Pj Gubernur Jabar Minta Penanganan Gempa Sumedang Fokus di RSUD

Memantau kondisi Kabupaten Sumedang secara keseluruhan yang dilanda tiga kali gempa bumi yakni pada pukul 14.35 WIB M4.1, disusul pukul 15.38 WIB dengan M3.4, dan pukul 20.34 WIB.

oleh Arie Nugraha diperbarui 01 Jan 2024, 15:46 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2024, 15:40 WIB
Gempa Sumedang
"Hasil perkembangan kaji cepat oleh tim gabungan, ada tiga bangunan rumah sakit yang retak meliputi gedung Paviliun, VIP dan Sakura. Tim terus menyisir titik lain untuk pengecekan lebih lanjut," Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya Senin (1/1/2023). (Timur MATAHARI/AFP)

Liputan6.com, Bandung - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin meminta penanganan gempa bumi merusak berkekuatan M4,8 di Kabupaten Sumedang pada 31 Desember 2023 difokuskan kepada pasien yang tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Menurut Bey kondisi terus memantau kondisi Kabupaten Sumedang secara keseluruhan yang dilanda tiga kali gempa bumi yakni pada pukul 14.35 WIB M4.1, disusul pukul 15.38 WIB dengan M3.4, dan pukul 20.34 WIB M4.8.

"Masih didata berapa kerusakannya dan sebagainya, yang pasti di RSUD diperhatikan betul karena terjadi retakan. Jadi memang masih dipantau kerusakannya apa saja, Bupati Sumedang melaporkan bahwa beliau konsentrasi di RSUD dahulu karena sedang menunggu assesment soal gedung bertingkat ada retakan," ujar Bey dalam siaran medianya, Bandung, Senin, 1 Januari 2024.

Bey menyebutkan pada 31 Desember 2023, Provinsi Jawa Barat diguncang hingga empat kali gempa. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa pertama terjadi di Kabupaten Pangandaran pukul 11.52 dengan magnitudo (M) 5.

Kemudian tiga kali gempa terjadi di Kabupaten Sumedang pada pukul 14.35 magnitudo 4.1, disusul pukul 15.38 dengan magnitudo 3.4, dan pukul 20.34 magnitudo 4.8.

"Hari ini di Jabar terjadi empat kali gempa, satu kali di Pangandaran, dan tiga kali di Sumedang. Pada saat gempa di Pangandaran kebetulan Pak Pangdam dan Pak Kapolda ada di lokasi dan alhamdulillah tidak ada apa-apa dan masyarakat juga tidak panik," ungkap Bey.

Khusus untuk gempa Sumedang yang menimbulkan banyak kerusakan, petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daeah (BPBD) sudah turun dan intens berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang.

Sementara itu, Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman dalam konferensi pers menyatakan, ada tiga wilayah yang terdampak lumayan parah, yakni Tegalsari, Cipamengpeuk, dan Babakan Bukit.

"Tim sudah diturunkan ke lapangan dari BPBD, BMKG, dan pemda untuk asesmen,  mendata kerusakan di lapangan. Sementara ini sudah terkendali, hanya beberapa warga terluka," jelasnya.

Dua rumah sakit juga dilaporkan ikut terdampak, yakni RSUD Sumedang dan RS Pakuwon. Pasien sempat dievakuasi keluar rumah sakit dan dirawat di tenda darurat.

"Saat kejadian di RSUD Sumedang terdapat 248 pasien rawat inap dan 83 pasien UGD. Bagian yang terdata rusak adalah Paviliun dan ruangan VIP. Pasien saat ini aman dan disiapkan tenda darurat," ujar Herman.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Data BMKG

Rentetan gempa terjadi tiga kali pada Minggu (31/12/2023) dengan episentrum di wilayah Kabupaten Sumedang. Kerusakan terjadi pada beberapa bangunan, tidak ada laporan korban jiwa.

Informasi resmi dari konferensi pers BMKG, Minggu malam, menyebutkan, gempa terjadi tiga kali, yakni pada pukul 14.35 WIB, kemudian pukul 15.35, dan gempa ketiga, pukul 20.34. Gempa terakhir, hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M4,8.

Episenter terletak pada koordinat 6.85 LS dan 107.94 BT atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 2 km Timur Laut, Kabupaten Sumedang, pada kedalaman 5 km.

Gempa dapat dirasakan pula di Bandung, Subang, hingga Garut. Sampai pukul 20.55 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya tiga aktivitas gempa bumi yang dirasakan di wilayah ini.

Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, gempa Sumedang berasal dari sesar-sesar aktif di wilayah tersebut. Namun ia belum bisa menyampaikan secara detail dari sesar apa gempa tersebut berasal.

"Kami memprediksi bahwa ini adalah aktivitas dari sesar-sesar lokal yang ada di wilayah Sumedang, tapi kami belum bisa menyampaikan bahwa ini dari sesar apa namun yang jelas dari sesar-sesar aktif yang berada di sekitar Sumedang," ujar Rahayu.

Mengenai potensi gempa susulan, pihaknya akan terus memantau dan segera menginformasikannya. Namun demikian, Rahayu menyebut, bencana gempa bumi tidak bisa diketahui secara pasti kapan terjadinya, kekuatannya, maupun lokasinya.

"Yang namanya gempa tidak bisa kita prediksi kapan terjadinya, berapa kekuatannya dan yang lokasinya tapi yang bisa kita lakukan adalah memantau, mudah-mudahan gempanya tidak berlanjut," tuturnya.

BKMG pun saat ini terus mengkaji beberapa potensi sesar aktif yang ada di Sumedang. Rahayu mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang, waspada, meningkatkan mitigasi, dan jangan termakan hoaks namun selalu mengikuti informasi resmi dari BMKG.

"Ada beberapa potensi sesar lokal di Sumedang tapi nanti kita coba kaji lagi karena kita harus hati-hati dalam hal ini. Nanti kalau sudah terdeteksi ataupun ada indikasi dari sesar mana akan kita sampaikan kepada media dan masyarakat," pungkas Rahayu.


 Analisis PVMBG Badan Geologi

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan pemicu gempa bumi merusak berkekuatan M4,8 pada kedalaman 5 km berjarak sekitar 1,5 km timur Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat dipicu oleh Sesar Aktif Cileunyi – Tanjungsari pada tanggal 31 Desember 2023, pukul 20.34 WIB.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, data Badan Geologi mencatat Sesar Cileunyi – Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri.

"Sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19 - 0,48 mm per tahun," ujar Hendra dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Senin, 1 Januari 2024.

Hendra menjelaskan kondisi (morfologi) daerah sekitar pusat gempa bumi merupakan dataran hingga dataran bergelombang, setempat lembah, perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal.

Berdasarkan data Badan Geologi daerah Sumedang secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C).

"Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau," ungkap Hendra.

Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.

Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombajan gunung api yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

"Kejadian gempa bumi ini telah mengakibatkan bencana berupa kerusakan rumah penduduk di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kotakaler, Kampung Rancapurut, Desa Rancamulya-Kecamatan Sumedang Utara dan Kecamatan Sumedang Selatan," kata Hendra.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya