Berencana Tutup 150 Toko pada 2019, Saham Starbucks Turun Tiga Persen

Starbucks akan menutup 150 toko di Amerika Serikat (AS) pada 2019.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jun 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2018, 17:00 WIB
Ilustrasi Starbucks. (AP)
Ilustrasi Starbucks. (AP)

Liputan6.com, New York - Saham Starbucks merosot hampir tiga persen pada perdagangan Selasa waktu setempat. Hal itu usai manajemen Starbucks mengumumkan rencana strategis jangka panjang termasuk menutup sekitar 150 toko di Amerika Serikat (AS).

Starbucks akan menutup 150 toko pada 2019. Gerai tersebut terletak di sebagian besar daerah perkotaan yang padat penduduk dengan lokasi Starbucks. Akan tetapi, perseroan juga akan membuka toko di pasar lain. Secara keseluruhan, tingkat pertumbuhan toko akan melambat. 

"Kinerja kami baru-baru ini tidak mencerminkan potensi merek luar biasa kami dan tidak dapat diterima. Kami harus bergerak lebih cepat untuk mengatasi prefensi dan kebutuhan yang berubah dengan cepat dari para pelanggan kita,” ujar CEO Starbucks, Kevin Johnson, seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (20/6/2018).

Ia menambahkan, pihaknya memiliki inisiatif yang tidak direncanakan pada kuartal kedua terakhir ini terkait insiden di Philadelphia. Hal itu puncaknya dengan penutupan sejumlah gerai. Namun, ia menilai, hal tersebut tidak menjadi alasan target pertumbuhan satu persen untuk kuartal berikutnya.

Starbucks menutup 8.000 toko pada 29 Mei untuk menawarkan pelatihan anti-rasis kepada 175 ribu karyawan usai dua pria kulit ditangkap di toko di Philadelphia.

Chairman Starbucks, Howard Schultz menuturkan, pelatihan tersebut menghabiskan biaya puluhan juta dolar AS. Pelatihan tersebut juga menunda peluncuran kampanye pemasaran pada musim semi dan panas.

Untuk membantu kenaikan penjualan, Starbucks akan kembangkan lebih banyak minuman sehat antara lain es teh rendah gula untuk pelanggan yang sadar kesehatan.

Perseroan juga menyatakan penjualan Frappucino turun tiga persen pada 2018. Pada tahun lalu, penjualan minuman itu naik empat persen dan lima persen pada 2016. Perseroan juga berencana meningkatkan aplikasi digitalnya. Ini untuk meraih banyak pelanggan.

Mengutip Marketwatch, perseroan juga akan menaikkan pembagian dividen 20 persen dan akan membeli kembali saham atau buyback saham pada 2020.

 

Bos Starbucks Mundur, Incar Pilpres Amerika Serikat pada 2020?

Starbucks
Kepala sekaligus CEO Starbucks, Howard Shultz (kiri), menyerahkan kunci toko Starbucks pertama di Pike Place Market di Seattle, kepada Chief Operating Officer Kevin Johnson dalam acara rapat pemegang saham tahunan di McCaw Hall di Seattle. (AFP)

 Sebelumnya, Pemilik utama kedai kopi waralaba Starbucks, Howard Schultz, menyatakan akan mengundurkan diri sebagai pimpinan dari perusahaannya tersebut.

Pengunduran dirinya memicu spekulasi bahwa ia mungkin akan mencalonkan diri menjadi presiden Amerika Serikat pada 2020.

Schultz yang berusia 64 tahun, telah menjabat sebagai Kepala Eksekutif Starbucks sejak mengundurkan diri sebagai CEO pada April tahun lalu. Ia lalu menyerahkan jabatannya kepada Kevin Johnson.

Schultz akan meninggalkan Starbucks pada akhir bulan dan diangkat sebagai ketua kehormatan dengan menjabat ketua emeritus, kata Starbucks dalam sebuah pernyataan.

Pengumuman Schultz langsung memicu spekulasi bahwa ia mungkin mempertimbangkan memasuki politik sebagai seorang Demokrat. Banyak juga yang beranggapan bahwa ia mencalonkan diri menjadi presiden.

Schultz mengatakan kepada harian New York Times, dia belum memutuskan langkah selanjutnya.

"Sejak beberapa waktu lalu, saya sangat prihatin tentang negara kita, masalah yang berkembang di dalam negeri dan kedudukan kita di dunia. Tetapi saya masih jauh dari membuat keputusan tentang masa depan," ungkapnya.

"Saya ingin melayani negara ini, tetapi itu tidak berarti saya harus mencalonkan diri untuk jabatan publik," kata Schultz kepada New York Times.

Schultz bergabung dengan Starbucks pada 1982 sebagai Direktur Operasi dan pemasaran dan membantu mengubah perusahaan yang berbasis di Seattle itu menjadi perusahaan raksasa global dengan lebih dari 28 ribu kedai kopi di 77 negara. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya