Deretan Kebijakan OJK untuk Menahan Kejatuhan Pasar Modal Indonesia selama Pandemi

Berbagai kebijakan relaksasi dikeluarkan agar industri pasar modal dapat tetap bertahan di masa sulit ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Agu 2020, 12:26 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 12:25 WIB
Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyatakan bahwa pandemi Corona sangat berpengaruh terhadap kinerja sektor keuangan nasional termasuk pasar modal. Oleh karena itu, OJK tidak mau tinggal diam dan mengambil banyak kebijakan baru agar sektor keuangan tetap bertahan. 

"Dampak pandemi Covid-19 terlihat di sektor keuangan. Fluktuasi dan gejolak pasar modal global di masa awal pandemi membuat ketahanan pasar modal kita benar-benar diuji," kata dia, di jakarta, Senin (10/8/2020).

Akibat pandemi Corona, imbal hasil obligasi meningkat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga bergerak sangat fluktuatif dan pernah mencapai level terendahnya di 3.937 pada 24 Maret atau terkontraksi 37 persen dari posisi akhir tahun lalu.

Melihat kondisi tersebut, pemerintah mengambil langkah cepat. Serangkaian kebijakan pre-emptive telah dikeluarkan OJK dengan bersinergi bersama SRO sejak awal Maret 2020 untuk memitigasi terjadinya pemburukan akibat tingginya sentimen negatif yang ditimbulkan.

Beberapa kebijakan di sektor pasar modal dilahirkan diantaranya adalah pelarangan short selling, buyback saham tanpa RUPS dalam kondisi pasar berfluktuasi signifikan, perubahan batasan auto rejection menjadi asymmetric, dan perubahan batasan trading halt serta penyesuaian sesi perdagangan di pre-opening.

"Ini merupakan paket kebijakan yang kami tempuh untuk meredam volatilitas. Langkah ini kami lakukan dengan cepat dan terukur dalam merespons dinamika yang terjadi," jelas dia.

Selain itu, berbagai kebijakan relaksasi juga dikeluarkan agar industri pasar modal dapat tetap bertahan di masa sulit ini. Diantaranya relaksasi pemenuhan prinsip keterbukaan, relaksasi kewajiban penyampaian pelaporan, serta stimulus bagi industri pengelolaan investasi.

"Kami juga bersinergi dengan Pemerintah maupun BI untuk menggerakkan rodaperekonomian di sektor riil diantaranya melalui kebijakan restrukturisasi, penempatan dana, penjaminan kredit dan subsidi bunga," paparnya.

Dengan berbagai kebijakan tersebut, kini pemerintah dapat kita rasakan dampaknya di pasar modal. Di mana volatilitas mereda dengan IHSG kembali bergerak stabil di level di atas 5.000 (IHSG),Jumat 7 Agustus ditutup 5.143,89, menurun 0,11 persen mtd dan tumbuh negatif 18,34 persen (ytd).

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Jokowi Sempat Ragukan Kemampuan Pasar Modal Indonesia Hadapi Pandemi

IHSG Menguat
Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat khawatir dengan kondisi pasar modal Tanah Air. Di tengah pandemi Corona Covid-19, ia ragu pasar modal Indonesia bisa bertahan. Namun keraguan Jokowi tersebut langsung sirna karena pasar modal Indonesia mampu bertahan.

"Tentunya kekhawatiran ini beralasan karena pandemi ini timbulkan ketidakpastian yang berkepanjangan sehingga mempengaruhi aktivitas investasi," kata dia dalam video ucapan yang ditayangkan, Senin (10/8/2020).

Bursa efek Indonesia (BEI) bersama dengan otoritas pasar modal lainnya ternyata sangat sigap menyiapkan berbagai kebijakan dan penyesuaian agar pasar modal bisa tetap jalan dan tidak terjun bebas.

"Bahkan pasar modal kita tetap dapat torehkan kinerja yang baik hal ini dibuktikan dengan adanya 35 IPO saham baru tahun ini dan tambahan produk lainnya, di BEI," jelas dia.

Menurutnya, dengan capaian di atas, Indonesia mencatatkan jumlah IPO tertinggi diantara bursa ASEAN sepanjang 2020. Di mana investor pasar modal telah mencapai 3 juta investasi, atau naik hampir 3 kali lipat dalam 3 tahun terakhir.

"Saya apresiasi upaya ini dan semua yang kerja keras dalam pencapaian ini dirgahayu pasar modal Indonesia selamat peringati 43 tahun diaktifkannya pasar modal Indonesia," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya