AS Kembali Temukan Kasus Corona Varian Baru dari Inggris, Kali Ini di California

Setelah sebelumnya sempat ditemukan di Colorado, kini kasus Virus Corona varian baru ditemukan di California, Amerika Serikat

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 31 Des 2020, 11:48 WIB
Diterbitkan 31 Des 2020, 11:44 WIB
FOTO: California Jadi Negara Bagian Kedua yang Catatkan 1 Juta Kasus COVID-19
Pengemudi mengantre untuk tes mandiri COVID-19 gratis di Stadion Dodger, Los Angeles, California, Amerika Serikat, Kamis (12/11/2020). California menjadi negara bagian kedua selain Texas yang mencatat 1 juta kasus infeksi virus corona COVID-19. (AP Photo/Damian Dovarganes)

Liputan6.com, Jakarta California pada Rabu 30 Desember 2020 mengumumkan kasus kedua yang dikonfirmasi di Amerika Serikat dari mutasi virus corona Inggris, dan menawarkan indikasi kuat bahwa infeksi menyebar lebih luas di Amerika Serikat.

Gubernur setempat, Gavin Newsom mengumumkan infeksi yang ditemukan di California Selatan selama percakapannya dengan Dr Anthony Fauci, kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular. Demikian seperti mengutip Channel News Asia, Kamis (31/12/2020).

"Saya tidak berpikir orang California harus berpikir bahwa ini aneh. Seperti yang diperkirakan," kata Fauci.

Newsom tidak memberikan rincian apapun tentang orang yang terinfeksi Virus Corona tersebut.

Pengumuman itu mengemuka 24 jam setelah kabar tentang infeksi varian AS yang pertama kali dilaporkan, muncul di Colorado. Orang itu diidentifikasi pada hari Rabu sebagai Pengawal Nasional Colorado yang telah dikirim untuk membantu di panti jompo yang berjuang melawan wabah.

Pejabat kesehatan mengatakan anggota Garda kedua mungkin juga mengidapnya.

Kasus tersebut memicu sejumlah pertanyaan tentang bagaimana versi yang beredar di Inggris tiba di AS dan apakah sudah terlambat untuk menghentikannya sekarang, dengan para ahli top mengatakan itu mungkin sudah menyebar di tempat lain di Amerika Serikat.

“Virus menjadi lebih sehat, dan kita seperti rusa di lampu depan," kata Dr Eric Topol, kepala Scripps Research Translational Institute. Dia mencatat bahwa AS melakukan pengurutan genetik sampel virus yang jauh lebih sedikit untuk menemukan varian tersebut daripada negara maju lainnya, dan karenanya mungkin lambat untuk mendeteksi mutasi baru ini.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Masih Diuji di Lab

Akibat Virus COVID-19, Kawasan Pecinan Los Angeles Sepi
Aktivitas pedagang saat kawasan Pecinan sepi pengunjung di Los Angeles, California (13/2/2020). Kawasan Pecinan di Los Angeles dihindari wisatawan di tengah merebaknya virus corona COVID-19. Terlebih setelah 15 kasus virus corona dikonfirmasi di Amerika Serikat. (AFP/Mark Ralston)

Kedua anggota Garda itu telah dikirim pada 23 Desember untuk bekerja di panti jompo Good Samaritan Society di kota kecil Simla, di daerah pedesaan sekitar 90 mil di luar Denver, kata Dr. Rachel Herlihy, ahli epidemiologi negara bagian. Mereka termasuk di antara enam anggota Garda yang dikirim ke rumah itu.

Sampel usap hidung (swab test) yang diambil dari keduanya sebagai bagian dari pengujian rutin virus corona dikirim ke laboratorium negara, yang mulai mencari varian setelah penyebarannya diumumkan di Inggris awal bulan ini, kata Herlihy. Sampel dari staf dan penghuni panti jompo juga sedang diskrining untuk varian di lab, tetapi sejauh ini tidak ada bukti yang ditemukan, katanya.

Beberapa negara bagian, termasuk California, Massachusetts dan Delaware, juga menganalisis sampel virus yang mencurigakan untuk varian tersebut, kata Dr Greg Armstrong, yang mengarahkan pengurutan genetik di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Dia mengatakan CDC bekerja dengan laboratorium nasional yang mengambil sampel dari seluruh negeri untuk memperluas pencarian itu, dengan hasil yang diharapkan dalam beberapa hari.

Penemuan di Colorado telah menambah urgensi upaya vaksinasi negara terhadap COVID-19, yang telah menewaskan lebih dari 340.000 orang di AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya