Lakukan Efisiensi, Saham Operator Taksi Express Merosot

Manajemen perusahaan taksi PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) menyatakan melakukan PHK sekitar 250 karyawan hingga Juni.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Okt 2017, 11:08 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2017, 11:08 WIB
20161125- Sesi Siang IHSG Naik 5 Persen-JAkarta-Angga Yuniar
Volume perdagangan hingga sesi siang ini tercatat sebanyak 3,795 miliar saham senilai Rp 1,982 triliun. Sebanyak 163 saham naik, 111 saham melemah dan 89 saham stagnan, Jakarta, Jumat (25/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen perusahaan taksi PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) menyatakan melakukan pemutusan hubungan kerja sekitar 250 karyawan hingga Juni 2017. Perseroan juga berencana menjual sejumlah aset yaitu tanah dan rumah toko (ruko).

Dengan ada kabar tersebut, bagaimana dampaknya terhadap gerak harga saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)?

Mengutip data RTI pukul 10.12 WIB, saham PT Express Transindo Utama Tbk melemah 2,56 persen ke posisi Rp 76 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sebanyak 262 kali dengan nilai transaksi Rp 897,6 juta.

Pada pembukaan perdagangan saham Kamis pekan ini, saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) stagnan di kisaran Rp 78 dari penutupan perdagangan saham kemarin Rp 78.

Saham TAXI merosot itu juga di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot 22,42 poin atau 0,38 persen ke posisi 5.928 pada sesi pertama perdagangan Kamis pekan ini.

Sepanjang 2017, saham PT Express Transindo Utama Tbk susut 54,12 persen. Harga saham PT Express Transindo Utama Tbk sempat berada di level tertinggi Rp 195 dan terendah Rp 75 per saham. Nilai transaksi saham Rp 238,9 miliar.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, emiten transportasi terutama taksi memang sulit hadapi perkembangan transportasi online. Dengan maraknya transportasi online membuat inti bisnis taksi konvensional terganggu.

Ini ditunjukkan dari kinerja PT Express Transindo Utama Tbk yang belum membaik.

Perseroan melaporkan pendapatan Rp 158,73 miliar pada Juni 2017. Pendapatan turun dibandingkan di periode yang sama di 2016 yang mencapai Rp 374,06 miliar.

Dalam penjelasannya, perusahaan menyampaikan, rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya tingkat utilitas alias tingkat perolehan penumpang. Tercatat, dari 9.700 armada taksi yang dimiliki, tingkat okupansi taksi Express turun dari 50 persen-55 persen pada 2016 menjadi hanya 45 persen sampai Juni 2017.

Oleh karena itu, manajemen PT Express Transindo Utama Tbk melakukan efisiensi dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan dan menjual aset.

"Seharusnya langkah efisiensi itu merupakan good news tetapi pasar melihat core businessnya terganggu sehingga default risiko masih tinggi," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Alfred melihat manajemen emiten taksi perlu melakukan terobosan agar tetap bisa bertahan di tengah persaingan ketat dengan taksi online.

"Diharapkan ada terobosan di luar bisnis inti mereka. Seperti TAXI punya aset sekitar Rp 2,4 triliun perlu buat terobosan utilitas aset di luar bisnis eksisting," kata dia.

Sedangkan melihat dari pergerakan saham, Alfred juga melihat sebaiknya melakukan transaksi saham TAXI secara harian. Mengingat potensi tekanan terhadap saham PT Express Transindo Utama Tbk masih besar.

"Price book value saham PT Express Transindo Utama Tbk di kisaran 280. Level support 75. Dengan tidak tembus level di bawah 75 maka ada kemungkinan rebound di level 90," ujar Alfred.

Alfred menuturkan, buy on weakness untuk saham PT Express Transindo Utama Tbk. "Ini transaksi short term untuk daily trading. Di kisaran Rp 75-Rp 90," jelas Alfred.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya