Kasus DBD di Sikka Melonjak, Balita 3 Tahun Meninggal Dunia

Dengan meninggalnya satu pasien anak ini, maka sudah tiga kasus meninggal akibat demam berdarah dengue

oleh Ola Keda diperbarui 05 Apr 2024, 01:30 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2024, 01:30 WIB
Kondisi pasien anak yang terserang DBD di ruangan perawatan RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT (Liputan6.com/Ola Keda)
Kondisi pasien anak yang terserang DBD di ruangan perawatan RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sikka, NTT terus melonjak. Kondisi ini membuat ruang perawatan anak di RSUD TC Hillers Maumere tak mampu menampung pasien.

Terbaru, seorang bocah tiga tahun meninggal di RSUD TC Hillers Maumere akibat terserang DBD.

"Pasien anak ini mengalami penurunan kondisi, syok, lalu diberi cairan penanganan syok dan terapi infeksi, tapi kondisi tidak membaik, dan meninggal dunia karena Dengue Syok Sindrome plus Sepsis,” ujar Dokter Spesialis Anak RSUD TC Hillers Maumere, dr. Mario Nara, Kamis 4 April 2024.

Ia mengatakan dengan meninggalnya satu pasien anak ini, maka sudah tiga kasus meninggal akibat demam berdarah dengue.

Ia menjelaskan pasien DPD didominasi oleh anak-anak. Saat ini, pihaknya tengah menangani 15 pasien. Namun, karena kekurangan tempat tidur sebagian pasien terpaksa dititip ke ruangan lain.

Ia berharap warga aktif membasmi sarang nyamuk dan menerapkan pola 3 M Plus.

"Musim hujan tidak menentu bisa memicu masifnya pertumbuhan dan perkembangan nyamuk aedes aegypti," tandasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

KLB Rabies

Selain kasus DBD, Kabupaten Sikka juga saat ini dikepung anjing rabies. Belum lama ini, pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sikka, menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) menyusul meningkatnya kasus gigitan anjing rabies sepanjang Januari-Maret 2024. Dari 510 gigitan, dua diantaranya meninggal dunia.

"Tercatat ada 510 gigitan, spesimen 19 yang diperiksa, 15 orang positif rabies, dan dua meninggal dunia dan sekarang sudah ditetapkan KLB," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus.

Herlemus mengatakan Dinkes terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya eliminasi hewan penular rabies (HPR) yang belum divaksin.

Ia mengatakan pihaknya terus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya eliminasi HPR, sehingga jumlah kasus rabies tidak bertambah.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Sikka, Yohanes Emil Satriawan mengungkapkan, hingga Maret 2024, jumlah anjing di wilayah itu yang sudah disuntik vaksin HPR mencapai 21.000 ekor.

Dia mengaku, ketersediaan stok vaksin HPR masih cukup. Saat ini, stok yang ada lebih kurang 47.000 dosis.

"Kita terus berikan imbauan agar hewan penular rabies dikandangkan atau diikat sehingga bisa membatasi pergerakan. Hanya saja kesadaran masyarakat masih kurang," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya