Liputan6.com, Kendari - Hasil rapat pleno terbuka KPU Sultra menyebutkan, ada 6 Caleg DPR RI Dapil Sulawesi Tenggara (Sultra) yang berpeluang lolos ke Senayan. Berdasarkan formulir D hasil rekapitulasi suara KPU di 17 Kabupaten dan Kota di Sultra, enam partai memastikan lolos DPR RI.
Dalam urutan, Gerindra memuncaki perolehan suara dengan 233.478 suara, disusul NasDem dengan 207.276 suara, kemudian ada juara bertahan PDIP dengan 175.830 suara, Demokrat dengan 159.282 suara, Golkar dengan 149.788 suara dan PKB dengan 147.175 suara.
Baca Juga
Dari sejumlah nama Caleg pada Pemilu 2024 ini, kejutan datang dari PKB yang berhasil mengamankan satu kursi atas nama Jaelani, yang memperoleh 116.426 suara. Tentunya suara tersebut menjadi sumbangan besar untuk perolehan suara keseluruhan partai besutan Abdul Muhaimin Iskandar tersebut.
Advertisement
Suara Jaelani ini juga disebut-sebut memecahkan rekor perolehan suara Caleg di Sultra pada Pemilu 2019 lalu yang dipegang politisi PAN Fachry Pahlevi Konggoasa dengan capaian 100.857 suara.
Jaelani mengaku tidak menduga dirinya bisa meraih perolehan suara terbanyak dari seluruh Caleg DPR RI di Dapil Sultra.
"Ini sebuah berkah dan amanah yang diberikan kepada saya. InsyaAllah, saya akan terus mengemban amanah ini dengan sebaik-baiknya," kata Jaelani yang juga menjabat Ketua DPW PKB Sultra, Kamis, (14/3/2024).
Dia pun mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim, relawan, simpatisan dan pendukungnya atas suara yang diberikan pada Pemilu 2024 ini. Dia menyebutkan, pasca-pleno KPU ini dirinya menunggu tahapan selanjutnya yang diatur oleh penyelenggara Pemilu.
"Ini adalah buah dari kerja keras kolaboratif kita. Terimakasih atas dukungannya yang diberikan kepada saya," tuturnya.
Lawan Jaelani Bukan Sembarangan
Pada Pemilu 2024 ini, Jaelani mengalahkan sejumlah politisi di Sultra yang memiliki nama besar. Seperti mantan Gubernur Sultra Ali Mazi yang memperoleh 68.099 suara, dan gagal ke senayan lantaran kalah dengan rival separtainya di NasDem yang juga incumbent, Tina Nur Alam yang meraih 68.683 suara.
Tina Nur Alam adalah istri mantan Gubernur Sultra dua periode Nur Alam dan mengunci kursi kedua DPR RI. Lawan Jaelani juga ada Ridwan Bae, mantan Bupati Muna dua periode yang hanya mengumpulkan 84.440 suara.
Golkar yang notabene salah satu partai besar di Bumi Anoa memperoleh 149.788 suara. Hanya terpaut tipis dengan perolehan suara PKB di dapil Sultra.
Incumbent lainnya adalah Bahtra dari Partai Gerindra. Partai besutan Prabowo Subianto ini mengamankan kursi pertama usai Gerindra mengumpulkan 233.478 suara. Bahtra berhasil meraih suara terbanyak di Gerindra dengan 85.596 suara.
Incumbent selanjutnya adalah Hugua. Pada Pemilu 2024, Hugua yang maju lewat PDIP, hanya memperoleh 41.165 suara.
Bahkan, mantan Bupati Wakatobi dua periode ini tidak lolos DPR RI setelah kalah selisih suara dari rival separtainya yang juga mantan Bupati Kolaka dua periode Ahmad Safei yang mengumpulkan 58.466 suara untuk partai berlambang banteng. Gabungan perolehan suara Hugua dan Safei, dikalahkan Jaelani.
Sama halnya dengan incumbent dari Partai Demokrat, Rusda Mahmud. Pada Pemilu 2024, Rusda meraih 62.078 suara. Mantan Bupati Kolaka Utara dua periode ini pun kembali lolos DPR RI setelah partainya mengumpulkan 159.282 suara atau kursi keempat.
Advertisement
Rekor Baru dari Anak Guru
Selama ini, PKB identik dengan partai nahdliyin yang berbasis di Jawa, khususnya Jawa Timur. Namun, partai besutan Cak Imin ini sudah mulai menunjukkan warnanya di Indonesia bagian timur dengan meledaknya suara Jaelani.
Salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo Kendari, La Ode Efrianto menyebut, munculnya PKB mengamankan satu kursi di DPR RI di dapil Sultra jadi sejarah baru dalam perpolitikan di Sulawesi Tenggara. Sebab, sejak 1999, PKB hanya partai semenjana.
"Namun sekarang, PKB Sultra di bawah kepemimpinan Jaelani memberikan warna baru. Bahkan Jaelani mampu menjadi caleg paling produktif mendulang suara dibandingkan Caleg lainnya di Sulawesi Tenggara," kata Efrianto.
Menurut Efrianto, perolehan suara Jaelani hingga 116 ribu lebih ini juga memecahkan rekor baru perolehan suara Caleg secara individu di Sulawesi Tenggara.
Alumni Universitas Gadjah Mada ini juga menyebut, tiga periode pemilu di Sulawesi Tenggara, ada tiga partai besar yang tidak pernah absen meloloskan kadernya di DPR RI lewat dapil Sultra. Misalnya, Demokrat yang pernah meraih dua kursi, Golkar dan PAN.
Sekarang, lanjut Efrianto, lolosnya Jaelani lewat PKB bisa menjadi fenomena politik baru di Bumi Anoa. Sebab, selama ini, kata dia, rata-rata, Caleg yang lolos di senayan memiliki privilege atau kekuatan materi yang besar.
"Selama ini kan siapa yang punya kekuasaan, potensi dapat suaranya yang besar itu begitu tinggi. Misalnya, punya keluarga pejabat atau mantan pejabat, sudah pasti memiliki basis suara. Atau juga seorang politisi yang berlatar belakang pengusaha. Sudah pasti punya suara banyak," katanya.
Tapi, sebut dia, Jaelani ini memiliki sisi yang unik. Belum pernah memimpin suatu daerah, hanya berlatar belakang seorang aktivis mahasiswa dan hampir dikenal dengan pribadi yang jauh dari kata ‘bermateri’.
Perlu diketahui juga, Jaelani adalah mantan pengurus PB PMII dan anak seorang guru di Kabupaten Muna.
"Ini unik sekali. Jadi, munculnya Jaelani ini mengubah pandangan politik kita bahwa tidak selamanya yang pernah berkuasa dan memiliki materi yang besar bisa mendulang suara yang banyak," ujarnya.
Menurutnya, ada banyak indikator sehingga suara Jaelani membeludak di 17 kabupaten dan kota di Sultra. Pertama, Jaelani adalah politisi muda yang mampu menggaet anak-anak muda menjadi tim suksesnya hingga di akar rumput.
"Sepertinya, figur Jaelani ini pintar membentuk kekuatan tim yang rapi bekerja. Berdasarkan real count KPU yang terus diupdate, suara Jaelani ada di setiap TPS. Ini artinya, timnya ada hingga di berbagai TPS," jelasnya.
Kedua, lanjut dia, Jaelani selalu mengangkat isu desa. Dimana, kata dia, desa adalah basis pemilih yang paling mendasar. Menurut dia, jika calon anggota legislatif melakukan kunjungan langsung di desa-desa, sudah pasti akan berdampak pada elektoralnya.
Sehingga tidak salah, kantong suara Jaelani adalah masyarakat pedesaan dengan latar belakang pekerjaan sebagai petani, nelayan peternak dan masyarakat kalangan bawah.
"Kita tahu, pak Jaelani ini memiliki tagline lebih dekat dengan desa. Bahkan melakukan kunjungan di desa-desa jauh sebelum momen politik. Basisnya ini terus dijaga sejak Pemilu 2019," ujarnya.
Ketiga, sebut Efrianto, Jaelani memanfaatkan media sosial, khususnya Youtube untuk mempopulerkan potensi desa yang dikunjunginya.
Menurutnya, pemanfaatan media sosial di setiap kunjungan, apalagi mengangkat potensi desa, menjadi kredit poin bagi seorang politisi.
"Setelah kami melakukan kajian, ternyata konten-konten yang lebih humanis ini bikin seorang politisi makin dekat dengan pemilihnya. Positifnya, pak Jaelani memulai konten itu jauh sebelum momen politik," katanya.
Diketahui, selain menjadi politisi, Jaelani juga aktif sebagai pegiat desa. Selalu memperjuangkan kepentingan desa, salah satunya memperjuangkan anggaran desa Rp5 miliar. Selain itu, Jaelani juga pernah mengampu organisasi pertanian berbasis organik, Gema Desantara.
Keempat, tambah Efrianto, Jaelani mampu menjahit tim menjadi kekuatan yang lebih solid dan militan. Sosoknya yang masih muda, memudahkan dirinya menggaet kawula muda untuk bergabung dalam timnya.
"Tentu, politisi itu baiknya memiliki daya jelajah yang baik hingga ke pelosok. Itu poin yang dimiliki pak Jaelani," imbuhnya.
Menurut pria yang akrab disapa Eget ini, perolehan suara Jaelani bersama PKB di Sulawesi Tenggara masuk kategori tertinggi di Indonesia bagian timur untuk partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar. Bukan tidak mungkin, PKB berpotensi bisa bangkit di Indonesia timur.
Sebab, kata dia, karakter politik Sulawesi Tenggara tidak jauh beda dengan situasi politik di beberapa daerah di Indonesia timur.
"Ini potensi ya. Selama ritme ini terus dijaga, PKB Sultra di bawah kepemimpinan Jaelani bisa menjadi salah satu rujukan DPP untuk dijadikan percontohan dalam meningkatkan suara di Pemilu selanjutnya untuk Indonesia bagian timur," pungkasnya.