5 Budaya Solo yang Sudah Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Dari banyaknya budaya asli kota ini, beberapa di antaranya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Mengutip dari surakarta.go.id, berikut lima budaya Solo yang sudah ditetapkan sebagai WBTB:

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Jan 2025, 00:00 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2025, 00:00 WIB
Taman Sriwedari
Pentas wayang orang di Gedung Wayang Orang Sriwedari Solo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Budaya dan Kota Solo memang dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sebagai Kota Budaya, Solo menyimpan banyak kebudayaan yang menarik untuk dikulik.

Dari banyaknya budaya asli kota ini, beberapa di antaranya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Mengutip dari surakarta.go.id, berikut lima budaya Solo yang sudah ditetapkan sebagai WBTB:

1. Kirab Pusaka Malam 1 Suro Pura Mangkunegaran

Sesuai namanya, kirab pusaka malam 1 Suro merupakan tradisi kirab pusaka yang dilakukan di Pura Mangkunegaran. Tradisi ini termasuk tradisi budaya Jawa yang cukup sakral untuk menyambut 1 Suro.

Tradisi kirab pusaka bertujuan sebagai sarana introspeksi diri dan ungkapan rasa syukur atas tahun sebelumnya. Selain itu, tradisi ini juga sebagai upaya untuk berdoa agar di tahun tahun yang akan datang senantiasa diberi keselamatan.

Kirab Pusaka Malam 1 Suro Pura Mangkunegaran telah ditetapkan sebagai WBTB dengan Surat Keputusan (SK) Nomor 315/M/2023. Tradisi ini masuk dalam kategori Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan.

2. Tari Bedhaya Pangkur

Tari bedhaya pangkur merupakan salah satu tarian keraton yang cukup sakral. Tarian ini menceritakan keseimbangan hawa nafsu dan akal sehat manusia.

Tarian ini lahir dari tari klasik tradisional di sekitar lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tari bedhaya pangkur merupakan karya Raja PB IV.

Konon, tari bedhaya pangkur telah berusia 200 tahun. Tari bedhaya pangkur telah ditetapkan sebagai WBTB dengan SK Nomor 315/M/2023 dalam kategori Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku Mengenai Alam dan Semesta.

3. Tari Bondan

Tari bondan adalah tari klasik yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada zaman dahulu, tarian ini dibawakan oleh kembang desa.

Tak hanya sebagai seni pertunjukan, pada masa itu, tarian ini dipentaskan untuk menunjukkan jati diri si penari sebagai calon ibu generasi. Filosofi tarian ini menggambarkan cinta ibu hingga akhir hayat.

Hal itu bisa dilihat dari properti boneka yang digunakan dalam tarian. Selain boneka, ada juga payung dan kendhi. Tari ini telah ditetapkan sebagai WBTB di bidang seni pertunjukan.

 

Tari Karonsih

4. Tari Karonsih

Nama tari karonsih berasal dari kata kekaron atau sakloron tansah asih. Artinya, keduanya saling mengasihi.

Sesuai namanya, tarian ini merupakan lambang cinta dua sejoli. Tarian ini Menggambarkan kisah asmara Dewi Sekartaji yang biasa disebut putri Galuh Candra Kirana dengan kekasihnya yang bernama Panji Asmara Bangun.

Tarian yang sering ditampilkan pada resepsi pernikahan ini mempunyai ritme lembut yang melambangkan kasih sayang dua sejoli. Tari karonsih telah ditetapkan sebagai WBTB dengan SK Nomor 315/M/2023 dalam kategori Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku Mengenai Alam dan Semesta.

5. Wayang Orang Sriwedari

Wayang Orang Srowedari adalah salah satu ikon budaya Kota Solo. Wayang ini sudah berusia hampir 115 tahun.

Tidak hanya menampilkan wayang, pertunjukan ini juga menampilkan unsur tari musik, pedalangan, serta drama. Dibentuk pada 1911, Wayang Orang Sriwedari bukan merupakan produk budaya biasa. Budaya Solo ini lahir akibat dampak krisis ekonomi yang menimpa pemerintahan Mangkunegaran V.

 

Penulis: Resla

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya