Reformasi Ekonomi, Perempuan Arab Saudi Kini Kerja di Starbucks

Strategi Vision 2030 yang dibentuk oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan di dunia kerja.

oleh Citra Dewi diperbarui 07 Feb 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2018, 19:00 WIB
Ilustrasi Starbucks. (AP)
Ilustrasi Starbucks. (AP)

Liputan6.com, Riyad Tidak banyak perempuan di Arab Saudi yang memiliki aktivitas seperti Mahal Ghazwan dan kedua koleganya.

Perempuan berusia 30 tahun yang memiliki gelar master dalam manajemen keamanan makanan itu merupakan manajer Starbucks yang ada di Alshaya Company, Riyadh. Perusahaan tersebut mengoperasikan franchise merek Amerika Serikat di Timur Tengah.

"Kedua rekan timku memiliki gelar sarjana, tapi mereka suka tantangan dan mengambil kesempatan untuk bekerja di perusahaan multinasional yang ditawarkan Starbucks," ujar Ghazwan, seperti dikutip dari CNN, Rabu (7/2/2018).

Mereka adalah satu dari beberapa perempuan Saudi yang berani mengambil "risiko" untuk bekerja di luar bidang pemerintahan dan memilih sektor swasta.

Selama bertahun-tahun, Undang-Undang Perburuhan di Arab Saudi mencegah laki-laki dan perempuan bekerja di satu lingkup ruang kerja. Namun, Ghazwan dan timnya unik, karena mereka melayani klien pria dan wanita.

"Akhir-akhir ini, ada penerimaan implisit dan tidak resmi soal bercampurnya laki-laki dan perempuan di lingkungan kerja," ujar Badel Aljalajel, yang membuka kedai kopi 12 Cups di salah satu jalanan mewah di Riyadh.

Toko tersebut dijalankan oleh lima laki-laki yang bekerja sebagai barista dan sejumlah warga negara asing. Aljalajel berencana membuka toko kedua, kali ini dikelola oleh barista perempuan.

Strategi Vision 2030 yang dibentuk oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman memang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan di dunia kerja, yakni dari 22 persen menjadi 30 persen pada 2030.

"Saat ini terdapat 600.000 perempuan Saudi yang bekerja di sektor swatsa, 30.000 di antaranya bergabung pada September dan Oktober lalu," ujar juru bicara Kementerian Tenaga Kerja dan Pengembangan Masyarakat, Khaled Abalkhail.

 

Pergeseran Tren Bekerja di Kalangan Muda Arab Saudi

Perempuan Arab Saudi (AFP)
Perempuan Arab Saudi (AFP)

Bukan hanya perempaun Saudi yang bergabung di sektor swasta. Banyak pria juga bergabung dalam sektor tersebut.

Dengan tingkat pengangguran mencapai 12,8 persen di Arab Saudi, Mohammed bin Salman pada 2016 meluncurkan serangkaian cara ambisius, termasuk menciptakan lapangan kerja swasta untuk ribuan masyarakat Saudi.

Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan tingkat pengangguran menjadi 7 persen pada 2030.

Dalam upaya untuk mencegah perusahaan mempekerjakan ekspatriat, pada 2017 pemerintah memberlakukan pajak bulanan untuk setiap karyawanan non-Saudi. Saat ini perusahaan membayar ke pemerintah sebesar US$ 107 untuk per karyawan asing, di mana pungutan tersebut akan meningkat setiap tahunnya.

Merayu Perempuan untuk Bekerja

Showroom Mobil Khusus Wanita Dibuka di Arab Saudi
Perempuan Arab Saudi melihat-lihat kendaraan yang dipajang showroom mobil khusus wanita di kota pelabuhan Laut Merah, Jeddah, Kamis (11/1). Showroom mobil khusus wanita ini menawarkan berbagai pilihan mobil dan dikelola oleh perempuan. (Amer HILABI/AFP)

Meski makin banyak perempuan yang bekerja dalam sektor swasta, pemerintah mendapat tantangan untuk terus membuat mereka betah bekerja.

"Dari pengalaman kami, empat dari 10 perempuan meninggalkan pekerjaan beberapa bulan setelah bergabung karena permintaan keluarga," ujar Redwan Aljelwah, pendiri konsultan rekrutmen berbasis di Riyadh, Mada, pada 2016.

Aljelwah juga mengatakan, permintaan untuk pekerja perempuan masih lebih rendah dibanding laki-laki.

Akan tetapi, Abalkhail mengatakan bahwa pemerintah memberikan lingkungan kerja yang aman bagi perempuan. Ia menambahkan bahwa Kementerian Tenaga Kerja dan Pengembangan Masyarakat menyediakan pelatihan untuk melatih kemampuan profesional demi membantu perempuan Saudi mendapatkan pekerjaan.

"Ketika perempuan bekerja, mereka tak lagi dipandang sebagai beban keluarga hingga akhirnya mereka menikah," kata Aljalajel.

"Mereka memiliki pilihan untuk mandiri," imbuh dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya