Melindungi Pengetahuan Ekologi Lokal dari Dampak Pembangunan Waduk Jatigede

Hal ini penting dilakukan sebagai respons terhadap ancaman terkikisnya pengetahuan lokal tentang ekologi yang memuat kesadaran ekologis masyarakat terdampak di kawasan pembangunan Waduk Jatigede.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 02 Okt 2024, 23:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2024, 23:00 WIB
Waduk Jatigede Surut, Warga Jaring Ikan dan Kumpulkan Puing Bangunan
Warga menjaring ikan di Waduk Jatigede, Desa Cipaku, Sumedang, Jawa Barat, Senin (17/9). Musim kemarau yang menyurutkan Waduk Jatigede dimanfaatkan warga untuk menjaring ikan dan mengumpulkan puing bangunan serta kayu. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Bandung - Dini Gilang Sari berhasil meraih hibah penelitian kompetitif nasional melalui skema Penelitian Pascasarjana-Penelitian Tesis Magister (PPS-PTM). Dalam skema tersebut, mahasiswa Prodi Magister Linguistik FIB UGM itu berkolaborasi dengan Dr. Suhandano, M.A. yang bertindak sebagai ketua peneliti dan sekaligus sebagai pembimbing tesis.

Kabar tersebut tertuang dalam surat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nomor 0667/E5/AL.04/2024 tanggal 30 Mei 2024, tentang Pengumuman Penerima Pendanaan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun Anggaran 2024.

Penelitian yang berjudul “Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Ekologi dalam Toponimi di Kawasan Waduk Jatigede: Studi Linguistik Antropologis” itu meraih pendanaan sebesar Rp20.530.000,00. Urgensi dari penelitian ini adalah diperlukan adanya eksplorasi pengetahuan lokal tentang ekologi dalam toponimi di kawasan Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang.

Hal ini penting dilakukan sebagai respons terhadap ancaman terkikisnya pengetahuan lokal tentang ekologi yang memuat kesadaran ekologis masyarakat terdampak di kawasan pembangunan Waduk Jatigede.

Dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di lokasi penelitian (22/9/2024), Dini menjelaskan bahwa ada tiga harapan lanjutan dari penelitian ini. Pertama, dokumentasi toponimi yang berlandaskan pengetahuan lokal dapat dijaga dan dilestarikan.

Kedua, preservasi memori kolektif terkait toponimi yang berlandaskan pengetahuan lokal agar tercipta pewarisan memori kolektif dari generasi ke generasi. Ketiga, sosialisasi dan edukasi pentingnya toponimi yang berlandaskan pengetahuan lokal agar dapat dikelola dengan baik sebagai salah satu instrumen perumusan kebijakan yang komprehensif terkait integrasi nilai-nilai pengetahuan lokal dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Kegiatan FGD bersama para tokoh masyarakat di kawasan Waduk Jatigede tersebut juga menghadirkan Dr. Tatang Hariri, M.A. sebagai narasumber dan Dr. Mahmud Fasya, M.A. sebagai akademisi yang merupakan warga asli Jatigede.

Selama FGD, para tokoh masyarakat sangat antusias dalam berbagi pengalaman dan pengetahuannya tentang makna dan sejarah berbagai toponimi di kawasan tersebut.

“Para tokoh ternyata masih memiliki pemahaman yang baik mengenai pengetahuan lokal tentang ekologi dalam toponimi di wilayahnya,” ujar Suhandano di lokasi FGD.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya