Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan masih menjadi momok menakutkan bagi Indonesia saat musim kemarau tiba. Mumpung masih di musim penghujan, peristiwa ini harusnya menjadi atensi pemerintah pusat dan daerah untuk menyiapkan strategi ke depan agar kejadian kebakaran hutan tidak terulang.
Berdasarkan data citra satelis dari situs pantau gambut, saat musim kemarau kemarin ada sejumlah titik panas yang didominasi terjadi di beberapa kawasan, antara lain Kalimantan Tengah, Kalimantan, Sumatera Selatan, dan Papua Selatan.
Baca Juga
Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan KLHK Rasio Ridho Sani dalam forum Climate Talk yang digelar Liputan6.com mengatakan, penyebab kebakaran hutan yang paling utama adalah ulah manusia, sementara faktor lain seperti cuaca panas hanya yang memperparah risiko. Faktor kedua adalah terjadinya elnino, dengan suhu yang sangat panas, akan memunculkan kebakaran hutan.
Advertisement
“Saya meyakini kebakaran hutan ini akibat ulah manusia 99 persen, ada banyak faktor, ada yang iseng buang punting rokok, tapia da juga yang sengaja membuka lahan dengan membakar, karena dianggap jauh lebih murah, dibanding cara lain,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Youth Act Kalimantan Sarasi Silvester Sinurat pada forum yang sama mengatakan, masyarakat punya hak untuk menghirup udara bersih setiap hari. Oleh karena itu, kelompok anak muda peduli lingkungan ini turun langsung ke titik-titik panas kebakaran hutan untuk ikut langsung memadamkan api, khususnya di wilayah Kalimantan.
“Kami mencoba melakukan pergerakan, untuk memadamkan api. Kita mencoba menyuarakan kebakaran hutan yang terjadi di Palangkaraya dan Kalimantan, kita menyuarakan gambut sekarang tidak baik-baik saja. Kita gak boleh diam saja, setelah aksi di lapangan, kita cari solusi,” katanya.
Sarasi mengatakan, pihaknya punya inovasi rumah ramah asap, yang bisa digunakan masyarakat saat udara sedang tidak baik-baik saja akibat kebakaran hutan. Selain itu, sousi juga dilakukan dengan memberikan pemulihan di lapangan, selain juga memberikan bantuan sembako kepada masyarakat terdampak.
“Kami memberikan edukasi dan advokasi ke para pemuda, apa yang terjadi di Kalimantan, bagaimana bahaya kabut asap yang kita hirup setiap hari,” katanya.
Perubahan Iklim
Sedangkan Principal Reseacrh Scientist CSIRO Daniel Mendham mengatakan, kebakaran hutan sangat berdampak pada perubahan iklim. Australia memang telah lama sebagai negara yang selalu mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. Perubahan iklim menjadi salah satu pemicunya. Pola cuaca dari elnino memberikan efek terhadap kondisi lahan yang kemudian kering dan panas, dan menimbulkan risiko kebarakan hutan.
Pada akhirnya, kebakaran hutan tidak semata karena faktor cuaca. Faktor manusia menjadi yang utama, saat perubahan iklim akibat ulah manusia membuat elnino semakin berdampak pada musim kemarau yang panas dan semakin Panjang, membuat risiko kebakaran hutan semakin besar. Belum lagi faktor kelalaian manusia itu sendiri.
Advertisement