Liputan6.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang cukup umum terjadi di Indonesia, terutama saat musim hujan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, termasuk remaja.
Mengenali ciri-ciri DBD pada remaja sangat penting agar bisa mendapatkan penanganan medis yang tepat dan cepat.
Baca Juga
Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai gejala, penyebab, cara pencegahan, dan pengobatan DBD pada remaja.
Advertisement
Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi. DBD dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Penyakit ini ditandai dengan gejala demam tinggi yang mendadak, disertai dengan berbagai gejala lain seperti nyeri otot dan sendi, sakit kepala, serta penurunan trombosit. Jika tidak ditangani dengan tepat, DBD dapat berkembang menjadi kondisi yang serius dan bahkan mengancam nyawa.
Di Indonesia, kasus DBD cenderung meningkat setiap tahunnya, terutama saat musim hujan. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2023 terdapat 114.720 kasus DBD dengan 894 kasus kematian. Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan kasus DBD tertinggi, yaitu sebanyak 19.328 kasus.
Advertisement
Penyebab Demam Berdarah Dengue
Penyebab utama DBD adalah infeksi virus dengue yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena DBD:
- Tinggal di daerah tropis atau subtropis yang menjadi habitat nyamuk Aedes aegypti
- Kondisi lingkungan yang kotor dan banyak genangan air, yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk
- Tinggal di wilayah padat penduduk dan kumuh
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah
- Pernah terinfeksi DBD sebelumnya (risiko lebih tinggi terkena DBD yang lebih parah)
- Musim hujan atau pancaroba yang menciptakan banyak genangan air
Virus dengue memiliki empat serotipe berbeda. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh satu serotipe akan memiliki kekebalan terhadap serotipe tersebut, namun masih rentan terhadap tiga serotipe lainnya. Infeksi kedua oleh serotipe yang berbeda seringkali menyebabkan gejala yang lebih parah.
Ciri-ciri DBD pada Remaja
Mengenali ciri-ciri DBD pada remaja sangat penting agar bisa mendapatkan penanganan medis yang tepat dan cepat. Berikut ini adalah gejala-gejala DBD yang umumnya muncul pada remaja:
1. Demam Tinggi Mendadak
Gejala awal yang paling umum adalah demam tinggi yang muncul secara tiba-tiba. Suhu tubuh bisa mencapai 40°C atau lebih. Demam ini biasanya berlangsung selama 2-7 hari dan memiliki pola khas yang disebut "demam bifasik". Pada pola ini, demam akan tinggi selama beberapa hari, kemudian turun sejenak, lalu naik kembali.
2. Nyeri Otot dan Sendi
Remaja yang terkena DBD sering mengalami nyeri pada otot, tulang, dan sendi. Rasa nyeri ini bisa cukup parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri biasanya terasa di seluruh tubuh, terutama di punggung, lengan, dan kaki.
3. Sakit Kepala Parah
Sakit kepala yang intens, terutama di area dahi, sering dialami oleh penderita DBD. Selain itu, bisa juga terjadi nyeri di bagian belakang mata yang membuat mata terasa perih dan sensitif terhadap cahaya.
4. Ruam Kulit
Sekitar 2-5 hari setelah demam muncul, penderita DBD biasanya mengalami ruam kulit. Ruam ini berupa bintik-bintik merah yang menyebar di wajah, leher, dada, dan tungkai. Ruam ini berbeda dengan ruam alergi karena tidak gatal dan tidak memudar saat ditekan.
5. Mual dan Muntah
Gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah sering terjadi pada penderita DBD. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nafsu makan yang signifikan, yang pada akhirnya bisa menyebabkan dehidrasi dan kelemahan.
6. Pendarahan Ringan
Pada beberapa kasus, penderita DBD bisa mengalami pendarahan ringan seperti mimisan, gusi berdarah, atau menstruasi yang lebih banyak dari biasanya. Ini terjadi karena penurunan jumlah trombosit dalam darah.
7. Kelelahan dan Kelemahan
Remaja yang terkena DBD sering merasa sangat lelah dan lemah. Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari demam tinggi, nyeri tubuh, dan kurangnya asupan makanan akibat mual dan muntah.
8. Nyeri Perut
Beberapa penderita DBD mengalami nyeri perut yang cukup parah, terutama di bagian atas perut. Nyeri ini bisa disertai dengan pembesaran hati yang bisa dideteksi melalui pemeriksaan fisik oleh dokter.
9. Gelisah dan Mudah Tersinggung
Perubahan perilaku seperti gelisah, mudah tersinggung, atau sulit berkonsentrasi juga bisa menjadi tanda DBD pada remaja. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa tidak nyaman akibat gejala-gejala lain atau efek virus pada sistem saraf.
10. Penurunan Tekanan Darah
Pada kasus yang lebih serius, DBD bisa menyebabkan penurunan tekanan darah. Hal ini bisa menyebabkan pusing, terutama saat berdiri, dan dalam kasus yang parah bisa menyebabkan syok.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua penderita DBD akan mengalami semua gejala di atas. Beberapa orang mungkin hanya mengalami gejala ringan, sementara yang lain bisa mengalami gejala yang lebih parah. Oleh karena itu, jika seorang remaja mengalami demam tinggi yang berlangsung lebih dari dua hari, terutama jika disertai dengan gejala-gejala lain yang disebutkan di atas, sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Advertisement
Fase-fase DBD
Demam berdarah dengue (DBD) memiliki tiga fase utama yang perlu dipahami. Mengenali fase-fase ini penting untuk memantau perkembangan penyakit dan memberikan penanganan yang tepat. Berikut adalah penjelasan detail tentang ketiga fase DBD:
1. Fase Demam (Febrile Phase)
Fase ini merupakan tahap awal DBD yang ditandai dengan gejala-gejala berikut:
- Demam tinggi mendadak, biasanya mencapai 40°C atau lebih
- Berlangsung selama 2-7 hari
- Disertai sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta nyeri di belakang mata
- Mungkin muncul ruam kulit pada hari ke-2 atau ke-3
- Mual dan muntah sering terjadi
- Penurunan jumlah trombosit mulai terjadi
Pada fase ini, penting untuk menjaga hidrasi tubuh dan mengontrol demam. Pemantauan terhadap tanda-tanda perburukan juga perlu dilakukan.
2. Fase Kritis (Critical Phase)
Fase ini biasanya terjadi saat demam mulai turun, sekitar hari ke-3 hingga ke-7 sejak gejala pertama muncul. Karakteristik fase kritis meliputi:
- Penurunan suhu tubuh (di bawah 38°C)
- Risiko tinggi terjadinya kebocoran plasma darah
- Penurunan trombosit yang signifikan
- Kemungkinan terjadinya perdarahan internal
- Risiko syok akibat kebocoran plasma (dengue shock syndrome)
- Nyeri perut yang parah
- Muntah persisten
- Perdarahan dari hidung atau gusi
- Kelelahan berat dan gelisah
Fase ini merupakan periode paling kritis dan memerlukan pemantauan ketat. Penanganan medis intensif mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi serius.
3. Fase Pemulihan (Recovery Phase)
Fase ini terjadi setelah fase kritis berlalu, biasanya berlangsung selama 48-72 jam. Ciri-ciri fase pemulihan meliputi:
- Perbaikan kondisi umum pasien
- Kembalinya nafsu makan
- Stabilisasi tanda-tanda vital
- Peningkatan jumlah trombosit
- Cairan yang keluar dari pembuluh darah kembali diserap
- Penurunan gejala-gejala yang sebelumnya dialami
Meskipun kondisi mulai membaik, pasien tetap perlu dipantau untuk mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan komplikasi seperti edema paru.
Pemahaman tentang fase-fase DBD ini sangat penting bagi tenaga medis dan keluarga pasien. Setiap fase memerlukan pendekatan penanganan yang berbeda, dan transisi antar fase perlu dipantau dengan cermat. Pengenalan dini terhadap tanda-tanda perburukan, terutama saat memasuki fase kritis, dapat membantu mencegah komplikasi serius dan meningkatkan peluang kesembuhan.
Diagnosis DBD pada Remaja
Diagnosis DBD pada remaja melibatkan beberapa tahapan pemeriksaan. Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium. Berikut adalah langkah-langkah dalam mendiagnosis DBD:
1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami, kapan gejala mulai muncul, dan riwayat kesehatan pasien. Informasi tentang riwayat perjalanan ke daerah endemik DBD juga penting.
2. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa tanda-tanda vital seperti suhu tubuh, tekanan darah, dan denyut nadi. Pemeriksaan juga meliputi:
- Memeriksa adanya ruam kulit
- Memeriksa tanda-tanda dehidrasi
- Memeriksa adanya pembesaran hati
- Mencari tanda-tanda perdarahan seperti memar atau petekie (bintik merah kecil di kulit)
3. Tes Laboratorium
Beberapa tes laboratorium yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis DBD meliputi:
- Pemeriksaan darah lengkap: Untuk melihat jumlah trombosit, hematokrit, dan sel darah putih
- Tes NS1 Antigen: Untuk mendeteksi protein virus dengue dalam darah
- Tes serologi (IgM dan IgG): Untuk mendeteksi antibodi terhadap virus dengue
- Tes fungsi hati: Untuk memeriksa adanya kerusakan hati akibat infeksi
4. Pemeriksaan Radiologi
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan radiologi seperti:
- Ultrasonografi abdomen: Untuk memeriksa adanya kebocoran plasma atau penumpukan cairan di rongga perut
- Rontgen dada: Untuk memeriksa adanya penumpukan cairan di paru-paru
5. Kriteria Diagnosis WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan kriteria untuk diagnosis DBD, yang meliputi:
- Demam akut selama 2-7 hari
- Tanda perdarahan (uji tourniquet positif, petekie, ekimosis, atau purpura, perdarahan mukosa, saluran cerna, atau tempat suntikan)
- Trombositopenia (jumlah trombosit ≤100.000 sel/mm3)
- Bukti kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥20% dari nilai normal, penurunan hematokrit ≥20% setelah terapi cairan, atau tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia)
Diagnosis DBD dapat ditegakkan jika setidaknya dua kriteria klinis di atas terpenuhi, ditambah dengan minimal satu kriteria laboratorium (trombositopenia atau bukti kebocoran plasma).
Penting untuk diingat bahwa gejala DBD dapat mirip dengan penyakit lain seperti malaria, tifus, atau infeksi virus lainnya. Oleh karena itu, diagnosis yang akurat dari tenaga medis profesional sangat penting untuk memastikan penanganan yang tepat.
Advertisement
Penanganan dan Pengobatan DBD pada Remaja
Penanganan dan pengobatan DBD pada remaja bertujuan untuk mengatasi gejala, mencegah komplikasi, dan mendukung pemulihan tubuh. Berikut adalah langkah-langkah penanganan dan pengobatan DBD:
1. Penanganan Simptomatik
- Pemberian obat penurun panas (antipiretik) seperti paracetamol untuk mengatasi demam
- Hindari penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin karena dapat meningkatkan risiko perdarahan
- Kompres dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh
2. Manajemen Cairan
- Pemberian cairan oral atau intravena untuk mencegah dehidrasi
- Pemantauan ketat terhadap asupan dan pengeluaran cairan
- Pada kasus berat, mungkin diperlukan terapi cairan intravena yang diatur secara hati-hati
3. Pemantauan Ketat
- Pemeriksaan tanda vital secara berkala
- Pemantauan jumlah trombosit dan hematokrit setiap hari
- Observasi terhadap tanda-tanda perburukan seperti perdarahan atau syok
4. Penanganan Komplikasi
- Transfusi trombosit jika terjadi perdarahan berat atau jumlah trombosit sangat rendah
- Penanganan syok dengan resusitasi cairan yang tepat
- Perawatan intensif jika terjadi komplikasi serius
5. Istirahat Total
- Anjurkan pasien untuk beristirahat total selama fase akut penyakit
- Hindari aktivitas fisik yang berat untuk mencegah kelelahan dan risiko perdarahan
6. Dukungan Nutrisi
- Berikan makanan ringan yang mudah dicerna
- Pastikan asupan cairan yang cukup, termasuk air putih, jus buah, dan oralit
- Hindari makanan pedas atau berlemak yang dapat mengiritasi lambung
7. Pengobatan Suportif
- Pemberian vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh
- Penggunaan lotion anti-gatal jika terjadi ruam yang mengganggu
8. Pemantauan Pasca Perawatan
- Lakukan pemeriksaan lanjutan setelah pasien pulang dari rumah sakit
- Pantau pemulihan fungsi organ dan normalisasi nilai laboratorium
Penting untuk diingat bahwa tidak ada pengobatan antivirus spesifik untuk DBD. Pengobatan terutama bersifat suportif dan bertujuan untuk mengatasi gejala serta mencegah komplikasi. Dalam kasus DBD ringan, perawatan dapat dilakukan di rumah dengan pemantauan ketat. Namun, untuk kasus sedang hingga berat, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk memastikan penanganan yang optimal.
Kepatuhan terhadap anjuran dokter dan pemantauan yang cermat sangat penting dalam penanganan DBD. Jika terjadi perburukan gejala atau muncul tanda-tanda bahaya, segera hubungi tenaga medis atau bawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pencegahan DBD pada Remaja
Pencegahan DBD pada remaja melibatkan berbagai upaya untuk mengurangi risiko terinfeksi virus dengue. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang efektif:
1. Pengendalian Vektor
- Terapkan prinsip 3M: Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang
- Menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin, minimal seminggu sekali
- Menutup rapat semua wadah penyimpanan air
- Mendaur ulang atau membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
2. Perlindungan Diri
- Gunakan lotion anti nyamuk, terutama saat beraktivitas di luar ruangan
- Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang untuk mengurangi area kulit yang terpapar
- Gunakan kelambu saat tidur, terutama jika tinggal di daerah endemik DBD
3. Modifikasi Lingkungan
- Pasang kasa pada jendela dan ventilasi rumah
- Jaga kebersihan lingkungan sekitar rumah
- Hindari menggantung pakaian di dalam ruangan
- Tanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk, seperti lavender atau serai
4. Penggunaan Insektisida
- Gunakan obat nyamuk bakar atau semprot secara bijak
- Lakukan fogging atau pengasapan di lingkungan yang berisiko tinggi, terutama saat musim hujan
5. Edukasi dan Kesadaran
- Berikan pemahaman kepada remaja tentang bahaya DBD dan cara pencegahannya
- Dorong partisipasi dalam kegiatan kebersihan lingkungan
- Sosialisasikan pentingnya pemeriksaan dini jika muncul gejala DBD
6. Vaksinasi
- Pertimbangkan vaksinasi dengue sesuai rekomendasi dokter, terutama bagi remaja yang tinggal di daerah endemik
- Vaksin dengue umumnya diberikan kepada mereka yang pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya
7. Pemantauan dan Pelaporan
- Laporkan kasus DBD ke pihak berwenang untuk membantu pemantauan dan pengendalian wabah
- Ikuti perkembangan informasi tentang situasi DBD di daerah setempat
8. Peningkatan Daya Tahan Tubuh
- Konsumsi makanan bergizi seimbang
- Lakukan olahraga teratur
- Pastikan istirahat yang cukup
- Kelola stres dengan baik
9. Kerjasama Komunitas
- Ikut serta dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan sekitar
- Berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan
Pencegahan DBD membutuhkan upaya bersama dari individu, keluarga, dan masyarakat. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan secara konsisten, risiko terjadinya infeksi DBD pada remaja dapat dikurangi secara signifikan. Penting untuk menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat sejak dini, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan penyakit ini.
Advertisement
Komplikasi DBD pada Remaja
Meskipun sebagian besar kasus DBD dapat pulih dengan penanganan yang tepat, beberapa kasus dapat berkembang menjadi komplikasi serius. Remaja yang mengalami DBD berisiko mengalami komplikasi berikut:
1. Dengue Shock Syndrome (DSS)
DSS adalah komplikasi paling serius dari DBD. Kondisi ini terjadi ketika terjadi kebocoran plasma yang parah, menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis. Gejala DSS meliputi:
- Tekanan darah yang sangat rendah
- Denyut nadi cepat dan lemah
- Kulit dingin dan lembab
- Gelisah dan penurunan kesadaran
2. Perdarahan Hebat
Penurunan trombosit yang signifikan dapat menyebabkan perdarahan serius, termasuk:
- Perdarahan saluran cerna (muntah darah atau feses hitam)
- Perdarahan dari hidung atau gusi yang sulit dihentikan
- Perdarahan internal
3. Kerusakan Organ
DBD dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, termasuk:
- Hati: Hepatitis akut atau gagal hati
- Ginjal: Gagal ginjal akut
- Jantung: Miokarditis (peradangan otot jantung)
- Otak: Ensefalitis (peradangan otak)
4. Sindrom Pernapasan Akut
Akumulasi cairan di paru-paru (edema paru) dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan memerlukan bantuan pernapasan.
5. Gangguan Elektrolit
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, yang dapat mempengaruhi fungsi jantung dan otot.
6. Koagulopati
Gangguan pembekuan darah dapat terjadi, meningkatkan risiko perdarahan yang sulit dihentikan.
7. Komplikasi Neurologis
Dalam beberapa kasus, DBD dapat menyebabkan komplikasi neurologis seperti kejang atau ensefalopati.
8. Kelelahan Kronis
Beberapa remaja mungkin mengalami kelelahan berkepanjangan setelah pulih dari DBD, yang dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan.
9. Komplikasi Kehamilan
Bagi remaja perempuan yang hamil, DBD dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah.
Penting untuk diingat bahwa komplikasi serius dari DBD lebih mungkin terjadi jika penyakit tidak dikenali dan ditangani dengan cepat. Oleh karena itu, pemantauan ketat dan penanganan medis yang tepat sangat penting untuk mencegah dan mengatasi komplikasi ini.
Jika seorang remaja yang terdiagnosis DBD menunjukkan tanda-tanda perburukan seperti nyeri perut yang parah, muntah terus-menerus, perdarahan yang tidak biasa, atau perubahan tingkat kesadaran, segera cari bantuan medis darurat. Penanganan cepat dan tepat dapat secara signifikan mengurangi risiko komplikasi serius dan meningkatkan peluang pemulihan penuh.
Kesimpulan
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit serius yang dapat menyerang remaja dan memiliki potensi komplikasi yang berbahaya. Mengenali ciri-ciri DBD pada remaja sangat penting untuk diagnosis dan penanganan dini. Gejala utama seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala parah, serta ruam kulit harus segera diwaspadai.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)