Liputan6.com, Jakarta - PT Kino Indonesia Tbk (KINO) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 143 miliar selama kuartal I-2021. Realisasi belanja modal itu sekitar 42,8 persen dari total anggaran belanja modal 2021.
Sebelumnya, PT Kino Indonesia Tbk menyiapkan belanja modal hingga Rp 250 miliar pada 2021. Budi menambahkan, sumber pendanaan berasal dari kas internal serta dari perbankan. PT Kino Indonesia Tbk masih akan fokus pada produk existing yang masih memiliki permintaan tinggi.
Baca Juga
"Sepanjang kuartal I-2021, telah diserap Rp 143 miliar untuk penggunaan dana capex,” ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan Kino Indonesia, Budi Muljono kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (13/5/2021).
Advertisement
Pada periode yang sama, PT Kino Indonesia mencatat penurunan pendapatan Rp 964,26 miliar pada kuartal I-2021. Pendapatan ini turun sekitar 13,37 persen dari periode sama 2020 sebesar Rp 1,11 triliun.
Sejalan dengan itu, laba perseroan turun 70,63 persen dari Rp 57,95 miliar pada kuartal I-2020, menjadi Rp 17,01 miliar pada kuartal I-2021. Dari kondisi ini, laba per saham dasar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun dari Rp 40 pada kuartal I-2020 menjadi Rp 12 pada kuartal I-2021.
Sementara untuk kuartal II-2021, Perseroan masih optimistis akan mencatatkan kinerja yang lebih baik dari kuartal I-2021. Dengan catatan, distribusi vaksin dapat merata dan tidak ada potensi gelombang Covid-19.
"Kami lebih melihat bahwa secara keseluruhan tahun ini seharusnya ada peningkatan dari tahun 2020 lalu. Dengan catatan distribusi vaksin lancar dan tidak ada gelombang Covid-19 lagi sebagaimana terjadi di banyak negara lain,” kata dia.
Budi mengatakan, tidak ada aksi korporasi yang akan ditempuh Kino Indonesia pada semester I-2021, selain penyelenggaraan RUPS akhir bulan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham KINO
Pada penutupan perdagangan Selasa, 11 Mei 2021, saham PT Kino Indonesia Tbk (KINO) melemah 4,22 persen ke posisi Rp 2.270 per saham.
Saham KINO berada di posisi Rp 2.370 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 330 kali dengan nilai transaksi Rp 2,2 miliar.
Advertisement