Liputan6.com, Yogyakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Yogyakarta mengidentifikasi adanya Badai Tropis ‘Anggrek’ di Samudra Hindia Barat Daya Bengkulu, serta tekanan rendah di Australia.
Fenomena itu menunjukkan pola angin Baratan (Monsoon Asia) mendominasi wilayah Jawa dan khususnya di DIY. Badai itu bertiup dari arah Barat Daya – Barat Laut dengan kecepatan berkisar 20 – 40 km/jam.
Badai itu pun yang menyebabkan beberapa hari terakhir wilayah di Yogyakarta diguyur hujan secara merata. Tak hanya itu, durasi hujan yang turun di Kota Gudeg itu berlangsung panjang.
Advertisement
Adapun kesimpulan yang diidentifikasi BMKG Yogyakarta itu berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini.
Baca Juga
Adanya aktifitas MJO (Madden Julian Oscillation) di kuadran 4 didukung adanya pertemuan arus angin di wilayah Jawa serta hasil analisis terkini dari profil vertikal kelembapan udara di wilayah DIY pada ketinggian 1.5 – 5.5 km (level 850 - 500 mb) berkisar antara 70 – 95 % (basah). Ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan dapat terjadi di wilayah DIY bagian Utara - Tengah pada siang-malam hari.
Dengan melihat hasil itu, hujan lebat-sedang di DIY diprediksi bakal berlangsung sampai 23 Januari 2024 mendatang. Di samping itu, Siklon Tropis ‘Anggrek’ menyebabkan dampak tidak langsung berupa adanya wilayah konvergensi (pertemuan massa udara) di wilayah Jawa yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa khususnya D.I Yogyakarta, sehingga terjadi hujan yang terus menerus dengan intensitas sedang-lebat di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Â
Badai Anggrek
Lantas apa itu badai anggrek?
Dikutip dari BMKG Indonesia, badai anggrek atau disebut juga siklon tropis anggrek badai dengan kekuatan yang besar. Rata-rata, sebuah siklon tropis memiliki radius 150 hingga 200 kilometer.
Badai anggrek mulanya terbentuk di atas lautan luas, umumnya yang punya suhu hanya sekitar 26,5 derajat celsius, atau dalam kata lain, siklon tropis adalah tekanan rendah non-frontal dengan skala sinoptik, yang tumbuh di perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya 34 knot pada lebih dari setengah wilayah di bagian pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.
Biasanya badai anggrek ini akan berlangsung cukup lama, sekitar tiga sampai 18 hari. Siklon tropis ini bakal hilang saat memasuki lautan dengan suhu yang lebih dingin.
Wajar saja, karena siklon tropis terbentuk karena suhu hangat dari lautan. Menariknya lagi, fenomena ini disebut sebagai siklon jika terjadi di India atau Australia. Lain hal saat fenomena ini terjadi di Samudera Pasifik, namanya jadi badai tropis atau topan, sedangkan di Samudera Atlantik bernama hurricane.
Nama badai anggrek atau siklon tropis telah disematkan sejak 2010 dan diakui dunia. Penamaan itu bertujuan agar masyarakat menyikapinya dengan tenang, sebab badai ini tidak dianggap buruk.
Selain itu, penamaan dengan nama bunga ini juga disematkan BMKG untuk sejumlah jenis siklon tropis, misalnya anggrek, bakung, cempaka, dan dahlia.
Â
Penulis: Taufiq Syarifudin
Advertisement