Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat pertumbuhan laba sepanjang 2020 di tengah pandemi COVID-19. Akan tetapi, pendapatan turun tipis.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Vale Indonesia Tbk mencetak pertumbuhan laba sekitar 44,28 persen. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik dari USD 57,40 juta pada 2019 menjadi USD 82,81 juta pada 2020.
Ebitda (earnings before interest, taxes, depreciation and amortization) tercatat USD 273 juta untuk produksi dan pengiriman nikel lebih tinggi dan kemampuan untuk mengelola biaya dengan hati-hati.
Advertisement
Pendapatan perseroan turun tipis 2,2 persen dari USD 782,01 juta pada 2019 menjadi USD 764,74 juta. Pendapatan merosot karena harga realisasi rata-rata yang lebih rendah. Harga realisasi rata-rata pengiriman nikel matte pada 2020 sebesar USD 10.498 per ton, turun dari posisi 2019 sebesar USD 10.855 per ton.
Bebab pokok pendapatan turun 4 persen menjadi USD 640,36 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 664,32 juta. Perseroan menyatakan beban pokok pendapan turun seiring harga bahan bakar dan batu bara lebih rendah.
Vale Indonesia mencatat pendapatan lainnya naik 54,01 persen dari USD 3,26 juta pada 2019 menjadi USD 7,10 juta. Beban usaha lainnya susut dari USD 13,73 juta pada 2019 menjadi USD 7,38 juta.
Laba usaha naik 16 persen dari USD 89,52 juta pada 2019 menjadi USD 103,85 juta. Perseroan mencatat laba per saham sebesar USD 0,00083 pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,0058.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kinerja 2020
Perseroan catat total liabilitas naik menjadi USD 294,27 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 280,99 juta. Ekuitas perseroan naik menjadi USD 2,02 miliar pada 2020.
Perseroan kantongi kas USD 388,7 juta pada 31 Desember 2020 naik sebesar USD 139,6 juta pada 31 Desember 2019. Perseroan menyatakan akan terus melakukan kontrol hati-hati atas pengeluaran untuk jaga ketersediaan kas.
Konsumsi high sulphur fuel oil (HSFO) dan diesel turun masing-masing sebesar 8 persen dan 12 persen pada 2020. Sementara itu, konsumsi batu bara naik 15 persen bila dibandingkan 2019.
Kenaikan konsumsi batu bara ini dilimbangi dengan penurunan konsumsi HSFO dan diesel. Harga HSFO, diesel dan batu bara turun masing-masing sebesar 36 persen, 31 persen dan 17 persen.
Perseroan keluarkan belanja modal sekitar USD 152,1 juta pada 2020. Angka itu turun dari yang dikeluarkan pada 2019 sebesar USD 166,6 juta.
Advertisement