Lepas Saham Treasuri, Bukit Asam Dapat Untung 49 Persen dari Harga Beli

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjual saham treasuri dari buyback periode 2013-2015 senilai Rp 1,95 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Mei 2019, 18:43 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 18:43 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjual saham treasuri dari buyback periode 2013-2015 senilai Rp 1,95 triliun. Penjualan saham treasuri itu dilakukan pada 2 April dan 8 April 2019.

Total penjualan saham treasuri dari penjualan tersebut sebesar 553,89 juta lembar saham. Penjualan pada tahap pertama 2 April 2019 terjual 63,17 juta saham dengan harga Rp 4.220 per lembar saham. Tahap kedua, pada 8 Mei 2019, terjual 490,72 juta saham dengan harga Rp 3.400 sehingga rata-rata penjualan sebesar Rp 3.494.

"Penjualan saham treasuri itu membuat Bukit Asam mendapatkan capital gain sebesar 49 persen dari harga rata-rata pembelian," tulis Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk, Suherman, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (9/5/2019).

Penjualan terbesar saham treasuri terjadi pada 8 Mei 2019 sebesar Rp 1,67 triliun yang dilakukan dengan mekanisme pasar negosiasi dengan settlement T+0. Perseroan menjual saham treasuri di tengah terkoreksinya harga saham Bukit Asam setelah cum dividen.

Suherman menambahkan,  PT Asahan Aluminium Indonesia (Inalum) juga turut ambil bagian pembelian saham treasuri Bukit Asam.

Tercatat pembelian saham treasuri PT Bukit Asam Tbk oleh Inalum sebesar 105.213.200 lembar saham. Harganya Rp 3.400 per saham sehingga nilainya Rp 357,72 miliar. 

Penjualan ini harus dilakukan karena sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 30/POJK-04/2017, batas waktu pengalihan saham treasuri tahap I akan berakhir pada Mei 2019. Jika sampai batas waktu itu belum dapat dialihkan, saham treasuri berpotensi untuk dihapuskan.

Hasil penjualan saham treasuri ini akan digunakan perseroan untuk pembiayaan proyek-proyek pengembangan PT Bukit Asam Tbk yang sedang berjalan, terutama proyek gasifikasi untuk dukung program hilirisasi yang dicanangkan oleh pemerintah. "

Untuk investasi pengembangan," tutur Suherman.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Inalum Bakal Beli Saham Treasuri Bukit Asam

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Asahan Aluminium Indonesia (Inalum) bakal membeli saham tresuri (treasury stock) PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

"Benar (Beli saham treasuri PTBA-red)," ujar Head of Corporate Communication Inalum, Rendi Witular, saat dikonfirmasi Liputan6.com, lewat pesan singkat, Rabu, 8 Mei 2019.

Saham treasuri merupakan saham perusahaan yang telah diterbitkan dan dijual di pasar akan tetapi kemudian dibeli kembali untuk sementara.

Rendi menuturkan, ada sejumlah pertimbangan mendorong perseroan beli saham treasuri PT Bukit Asam Tbk. Prospek PTBA dalam jangka pendek dinilai akan ditopang oleh penjualan batu bara kalori tinggi (high calorie value/HCV) pada 2019 ini sebesar 3,8 juta ton.

Angka ini lebih tinggi dari HCV yang telah diproduksi pada 2018 yang masih di  bawah 1 juta ton.

Selain itu, PTBA menyasar premium market dalam penjualan batu bara kalori tinggi ini. Salah satunya Jepang.

"Hingga kini PTBA telah memegang kontrak jual beli batu bara kalori tinggi ke pasar Sri Lanka, Taiwan, Filipina dan Jepang. Di Indonesia, cadangan batu bara kalori tinggi sendiri sudah tidak banyak lagi dan memiliki nilai jual tinggi," ujar dia.

Selain itu, pembayaran dividen PTBA yang akan dipertahankan pada level 75 persen dari laba bersih juga menjadi pemicu Inalum untuk menaikkan kepemilikan.

Terkait dengan prospek jangka panjang PTBA, Inalum memastikan transformasi bisnis perseroan ke sektor hilirisasi akan berjalan sesuai dengan rencana sehingga pertumbuhan pendapatan dan laba tidak lagi bergantung pada penjualan batu bara.

Pada 2019, PTBA sudah memulai tahapan konstruksi PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 dengan kapasitas 2x620 MW yang akan mulai beroperasi 2022. Proyek ini merupakan PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia.

PT Bukit Asam Tbk bersama Pertamina juga akan memulai pengembangan fasilitas gasifikasi batu bara yang dapat menghasilkan synthetical gas (syngas) hingga dimethyl ether (DME) yang bisa mensubstitusi liquefied petroleum gas (LPG) rumah tangga. Fasilitas gasifikasi itu diharapkan dapat berproduksi pada 2023.

Kemungkinan perseroan akan membeli dengan harga rata-rata 90 hari. “Harga rata-rata 90 hari,” kata Rendi.

Pada sesi pertama perdagangan saham Rabu, 8 Mei 2019 pukul 11.10 waktu JATS, saham PT Bukit Asam Tbk susut 5,29 persen ke posisi Rp 3.220 per saham.

Saham PTBA ditransaksikan dengan frekuensi 6.485 kali dengan nilai transaksi Rp 332,3 miliar.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya