Mau Bangun LRT, Ratu Prabu Cari Pinjaman dari 3 Negara

PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) berencana membangun LRT senilai US$ 28 miliar-US$ 30 miliar atau sekitar Rp 375,76 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Jan 2018, 15:40 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2018, 15:40 WIB
Libur Tahun Baru, Proyek LRT Libur Pengerjaan
Tiang-tiang proyek LRT terlihat di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (1/1). Sejumlah proyek infrastruktur lain di Ibukota, seperti proyek Light Rail Transit tampak sepi aktifitas pengerjaan dikarenakan Libur Tahun Baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) berencana membangun light rail transit (LRT) senilai US$ 28 miliar-US$ 30 miliar atau sekitar Rp 375,76 triliun-Rp 402,60 triliun (asumsi kurs Rp 13.420 per dolar Amerika Serikat). Pihaknya mencari pinjaman untuk mendanai proyek tersebut.

Direktur Utama PT Ratu Prabu Energi Tbk B.Bur Maras menuturkan, pihaknya sudah melakukan kajian selama lima tahun. Pihaknya menggandeng konsultan internasional dari Amerika Serikat (AS) untuk garap LRT. 

"Kami pakai Bechtel International dari Amerika Serikat. Mereka sudah lakukan feasibility study dan sudah selesai. Mereka sudah banyak kerjakan proyek di Indonesia mulai dari LNG Arun, proyek di Balikpapan," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (9/1/2018).

Bur Maras menambahkan, pihaknya tertarik garap proyek tersebut lantaran kondisi jalan macet di Jakarta. Hal tersebut juga dapat ganggu kesehatan lantaran stres dan polusi. 

"Saya ingin orang Jakarta sehat. Macet terus kasihan. Jakarta makin lama makin macet," ujar Bur Maras.

Bur Maras menambahkan, pihaknya tertarik membangun LRT sepanjang 400 KM. Pembiayaannya sekitar US$ 28 miliar-US$ 30 miliar. "Pada tahap pertama akan bangun sepanjang 220 KM dari total sekitar 400 KM-480 KM. Nilainya Rp 105 triliun. Bila Adhi Karya bangun lewati tol, kami bangun dari jalan lama ke Bogor lewat Sawangan," kata Bur Maras.

Bur Maras menuturkan, pendanaan pembangunan proyek LRT tersebut berasal dari pinjaman luar negeri. Ada pinjaman dari tiga negara yang dijajaki antara lain Jepang, Korea Selatan dan China. "China sudah setuju. Jepang juga bersedia tetapi duluan China," kata dia.

Bur Maras menuturkan, proyek LRT itu akan dikerjakan kontraktor internasional, dan Ratu Prabu sebagai pemiliknya. "Kontraktor internasional kerjakan, Ratu Prabu sebagai pemiliknya," kata Bur Maras.

Bur Maras mengatakan, realisasi pembangunan LRT tersebut menunggu persetujuan dari pemerintah. Bila disetujui, pembangunan LRT dilakukan pada 2020."Keputusan dari pemerintah. Ikuti arahan pemerintah. Kami akan berkoordinasi," ujar Bur Maras.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Bangun LRT Kelas Dunia, Sandiaga Ajak Swasta Investasi

Libur Tahun Baru, Proyek LRT Libur Pengerjaan
Tiang-tiang proyek LRT terlihat di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin (1/1). Sejumlah proyek infrastruktur lain di Ibukota, seperti proyek Light Rail Transit tampak sepi aktifitas pengerjaan dikarenakan Libur Tahun Baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyatakan, siap membangun Light Rail Transit (LRT) berkelas dunia. Sandiaga akan bekerja sama dengan dunia usaha yang bernilai investasi US$ 25 miliar.

"Tadi kita kedatangan grup Ratu Prabu Energi. Salah satu usaha besar di Indonesia yang membawa konsep yang sudah cukup matang, yaitu membangun lebih dari 200 kilometer tambahan LRT di wilayah Jakarta dan sekitarnya," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (4/1/2018).

Menurut Sandiaga, total investasi atas proyek LRT ini sekitar US$ 25 miliar dan akan dibangun dalam periode lima tahun yaitu dari 2020 hingga 2025. Adapun total dana yang digalang, sekitar Rp 320 triliun.

"Ini konsepnya full business to business tanpa dukungan dari pemerintah dalam pemberian jaminan, serta melibatkan investor Korea, China, dan Jepang. Terus terang kami sangat gembira karena ini adalah satu usulan yang sangat konkret dalam mengatasi masalah kemacetan di ibu kota," kata Sandiaga Uno.

Seperti dilansir Antara, Sandi mengatakan, PT Ratu Prabu Energi telah melakukan koordinasi dengan Badan Penyelenggara Transportasi Jakarta (BPTJ) maupun Kementerian Perhubungan. Perencanaan proyek ini akan terus dimatangkan dan dilakukan kajian komperehensif terkait lapangan kerja yang akan tercipta selama proyek berjalan.

"Tapi ini akan memastikan bahwa Jakarta punya transportasi berbasis rel yang tidak kalah dengan kota-kota besar di luar negeri," kata Sandiaga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya