Meredupnya Gerai 7-Eleven di Indonesia

PT Modern Internasional Tbk melalui anak usahanya membuka gerai pertama 7-Eleven pada akhir tahun 2009.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jun 2017, 20:45 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2017, 20:45 WIB
sevel-disegel-140104b.jpg
7-Eleven

Liputan6.com, Jakarta - Gerai 7-Eleven yang sempat menjamur kini semakin pudar. Apalagi manajemen PT Modern Internasional Tbk (MDRN) melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia memutuskan akan menghentikan kegiatan operasional gerai 7-Eleven per 30 Juni 2017.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Jumat (23/6/2017), PT Modern Internasional Tbk menginformasikan kalau seluruh gerai 7-Eleven, di bawah manajemen PT Modern Sevel Indonesia yang merupakan entitas anak Perseroan, akan menghentikan kegiatan operasionalnya.

"Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Perseroan untuk menunjang kegiatan operasional gerai 7-Eleven," ujar Direktur PT Modern Internasional Tbk Chandra Wijaya.

Selain itu, perseroan juga tidak mencapai kesepakatan dengan PT Charoen Pokphand Restu Indonesia, anak usaha PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN) atas rencana penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store di Indonesia dengan merek waralaba 7-Eleven beserta aset yang menyertainya oleh PT Modern Sevel Indonesia, sebagai anak usaha perseroan.

Lalu bagaimana perjalanan 7-Eleven di Indonesia?

PT Modern Internasional Tbk melalui anak usahanya pada 3 Oktober 2008 telah menandatangani master franchise agreement dengan 7-Eleven Inc, suatu perusahaan yang operasikan dan mengusahakan waralaba atau memberikan lisensi kepada hampir 36 ribu outlet di 15 negara.

Mengutip paparan perseroan pada 2016 yang disampaikan ke BEI, perseroan membuka gerai pertama di Bulungan pada akhir tahun 2009. Kala itu, gerai 7-Eleven dibangun untuk menjadi "food store destination".

Manajemen menyatakan konsep 7-Eleven di Jakarta memang sengaja difokuskan untuk penyediaan makanan dan minuman segar dengan kualitas baik, aman, higienis, cepat, nyaman dan praktis serta harga terjangkau.

Sekitar 50 persen area gerai memang digunakan untuk penyediaan berbagai macam program dan varian makanan dan minuman segar.

Gerai 7-Eleven ini juga menjadi kontribusi utama untuk anak usaha perseroan. 7-Eleven yang memasuki tahun ke-7 dalam masa operasinya pada 2016, dan memberikan kontribusi penjualan sebesar 79,6 persen kepada perseroan. Ini sesuai pencapaian hasil hingga kuartal III 2016. Hingga September 2016, PT Modern Sevel Indonesia telah memiliki 175 gerai 7-Eleven, dan berlokasi di Jakarta.

Akan tetapi, sayangnya gerai 7-Eleven meredup. Ini berdampak terhadap kinerja perseroan pada periode sembilan bulan pertama 2016. Saat itu, penjualan turun 31,37 persen menjadi Rp 660,67 miliar. Perseroan pun mengalami kerugian Rp 162,02 miliar hingga kuartal III 2016 dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 11,77 miliar.

Penurunan penjualan sektor ritel 7-Eleven didorong dampak kehilangan penjualan alkohol serta beban pembayaran pokok pinjaman dan bunga cukup besar. Ini memperketat modal kerja di gerai 7-Eleven.

Perseroan alami kenaikan beban operasi yang banyak berhubungan dengan biaya efisiensi dan penurunan laba karena kenaikan harga bahan baku.

Sebelumnya, perseroan menyatakan mencari dan mempertimbangkan berbagai macam cara untuk menyehatkan neraca. Selain itu, menjual aset berupa tanah dan bangunan perseroan yang saat ini dan waktu ke depan tidak produktif lagi. Kemudian untuk melunasi utang bank.

Langkah penjualan bisnis gerai 7-Eleven dan asetnya hampir terjadi. Perseroan mengumumkan menjual bisnis restoran dan convenience store di Indonesia kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI), yaitu anak usaha CPIN pada April 2017.

Penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store di Indonesia dengan merek waralaba 7-Eleven itu beserta aset yang menyertainya. Penandatanganan business acquisition agreement oleh keduabelah pihak dilakukan pada 19 April 2017.

Penjualan tersebut senilai Rp 1 triliun yang merujuk pada penilaian Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) dan uji tuntas pihak pembeli. Transaksi penjualan itu diharapkan selesai sebelum 30 Juni 2017. Berita rencana penjualan bisnis gerai 7-Eleven itu kepada anak usaha Charoen Pokphand sempat membuat harga saham PT Modern Internasional Tbk melonjak. Berdasarkan data RTI, Selasa 25 April 2017 pukul 11.39 WIB, saham PT Modern Internasional Tbk naik 24,19 persen ke level Rp 77 per saham.

Namun transaksi itu tidak terjadi lantaran tidak mencapai kata kesepakatan. Hal itu diumumkan perseroan pada 5 Juni 2017.

"Rencana transaksi material perseroan atas penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store di Indonesia dengan merk waralaba 7-Eleven beserta aset-aset yang menyertainya oleh PT Modern Sevel Indonesia sebagai salah satu entitas anak dari perseroan kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia, mengalami pembatalan karena tidak tercapainya kesepakatan atas pihak-pihak yang berkepentingan," kata Chandra Wijaya.

Kinerja perseroan cenderung melambat hingga kuartal I 2017. Tercatat hingga Maret 2017, perseroan mencatatkan rugi Rp 447,93 miliar kepada pemilik entitas induk. Padahal periode sama tahun sebelumnya untung Rp 21,31 miliar.

PT Modern Internasional Tbk juga alami penurunan penjualan 37,17 persen dari Rp 220,66 miliar pada kuartal I 2016 menjadi Rp 138,62 miliar pada kuartal I 2017.

Perseroan mencatatkan total liabilitas sebesar Rp 1,38 triliun pada 31 Maret 2017 dari periode 31 Desember 2016 Rp 1,33 triliun. Total ekuitas perseroan Rp 187,98 miliar pada 31 Maret 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar Rp 645,30 miliar.

Total aset perseroan mencapai Rp 1,56 triliun pada 31 Maret 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar Rp 1,98 triliun. Perseroan mengantongi kas Rp 9,52 miliar pada 31 Maret 2017.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya