Kasus Dengue Cenderung Meningkat di Musim Hujan, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada DBD

Pemerintah Indonesia berkomitmen mengendalikan penyebaran demam berdarah dengue dengan berbagai program di antaranya program pengendalian vektor, Gerakan 3M Plus, serta Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.

oleh Tim Health Diperbarui 17 Feb 2025, 07:48 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2025, 07:29 WIB
ciri dbd pada orang dewasa
ciri dbd pada orang dewasa ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kasus dengue cenderung meningkat ketika musim penghujan tiba seperti sekarang ini. Menurut Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Ina Agustina Isturini, dengue masih menjadi ancama kesehatan di Indonesia. Selain menjadi masalah kesehatan, penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti itu juga berdampak pada produktivitas masyarakat erta membebani system layanan kesehatan.

"Dengue tetap menjadi ancaman kesehatan yang nyata bagi masyarakat Indonesia, mengungkapkan bahwa kasus dengue terjadi sepanjang tahun dan cenderung meningkat pada musim hujan," kata Ina dalam acara “Langkah Bersama Cegah DBD” di Jakarta, Sabtu, dilansir ANTARA.

Oleh karena itu, Ina mengimbau masyararakat untuk mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) saat musim hujan melalui sejumlah upaya pencegahan.

Berdasarkan data, sejak awal Januari hingga 3 Februari 2025 tercatat 6.050 kasus DBD dengan 28 kematian. Kasus tersebut tersebar di 235 kabupaten/kota di 23 provinsi di Indonesia.

Ina menjelaskan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengendalikan penyebaran penyakit dengue dengan berbagai program di antaranya program pengendalian vektor, Gerakan 3M Plus, serta Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang terus diperkuat dengan edukasi berkelanjutan.

Pemerintah juga telah menetapkan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 yang menekankan sinergi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan masyarakat guna memperluas jangkauan edukasi dan pencegahan.

Untuk melawan demam berdarah dengue, kata Ina, tidak cukup hanya dengan satu pendekatan.

Pemerintah telah mengadopsi strategi berbasis inovasi, termasuk implementasi nyamuk ber-Wolbachia di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang, serta vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.

"Upaya ini perlu didukung oleh peran aktif masyarakat, salah satunya dengan menerapkan 3M Plus yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, dan mencegah gigitan nyamuk," ujarnya.

 

Promosi 1

Peningkatan DBD di Musim Hujan

 

 

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Penyakit Anak I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menyoroti potensi peningkatan kasus dengue, terutama pada musim hujan.

Berdasarkan data, sebanyak 47 persen kasus dengue terjadi pada anak-anak dan remaja, di mana kelompok usia 1 hingga 14 tahun memiliki angka kematian tertinggi, yaitu 45 persen pada anak usia 5-14 tahun dan 21 persen pada anak usia 1-4 tahun.

"Pencegahan menjadi kunci utama, dan vaksinasi dapat menjadi langkah perlindungan tambahan," kata Ayu.

 

Gejala DBD pada Anak

Dengue pada anak, kata Ayu, sering diawali dengan gejala demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot, bintik merah di kulit, muntah, dan sakit perut. Jika terlambat ditangani, maka kondisi tersebut dapat berlanjut ke syok dengue yang berisiko fatal.

Meski demikian, Ayu menambahkan, vaksinasi dengue tidak tercakup dalam program BPJS, melainkan Program Imunisasi Nasional yang menargetkan anak-anak.

"Untuk itu, langkah pencegahan dini sangat penting, dan masyarakat diimbau untuk tidak menunggu hingga terlambat dalam menangani penyakit ini," ujar Ayu Nyoman.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya