Liputan6.com, Bandung - Pendiri Hamzah Batik sekaligus tokoh inspiratif, Hamzah Sulaiman dikabarkan meninggal dunia di usia 75 tahun pada Rabu, 23 April 2025. Kabar duka tersebut dibagikan langsung melalui media sosial resmi Hamzah Batik Official pada Kamis (24/4/2025) pagi.
“Dengan duka mendalam, kami sampaikan kabar berpulangnya KMT. Tanoyo Hamiji Nindyo (Bapak Hamzah Sulaiman). Pendiri dan sosok inspiratif di balik berdirinya Hamzah Batik,” tulis (@hamzahbatikofficial).
Baca Juga
Mendiang Hamzah Sulaiman dikenal oleh publik sebagai orang yang menginspirasi terutama untuk budaya dan kuliner Jawa. Sosoknya juga dikenal tekun dan berdedikasi dalam menjaga budaya.
Advertisement
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi, semangat, dan warisan luhur yang telah beliau tinggalkan. Ketekunan dan cintanya terhadap budaya Jawa menjadi fondasi kuat yang akan senantiasa kami jaga dan teruskan,” tulis Hamzah Batik.
Adapun jenazah mendiang Hamzah Sulaiman rencananya akan disemayamkan di Rumah Duka PUKJ Yogyakarta, Kasihan, Bantul. Kemudian akan dikremasi pada hari Sabtu, 26 April 2025.
Sebagai informasi, Hamzah Sulaiman dikenal sebagai pendiri dari Hamzah Batik, restoran The House of Raminten, hingga Raminten Cabaret Show. Ia merupakan budayawan yang menghidupkan Raminten melalui acara ketoprak humor di televisi lokal Yogyakarta.
Profil Hamzah Sulaiman
Melansir dari beberapa sumber, Hamzah Sulaiman merupakan pria kelahiran 7 Januari 1950 di Yogyakarta. Sosoknya dikenal sebagai pengusaha sekaligus seniman yang sukses di Indonesia.
Hamzah merupakan putra bungsu dari pendiri grup Mirota yaitu Hendro Sutikno (Tan Kiem Tik) dan Tini Yunianti (Nyoo Tien Nio). Dia pernah menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta jurusan Bahasa Inggris.
Kemudian pernah bekerja sebagai pelayan di sebuah kapal pesiar sekitar tahun 1970 dan pernah bekerja di Amerika Serikat. Namun, Hamzah tidak melanjutkan kariernya karena harus pulang ketika ayahnya sakit.
Pada tahun 1976, Hamzah mulai mengembangkan grup Mirota dan mendirikan toko batik bernama Mirota Batik. Melalui perjalanan bisnis yang panjang, toko batik tersebut juga sempat terbakar di tahun 2004.
Melalui insiden tersebut, Hamzah kembali mendirikan toko batiknya dengan nama Hamzah Batik. Bagi banyak wisatawan, toko ini menjadi salah satu destinasi yang tidak boleh terlewatkan ketika berwisata ke Yogyakarta.
Advertisement
Mendirikan The House of Raminten
Pria kelahiran 1950 ini ternyata tidak hanya berfokus pada bisnis batik tetapi juga kuliner. Dia mendirikan sebuah restoran pada tahun 2008 yang dikenal dengan nama The House of Raminten.
Menariknya, restorannya ini tidak kalah populer dan jadi ikon wisata wajib ketika berada di Yogyakarta. Tempat ini mengusung konsep hingga suasana tradisional Jawa sehingga menjadi destinasi kuliner yang menarik untuk banyak pengunjung.
Sebelum dikenal sebagai restoran, The House of Raminten merupakan tempat berjualan jamu tradisional untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan. Kemudian perlahan berkembang jadi restoran dengan menu makanan khas Jawa yang menggugah selera.
Adapun nama “Raminten” sendiri berasal dari sebuah peran Hamzah Sulaiman di sebuah stasiun televisi lokal Yogyakarta. Karakter Raminten diketahui sebagai sosok perempuan Jawa yang lengkap dengan busana Jawa, berkebaya, memakai jarik, dan berkonde.
Sejak berperan sebagai Raminten, Hamzah kemudian dikenal masyarakat dengan sosok tersebut sampai saat ini. Kemudian sosok “Raminten” menjadi ikon Hamzah Batik dan Raminten Group.
Dedikasi Tinggi Terhadap Budaya
Hamzah Sulaiman tidak hanya populer karena bisnis tetap juga dedikasinya terhadap budaya. Dia dikenal sebagai sosok yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan tetapi juga berkomitmen terhadap melestarikan budaya Jawa.
Para karyawan Hamzah mengenalnya tidak hanya sebagai pemimpin tetapi juga menghormatinya sebagai guru dan teladan dalam bekerja, berkarya, dan mencintai budaya Jawa.
Hamzah Sulaiman juga seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta sejak 2014 yang memiliki garis keturunan Tionghoa. Komitmennya terhadap budaya Jawa membawanya mendapat penganugerahan gelar Kanjeng Mas Tumenggung Tanoyo Hamijinindyo.
Selain itu, Hamzah juga menjadi budayawan dan seniman yang aktif dalam ketoprak serta Wayang Wong. Dia bahkan pernah berperan sebagai tokoh monyet dalam lakon Anoman Obong.
Advertisement
