Wall Street Bergerak Campuran, S&P 500 Anjlok tapi Dow Jones Perkasa

Wall Street bergerak sangat volatil pada perdagangan senin karena adanya berbagai sentimen.

oleh Tira Santia diperbarui 22 Des 2020, 06:53 WIB
Diterbitkan 22 Des 2020, 06:30 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street bergerak campuran pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Bursa saham di New York Amerika Serikat (AS) tersebut bergerak sangat volatil pada perdagangan senin karena adanya berbagai sentimen.

Ada dua sentimen besar yang mempengaruhi gerak bursa saham AS. Sentimen pertama adalah kesepakatan bantuan atau stimulus virus Corona. Kedua munculnya kekhawatiran akan adanya strain virus Covid baru di Inggris.

Mengutip CNBC, Selasa (22/12/2020), Indeks S&P 500 turun 0,4 persen atau 14,49 poin menjadi 3.694,91 setelah sempat anjlok 2 persen. Nasdaq turun 0,1 persen atau 13,12 poin menjadi 12.742,52.

Sedangkan Dow Jones Industrial Average mampu menghapus pelemahan 400 poin di awal perdagangan dan menambah keuntungan kecil didorong oleh kenaikan saham Nike dan sektor perbankan. Dow Jones naik 0,1 persen atau 37,40 poin menjadi 30.216,45.

Saham Nike naik hampir 5 persen dan mencapai rekor tertinggi didukung pendapatan yang kuat. Saham sektor perbankan juga melonjak dengan JPMorgan dan Goldman masing-masing naik 3,8 persen dan 6,1 persen, setelah Federal Reserve mengumumkan sangat memungkinkan untuk melanjutkan pembelian kembali saham pada kuartal I 2021.

Saham-saham terkait perjalanan pada awalnya turun tajam di tengah berita tentang jenis virus Corona baru yang menular di Inggris. Virus ini memicu penguncian yang lebih parah dan pembatasan perjalanan di seluruh Eropa.

Namun, beberapa orang percaya kekhawatiran atas varian virus baru itu dibesar-besarkan.

"Strain Inggris tampaknya tidak bermutasi sedemikian rupa sehingga mereka lolos dari vaksin atau kekebalan sebelumnya. Kami tidak berpikir bahwa itu masalahnya," jelas Dr. Scott Gottlieb kepada CNBC.

“Tapi memang yang disarankan vaksin ini mungkin akan mengembangkan protein sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan dikenali oleh antibodi yang kita miliki sekarang. Jadi kita harus memperbarui vaksin.” tambah dia.

Gottlieb mengatakan virus Covid tampaknya tidak bermutasi secepat flu musiman dan memperkirakan bahwa vaksin perlu diperbarui setiap tiga tahun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Stimulus

Wall Street Tertekan Kena Imbas Krisis Yunani
Reaksi pasar negatif terhadap penyelesaian utang Yunani membuat indeks saham Dow Jones merosot 348,66 poin ke level 17.598.

Perdagangan saham di hari senin berombak karena anggota parlemen hampir mencapai kesepakatan tentang paket stimulus sebesar USD 900 miliar.

Paket stimulus ini akan memberikan bantuan langsung kepada mereka yang terdampak pandemi Covid-19 berupa pembayaran langsung kepada pengangguran.

Pengumuman ini muncul setelah negosiator menyelesaikan masalah utama dengan mengembalikan kekuatan pinjaman darurat Federal Reserve.

Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan kepada CNBC bahwa stimulus akan keluar secepatnya minggu depan. Anggota parlemen akan memberikan suara pada RUU bantuan dan pendanaan pada hari Senin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya