Emiten Ini Reguk Untung dari Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III

Pemangkasan biaya energi dinilai akan berdampak terhadap kinerja emiten karena mengurangi biaya produksi.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Okt 2015, 20:21 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2015, 20:21 WIB
IHSG Rawan Koreksi, Cermati Delapan Saham Pilihan
Pelaku pasar diperkirakan realisasikan keuntungan setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) catatkan penguatan selama dua hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah merilis paket kebijakan ekonomi Jilid III pada 7 Oktober 2015. Dalam paket kebijakan itu pemerintah memutuskan memangkas harga gas, avtur, solar bersubsidi dan nonsubsidi serta memberikan insentif listrik.

Sejumlah analis menilai, paket kebijakan ekonomi itu menguntungkan bagi emiten di pasar modal Indonesia.Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menuturkan, sejumlah harga bahan bakar minyak (BBM) dan insentif listrik memberikan dampak terhadap kinerja emiten lantaran dapat  menurunkan biaya produksi sehingga membuat margin membaik.

"Dengan pemangkasan biaya produksi maka dapat menurunkan harga. Bisa jadi terjadi deflasi. Daya beli masyarakat pun membaik karena harga akan turun. Konsumsi masyarakat meningkat," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (9/10/2015).

Alfred mengatakan, sektor manufaktur dan barang konsumsi akan terkena dampak positif dari kebijakan pemerintah itu. "Di sektor barang konsumsi yang dapat merasakan biaya energi turun dan produk tertolong oleh daya beli masyarakat akan berdampak ke emiten PT Indofood Sukses Makmur Tbk," kata Alfred.

Tak hanya sektor manufaktur dan barang konsumsi yang mendapatkan keuntungan dari insentif yang diberikan pemerintah. 

Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan, sejumlah harga BBM turun dan insentif listrik kepada industri menguntungkan sektor industri dasar dan transportasi terutama penerbangan.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tex Tbk (PBRX), produsen tekstil Iswardeni pun menyambut baik dari kebijakan pemerintah terutama insentif listrik. Kebijakan itu pun dinilai efektif untuk perseroan karena dapat menurunkan biaya produksi.

"Karena itu menurunkan biaya manufaktur. Untuk industri tekstil serat spining besi yang kerja 24 jam komponen listriknya dapat mencapai 15 persen," kata Iswardeni.

Demikian juga harga solar turun, menurut Iswardeni itu juga membuat struktur biaya menjadi turun. "Angkutan khususnya dan industri yang jalan 24 jam juga dari listrik jadi struktur biaya turun," tegas Iswardeni.

Hal senada dikatakan Sekretaris Perusahaan PT Ace Hardware Tbk (ACES) Helen Tanzil. Ia mengatakan, penurunan harga solar dan insentif listrik membantu mengurangi beban operasional perseroan. Pihaknya pun juga menyambut positif dari kebijakan pemerintah tersebut.

"Kalau penurunan harga solar ada pengaruhnya karena ada juga transportasi barang. Listrik juga akan berpengaruh. Jadi diharapkan kebijakan ini membantu kami," ujar Helen.

Berdasarkan data PT Panin Sekuritas, ada sejumlah emiten yang diuntungkan dari penurunan harga energi dan insentif listrik. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Semen Indonesia (SMGR) akan terkena dampak positif paket kebijakan ekonomi jilid III. Selain itu juga PT Garuda Indonesia Tbk diuntungkan dari harga avtur turun.

Analis PT BNI Securities, Thennesia Debora mengatakan, biaya bobot operasional PT Garuda Indonesia Tbk untuk bahan bakar mencapai 30 persen-40 persen.

Dengan penurunan harga avtur membuat sentimen positif untuk PT Garuda Indonesia Tbk. Seperti diketahui, harga avtur untuk penerbangan luar negeri turun US$ 10 sen per liter, untuk domestik turun sekitar 1 persen (saat ini baru berlaku di bandara Soekarno Hatta). (Ahm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya