Liputan6.com, Jakarta - Di tengah menguatnya Bursa Asia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru tersungkur di zona merah pada penutupan perdagangan Jumat (13/6/2014). IHSG tercatat turun 7,74 poin atau terkikis 0,16 persen menjadi 4.926,66.
Pada perdagangan hari ini, IHSG sama sekali tak beranjak dari zona merah. Saat dibuka, IHSG langsung turun ke 4.927,37 dan sempat menyentuh level terendah 4.918,47. Pelemahan IHSG juga diikuti indeks 45 saham unggulan (LQ45) yang turun 0,22% ke level 832,66.
Sementara di Asia, Indeks Hang Seng naik 0,62 persen begitu pula Nikkei yang menguat 0,82 persen. Dari Singapura, indeks STI juga menghijau dengan naik 0,03 persen.
"Pergerakan saham masih mengalami pelemahan. Ini berbeda dibandingkan dengan bursa saham Asia yang bergerak positif," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Pryambada saat dihubungi Liputan6.com.
Dia menjelaskan, pergerakan Bursa Asia pada hari ini juga bertolak belakang dengan Bursa Eropa dan Amerika Serikat (AS). Kedua bursa itu memerah karena merespons keputusan Bank Dunia yang memangkas pertumbuhan ekonomi global. Adanya potensi konflik di Irak juga telah membuat harga minyak lonjakan cukup tajam.
"Ini direspons negatif oleh Bursa Eropa dan AS," tuturnya.
Melonjaknya harga minyak justru direspons positif oleh pasar Asia mengingat untung yang bakal direguk emiten-emiten di sektor komoditas. Menurut Reza, hal itulah yang membuat maraknya aksi borong saham pertambangan dan sukses mendongkrak bursa.
Sementara di Indonesia, lanjut dia, pelemahan lebih disebabkan masih adanya aksi jual yang dilakukan investor. Tak hanya itu, rencana pemerintah untuk menaikkan tarif listrik mulai 1 Juli membawa angin negatif ke pasar.
"Ditambah rilis suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang diputuskan tetal 7,5% membuat minimnya sentimen. Tidak ada lagi yang ditunggu pasar," tuturnya.
Perdagangan saham hari ini mencapai nilai Rp 10,52 triliun dengan volume transaksi 7,77 miliar saham, dengan frekuensi 149.291 kali saham berpindah tangan.
Investor asing mencatat aksi jual sebesar Rp 4,6 triliun, sedangkan aksi beli bersih Rp 5,2 triliun. Sementara investor domestik melakukan aksi jual bersih hingga Rp 6,2 triliun dan aksi beli bersih Rp 5,5 triliun.
Pelemahan indeks didorong turunnya harga saham dari 141 emiten, sementara 117 emiten menahan laju penurunan dan sisanya 91 emiten stagnan.
Hampir semua sektor saham melemah, dengan penurunan terbesar di sektor aneka industri konsumer dan kontruksi. Hanya sektor pertanian, industri dasar dan infrastruktur yang menghijau.
Saham-saham unggulan yang menjadi pemberat IHSG yaitu PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR)
Adapun saham-saham yang masih sanggup menguat yaitu PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). (Ndw)
Advertisement