Ratusan Rumah dan 2 Fasilitas Umum Rusak, PVMBG Sebut Gerakan Tanah di Nunukan Dipicu 5 Faktor

Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di Nunukan diperkirakan karena sifat tanah pelapukan yang sarang dan mudah luruh jika terkena air.

oleh Arie Nugraha diperbarui 30 Jul 2024, 05:40 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2024, 05:39 WIB
gempa, badan geologi
Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah bulan Juli 2024 di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. (sumber gambar: PVMBG Badan Geologi)

Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan pemicu gerakan tanah di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, Sabtu (13/7/2024) pukul 09.18 Wita dipicu lima faktor.

Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hadi Wijaya, gerakan tanah terjadi di 7 desa yakni Desa Long Pasia, Liang Lunuk, Long Birar, Pa Kaber, Pa Ibang, Pa Amai dan Pa Upan, Kecamatan Krayan Selatan.

"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran tebing yang yang berada di jalan," terang Hadi ditulis Bandung, Senin (29/07/2024).

Hadi menuturkan faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan karena sifat tanah pelapukan yang sarang dan mudah luruh jika terkena air. Selain ditunjang oleh kemiringan lereng yang terjal.

Hadi menambahkan faktor lainnya yang menjadi pemicu yaitu bentuk topografi cekungan lembah pada perbukitan.

"Banyaknya air permukaan yang meresap ke dalam tanah melalui pori tanah akan meningkatkan beban pada lereng, sehingga membuat lereng menjadi tidak stabil," kata Hadi.

Sebelumnya jelas Hadi, curah hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan lama sebelum terjadinya bencana mendorong tanah menjadi longsor.

Akibat dari gerakan tanah tersebut sebanyak 246 unit rumah terdampak yang dihuni oleh 1.166 orang dari 246 kepala keluarga. Selain itu 1 unit jembatan rusak berat dan 1 ruas jalan provinsi terdampak.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Analisis Data Badan Geologi

Hadi menernagkan secara umum lokasi bencana diperkirakan merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng agak curam.

Ketinggian lokasi gerakan tanah diperkirakan berada pada ketinggian 883 meter di atas permukaan laut.

"Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lumbis (R. Heryanto, dkk, 1995, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1995), Kalimantan Terdiri dari argilit, warna jingga, hijau atau kelabu muda, berlapis felsparan, dan arkose kelabu, kaya akan bahan organik, mikaan, tebal lapisan dari beberapa desimeter sampai beberapa meter, mengandung evaporit air garam dan lapisan batubara dengan tebal sekitar 0,5 – 1,5m," terang Hadi.

Sementara berdasarkan Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah bulan Juli 2024 di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), lokasi bencana termasuk dalam potensi terjadi gerakan tanah Menengah. Artinya daerah ini mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah.

Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

"Berdasarkan peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Kalimantan Utara, lokasi bencana termasuk ke dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah," ungkap Hadi.

Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat.

 


4 langkah Antisipasi Potensi Tanah Longsor

Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.

Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.

Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.

2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.

3. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.

4. Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.

Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.

Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya