Miris, Warga dan Pelajar di Sukabumi Terpaksa Lintasi Jembatan Miring untuk Bisa Beraktivitas

Ratusan warga di Sukabumi terpaksa bertaruh nyawa saat melintasi jembatan miring penghubung antar kecamatan. Tak hanya warga, siswa sekolah pun terpaksa melalui jembatan tersebut.

oleh Fira Syahrin diperbarui 24 Jul 2024, 09:14 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 09:14 WIB
Siswa SD saat melewati jembatan rusak nyaris putus penghubung 2 kecamatan di Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).
Siswa SD saat melewati jembatan rusak nyaris putus penghubung 2 kecamatan di Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Liputan6.com, Sukabumi - Ratusan warga di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terpaksa melintasi jembatan miring penghubung antar kecamatan. Tak hanya warga, anak-anak sekolah pun terpaksa berjalan menyamping dengan memegang tali sling yang nyaris putus. 

Kondisi mengkhawatirkan itu terjadi pada jembatan Cibadak yang menghubungkan dua kecamatan antara Kecamatan Lengkong dengan Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, pada Selasa (23/7/2024). 

Di atas jembatan itu, warga nekad bertaruh nyawa seberangi sungai sepanjang 50 meter di atas sungai Cikaso, dengan cara merayap di atas konstruksi bangunan jembatan yang hancur akibat banjir bandang yang terjadi pada 29 Juni 2024 lalu. 

Tak hanya warga, beberapa anak sekolah dari Desa Bantar Panjang terpaksa melintasi jembatan rusak menuju Desa Neglasari Kecamatan Lengkong. Warga terpaksa melintasi jembatan yang membahayakan tersebut, karena jika menggunakan akses jalur lain perlu menempuh jarak memutar sekitar 5 kilometer. 

“Tiap hari, kan kebunnya daerah sini, iya mau ke kebun. Takut banget, terpaksa. Kalau takut biasanya lewat air maksain, ya bagaimana kan terpaksa,” ujar warga sekitar, Aisyah. 

“Jalan lain ada cuma jauh banget, iya lewat bawah. Apalagi kalau bawa anak pasti lewat bawah. Kalau airnya tinggi ya gak jadi, terpaksa muter jauh,” sambung dia.

Meski dihantui rasa takut jatuh, warga terpaksa melintasi jembatan untuk pergi ke kebun atau siswa yang hendak bersekolah. Jika debit air sungai tinggi dan hujan, warga memilih tidak berkebun dan siswa tak sekolah, karena tak bisa menyebrang. 

“Iya tiap hari, kalau hujan nggak sekolah jadinya, iya, soalnya nggak ada yang jagain,” ucap salah satu siswa sekolah, Arsan. 

 

Warga dan Relawan Masih Mengumpulkan Donasi untuk Perbaiki Jembatan

Siswa SMK saat melewati jembatan rusak nyaris putus penghubung 2 kecamatan di Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).
Siswa SMK saat melewati jembatan rusak nyaris putus penghubung 2 kecamatan di Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Relawan Jampang Jampang Peduli, Kabupaten Sukabumi, berencana akan membangun kembali jembatan dan masih mengumpulkan donasi. Salah satunya melalui aplikasi filantropi.

Warga berharap, pemerintah maupun relawan dapat kembali membangun jembatan sebelum terjadinya korban. 

“Kita melakukan assesmen ke lokasi waktu itu kondisinya seperti ini benar sesuai laporan dari warga. Lalu kita assessment dan kita hitungkan untuk seluruh jembatan ini membutuhkan biaya Rp90 juta untuk hitungan kita,” ujar Ketua Program Yayasan Jampang Peduli, Suherlan. 

Dia mengatakan, saat banjir terjadi ada dua jembatan putus secara bersamaan termasuk jembatan Cibadak ini. Dari estimasi biaya yang diperlukan untuk perbaikan jembatan tersebut, pihaknya menyebut, baru terkumpul sebesar Rp50 juta.

“Rp90 juta itu selesai seratus persen, nah kenapa kemarin saya ngomong kekurangan Rp40 juta karena kita masih punya dana untuk jembatan senilai Rp50 juta lagi. Jadi kekurangan kita Rp40 juta lagi untuk pembangunan jembatan,” jelasnya.

Lebih lanjut, hingga kini, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukabumi belum bisa dikonfirmasi terkait dampak dari jembatan nyaris putus yang terjadi hampir satu bulan ini. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya