Wall Street Anjlok Tertekan Lonjakan Covid-19 di Eropa

Wall Street terus tertekan dalam tiga hari ini. Penurunan terdalam terjadi pada sektor teknologi.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Okt 2020, 07:03 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 06:30 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini adalah harapan dari sitmulus Corona di AS yang terus turun. Sentimen lain yang menekan bursa aS adalah total penderita infeksi virus Corona di Eropa terus meningkat.

Mengutip CNBC, Jumat (16/10/2020), bursa saham AS terus tertekan dalam tiga hari ini. Penurunan terdalam terjadi pada sektor teknologi. Namun penurunan tersebut mampu diimbangi penguatan di sektor keuangan dan energi.

Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 19,8 poin atau 0,07 persen ke level 28.494,20. S&P 500 turun 0,2 persen menjadi 3.483,34. Sedangkan Nasdaq Composite mundur 0,5 persen menjadi 11.713,87.

Saham Facebook memimpin penurunan saham teknologi dengan jatuh 1,9 persen di tengah meningkatnya kekhawatiran peraturan. Amazon merosot 0,8 persen. Alphabet dan Microsoft masing-masing turun 0,5 persen dan Apple turun 0,4 persen.

Kerugian tersebut agak diimbangi oleh keuntungan saham-saham bank dan energi. JPMorgan Chase, Morgan Stanley dan Citigroup semuanya naik lebih dari 1 persen. Exxon Mobil dan Chevron masing-masing naik 0,9 persen dan 0,8 persen.

Penurunan Wall Street pada hari Kamis menandai penurunan harian ketiga berturut-turut pada indeks utama. Ini adalah penurunan terpanjang indeks utama tersebut dalam hampir sebulan.

“Gejolak pasar akan berlanjut dalam beberapa minggu ke depan karena investor bersiap untuk sejumlah ketidakpastian," jelas kepala investasi manajemen kekayaan global UBS, Mark Haefele.

Menurutnya, waktu kehadiran atau ketersediaan vaksin, setelah kemunduran untuk Johnson & Johnson, adalah salah satu ketidakpastian tersebut. Kemudian juga ada ketidakpastian kapan pengucuran stimulus fiskal AS dan juga mengenai hasil dari pemilu AS.

"Pemulihan yang tidak merata dalam ekonomi AS juga menambah kekhawatiran investor Wall Street saat musim laporan keuangan dimulai minggu ini." tambah dia.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Stimulus

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan kepada CNBC bahwa dia dan Presiden Donald Trump berkomitmen untuk menyelesaikan kesepakatan stimulus. Namun ia mengakui bahwa akan sulit untuk menyelesaikannya sebelum pemilihan presiden AS, tetapi mereka akan terus berusaha.

Mnuchin, berencana untuk berbicara dengan Ketua DPR Nancy Pelosi lagi pada Kamis. Ia memastikan selalu ada kemajuan yang telah dibuat dalam setiap pertemuan, khususnya mengacu pada bahasa pengujian Demokrat untuk kesepakatan tersebut.

Namun, dia mengatakan, politik mungkin menghalangi dan bahwa Demokrat masih menginginkan kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi mereka.

Dari Eropa, beberapa pemerintah Eropa memberlakukan kembali pembatasan pandemi untuk mengekang gelombang kedua virus Corona. Prancis telah mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat dan Inggris mendekati penguncian nasional kedua.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya