Sektor Perbankan Dorong S&P 500 Cetak Rekor Tertinggi

Indeks S&P 500 menguat 8,37 poin atau 0,34 persen menjadi 2.496,48.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Sep 2017, 05:02 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2017, 05:02 WIB
Wall Street Tertekan Kena Imbas Krisis Yunani
Reaksi pasar negatif terhadap penyelesaian utang Yunani membuat indeks saham Dow Jones merosot 348,66 poin ke level 17.598.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor penutupan tertinggi pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Ini hari kedua indeks acuan di Wall Street tersebut mencetak rekor penutupan tertinggi. Pendorong penguatan S&P 500 adalah saham-saham di sektor finansial. Sayangnya, kenaikan tersebut terhambat penurunan saham Apple usai meluncurkan produk baru.

Indeks Nasdaq Composite juga mencetak rekor tertinggi meskipun saham Apple juga menekan indeks acuan di Amerika Serikat (AS) ini. Investor mulai nyaman untuk kembali mengoleksi aset-aset berisiko usai ketegangan AS dengan Korea Utara berangsur mereda dan dampak dari Badai Irma tak separah yang diperkirakan.

Mengutip Reuters, Rabu (13/9/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 61,49 poin atau 0,28 persen menjadi 22.118,86. S&P 500 menguat 8,37 poin atau 0,34 persen menjadi 2.496,48. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 22,02 poin atau 0,34 persen menjadi 6.454,28.

Sektor keuangan terutama saham-saham perbankan menjadi pendorong terbesar kenaikan indeks S&P 500. Kenaikan imbal hasil treasury membuat saham-saham perbankan menarik. Sementara, saham-saham di sektor properti bergerak sebaliknya.

"Investor telah kembali mengoleksi aset-aset yang berisiko usai adanya gangguan dari geopolitik dan badai. Saat ini investor kembali fokus mencari perusahaan-perusahaan yang memiliki fundamental kuat," jelas analis Ameriprise Financial, Boston, AS, David Joy.

Kekhawatiran akan dampak dari Badai Irma telah surut, sementara investor telah mengabaikan perkembangan terbaru dengan Korea Utara.

"Badai telah berakhir dan ternyata tidak begitu menghancurkan aset-aset di AS," jelas analis Solaris Asset Management, New York, AS, Tim Ghriskey.

Saham yang menjadi pemberat Wall Street dalah saham Apple yang menutup perdagangan dengan melemah 0,4 persen ke US$ 160,82 setelah sebelumnya sempat naik ke US$ 163,96. Penurunan usai perusahaan teknologi tersebut meluncurkan produk terbarunya.

"Tidak semua menjadi kejutan meskipun sebenarnya fitur-fitur yang ada di dalam produk baru tersebut semua cukup bagus," jelas Ghriskey.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdagangan sebelumnya

Pada perdagangan sehari sebelumnya, Wall street menguat dengan indeks S&P 500 melonjak lebih dari 1 persen ke rekor tertingginya karena badai tropis Irma menyebabkan kerusakan yang lebih sedikit dari perkiraan di Florida.

Pasar juga dipengaruhi Korea Utara yang diketahui tidak lagi melakukan uji coba rudal selama akhir pekan, seperti yang banyak orang takuti.

Dari 11 sektor utama pada indeks S&P 500 naik, dipimpin saham keuangan. Dengan dipimpin saham perusahaan asuransi. Ini setelah Irma, yang pernah menduduki peringkat sebagai salah satu badai paling kuat yang tercatat di Atlantik, kehilangan kekuatannya.

Irma menyebabkan banjir parah di banyak kota di Florida dan berdampak ke lebih dari 6 juta rumah dan bisnis. Namun kerusakan tampaknya di luar prediksi.

Investor pun lega, terutama setelah Badai Harvey, yang kehancurannya diperkirakan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga.

Di sisi lain, ketegangan geopolitik mereda setelah Korea Utara ternyata tidak kembali meluncurkan rudalnya saat merayakan hari berdiri negaranya, pekan lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya