Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya ancaman serangan siber dari tahun ke tahun tercatat meningkat seiring masifnya perkembangan teknologi.
Itu salah satunya seperti serangan siber yang mengancam untuk industri pasar modal. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djayadi mengatakan, Indonesia dapat mencontoh Finlandia untuk keamanan siber (cybersecurity) di dunia.
Dia menuturkan, cybersecurity perlu ditingkatkan secara berkesinambungan untuk industri pasar modal Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Finland itu suatu negara dengan sistem siber yang terbaik di seluruh dunia di samping mutu pendidikanya yang juga tertinggi di dunia juga. Finland terkenal dengan siber strateginya yang sangat canggih. Jadi memang ada yang perlu kita tingkatkan soal cybersecurity karena percuma negara besar namun rentan terhadap cyber attack maka itu akan lemah," imbuhnya di Gedung BEI, Kamis (24/1/2019).
Dia menambahkan, isu keamanan siber begitu krusial terutama di era revolusi industri 4.0. Ia bahkan mengungkapkan, persoalan cybersecurity dapat menyebabkan perang dunia ketiga jika tidak ditangani dengan baik.
"Jack Ma mengatakan revolusi teknologi kalau tidak dengan seksama maka bisa akibatkan perang dunia ketiga. Oleh karena itu serangan siber itu semakin meningkat. Macam-macam motifnya seperti motif ekonomi, politik, dan lain-lain," ujarnya.
Dia pun berharap, BEI dapat terus meningkatkan keamanan siber yang mumpuni di industri pasar modal, menjaga dan melindungi keamanan bagi para investor.
"BEI sebenarnya juga telah mengimplementasikan ISO sejak 2012 dan terus mengaplikasikan itu secara konsistem sampai dengan saat ini. Dengan ISO ini kami berharap bisa berikan layanan terbaik dengan perhatikan aspek keamanan siber seperti confidential dan sebagainya," ujar dia.
Â
Percepatan Penyelesaian Transaksi BEI Dahului Banyak Negara
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencatatkan kinerja yang baik sepanjang 2018. Salah satunya ditunjukkan dengan keberhasilan percepatan penyelesaian transaksi (settlement) dari T+3 menjadi T+2.
"Terakhir seingat saya, transaksi di BEI itu yang tadinya T+3 berhasil diturunkan menjadi T+2. Itu sebenarnya adalah langkah yang mendahului bahkan banyak negara-negara di dunia," ucapnya di Gedung BEI, Rabu 2 Januari 2019.
Darmin menambahkan, tantangan ke depan yang harus selalu diperbaiki BEI ialah integritas. Terutama integritas dalam membawa efisiensi pada transaksi saham di pasar modal.
"Tantangan ke depan yang harus kita jawab sistematik dan berkesinambungan. Pentingnya tegakkan integritas pasar modal untuk melahirkan efisiensi dan turunkan risiko di pasar modal. Biasanya awal tahun kasus makin banyak, dispute juga makin banyak, dan itu akan diuji apakah pasar modal kita integritasnya baik," ujarnya.
Darmin berharap, pada tahun ini, BEI semakin gencar mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya investasi di pasar modal Indonesia.
"Karena pasar modal itu bukan hanya pelengkap tapi benar-benar satu pilihan dalam membiayai usaha disamping pembiayaan seperti perbankan dan sebagainya," tandasnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement