tersebut, potensi keekonomian yang bisa diperoleh dari pengolahan sampah adalah sebesar Rp48,64 miliar, bahkan mencapai hingga 25 kali lipat apabila digabungkan dengan total volume sampah plastik lainnya, angka yang luar biasa," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak mengatakan bahwa sampah plastik pelampung budi daya rumput laut yang dibersihkan dari bibir pantai bisa menjadi potensi ekonomi yang akan digunakan pemerintah daerah untuk menanggulangi kemiskinan dan stunting.
"Saya kira memang betul jika sampah memang berpotensi ekonomi yang besar. Bahkan bisa meningkatkan taraf hidup dari kemiskinan dan penanganan stunting," ucapnya.
Simaklah video pilihan berikut ini: