Wall Street Perkasa di Akhir 2020, Dow Jones Cetak Rekor Tertinggi dalam Sejarah

Wall Street terjatuh cukup dalam pada Februari dan Maret karena pandemi Covid-19 menyebar ke luar China dan memaksa negara-negara melakukan lockdown.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 01 Jan 2021, 06:30 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2021, 06:30 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street menguat pada penutupan perdagangan kamis (Jumat pagi waktu Jakarta), yang merupakan perdagangan terakhir di 2020. Bursa saham di Amerika Serikat (AS) ini menutup tahun yang penuh goncangan dengan rekor baru.

Mengutip CNBC, Jumat (1/1/2021), Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 naik ke level tertinggi sepanjang masa. Dow Jones ditutup naik 196,92 poin atau 0,7 persen menjadi 30.606,48. Sedangkan S&P 500 naik 0,6 persen menjadi 3.756,07.

Untuk Nasdaq Composite naik 0,1 persen menjadi 12.888,28. Rata-rata indeks acuan utama mencapai rekor tertinggi di awal perdagangan.

Saham Intel naik 2,2 persen dan menjadi pendorong utama di indeks Dow Jones. Sedangkan sektor keuangan dan utilitas masing-masing naik lebih dari 1 persen dan menjadi pendorong kenaikan S&P 500.

Pendorong kenaikan Wall Street ini salah satunya adalah rilis data ekonomi yaitu klaim pengangguran mingguan AS yang lebih baik dari perkiraan. Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa jumlah pelapor tunjangan pengangguran pertama kali di angka 787 ribu untuk pekan yang berakhir 26 Desember.

Angka tersebut jauh lebih baik dari perkiraan ekonom dan analis. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan jumlah klaim tunjangan pengangguran di angka 828 ribu orang.

“Meskipun perbaikan tidak sesuai dengan narasi intensifikasi pembatasan kegiatan karena Covid-19, kami tetap menerimanya,” tulis ekonom pasar uang di Jefferies, Thomas Simons.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Gerak Wall Street di 2020

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Bursa saham terjatuh cukup dalam pada Februari dan Maret karena pandemi Covid-19 menyebar ke luar China dan memaksa negara-negara melakukan lockdown yang menghentikan aktivitas ekonomi. Indeks S&P 500 mengalami penarikan dana sebesar 30 persen, tercepat yang pernah tercatat.

Namun usai mencapai titik terendah pada akhir Maret, dan di tengah tindakan besar-besaran dari Federal Reserve dengan memberikan berbagai stimulus moneter, bursa saham berbalik arah secara dramatis dan mencetak serangkaian rekor tertinggi sebelum akhir tahun.

Rekor terbaru tercetak usai adanya peluncuran beberapa vaksin Covid-19 dan paket bantuan ekonomi baru dari Kongres.

Nasdaq Composite yang berdasarkan saham-saham sektor teknologi naik tinggi yaitu 43,6 persne di tahun ini, membukukan kinerja satu tahun terbaiknya sejak 2009.

Sedangkan untuk indeks S&P 500 menutup tahun 2020 dengan kenaikan 16,3 persen. Untuk Dow Jones naik 7,3 persen pada 2020.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata kepala analis CFRA Research, Sam Stovall. "Kami tidak pernah harus berurusan dengan hal seperti ini," lanjut dia.

Berbagai rekor ini memang terjadi di tengah pergerakan harian yang tajam yang membuat investor paling berpengalaman sekalipun tetap harus waspada menghadapi perdagangan saham sepanjang tahun ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya