Anemia Aplastik, Penyakit Autoimun Langka yang Sempat Diderita Babe Cabita Sebelum Meninggal Dunia

Sejauh ini, penyebab Babe Cabita meninggal belum diungkap ke publik. Namun, ia sempat mengatakan pernah dirawat karena anemia aplastik.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Apr 2024, 19:59 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2024, 19:58 WIB
Pemakaman Babe Cabita. (Instagram/ andreastaulany)
Pemakaman Babe Cabita. (Instagram/ andreastaulany)

Liputan6.com, Yogyakarta - Dunia hiburan Indonesia berduka setelah kepergian komika Babe Cabita pada Selasa (9/4/2024) pagi. Sebelum meninggal dunia, Babe Cabita sempat bercerita bahwa dirinya didiagnosa mengidap penyakit autoimun langka anemia aplastik.

Sejauh ini, penyebab Babe Cabita meninggal belum diungkap ke publik. Namun, ia sempat mengatakan pernah dirawat karena anemia aplastik.

Mengutip dari laman Centre For Clinical Haematology, anemia aplastik adalah sebuah kondisi langka dan serius yang terjadi ketika sel darah tidak cukup diproduksi di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh merasa lelah dan dapat meningkatkan risiko perdarahan dan infeksi yang tidak terkontrol. 


Anemia aplastik mempengaruhi segala usia, tetapi paling sering terjadi pada usia 10-20 tahun atau 60-65 tahun. Kondisi ini bisa terjadi tiba-tiba, tetapi bisa juga berkembang secara perlahan dan memburuk setelah beberapa waktu.


Penyebab paling umum anemia aplastik adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang dan merusak sel induk di sumsum tulang. Akibatnya, sel punca yang rusak ini tidak mampu memproduksi sel darah dengan baik dan menyebabkan sumsum tulang menjadi kosong (aplastik) atau mengandung sel darah yang tidak mencukupi (hipoplastik). 


Faktor lain yang dapat mempengaruhi fungsi sumsum tulang dan meningkatkan risiko anemia aplastik, meliputi:

- Paparan bahan kimia beracun, seperti insektisida, pestisida, dan bahan dalam bensin yang disebut benzena

- Efek samping obat-obatan tertentu, seperti beberapa antibiotik dan obat-obatan lain

- Kemoterapi dan radiasi (efek samping ini bersifat sementara dan cenderung hilang setelah pengobatan kanker selesai)

- Kehamilan (sistem kekebalan dapat menyerang sumsum tulang, sehingga mengurangi kemampuannya untuk memproduksi sel darah)

- Infeksi virus, seperti virus hepatitis, cytomegalovirus, HIV, dan parvovirus B19

- Gangguan autoimun

- Kelainan langka (hemoglobinuria nokturnal paroksismal dan anemia fanconi)

- Faktor yang tidak diketahui karena pada sebagian besar kasus, penyebab pasti anemia aplastik tidak dapat diidentifikasi (anemia aplastik idiopatik).

Saat mengidap anemia aplastik, seseorang mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, beberapa di antaranya juga mengalami gejala, seperti kelelahan, sesak napas, pusing, sakit kepala, detak jantung cepat dan tidak teratur, kulit pucat atau ruam kulit, infeksi yang sering atau menetap, demam, memar yang tidak dapat dijelaskan, mimisan, serta gusi berdarah atau pendarahan berlebihan dari luka kecil.

Meski tergolong langka, anemia aplastik dapat bersifat sementara atau kronis. Jika tidak dikelola dengan baik, maka kondisi dapat memburuk dan menyebabkan komplikasi fatal.

Adapun perawatan anemia aplastik meliputi obat-obatan, transfusi darah, dan transplantasi sumsum tulang yang juga disebut sebagai transplantasi sel induk.

 

Penulis: Resla

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya