Liputan6.com, Jakarta - Pada 2024 menjadi momen penting bagi PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan berbagai proyek yang masih dalam tahap konstruksi. Sejumlah proyek strategis ditargetkan selesai pada 2025 hingga 2026, termasuk tambang emas PANI yang diprediksi mulai beroperasi awal 2026.
Tambang PANI diperkirakan mulai produksi dengan kisaran 80.000–100.000 ounce emas pada tahap awal pada 2026.
Baca Juga
"Target kami adalah mulai produksi pada kuartal pertama 2026. Jika mengacu pada harga emas saat itu, tambang ini diharapkan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan perusahaan,” ujar Presiden Direktur PT Merdeka Copper Gold Tbk, Albert Saputro dalam temu media di kawasan Jakarta Selatan, ditulis Jumat (21/3/2025).
Advertisement
Meskipun harga emas saat ini mencetak rekor tertinggi, perseroan menegaskan sebagai perusahaan berbasis komoditas, mereka tetap berperan sebagai price taker, mengikuti tren pasar global tanpa bisa mengontrol harga. perseroan memastikan bahwa ekspansi produksi tetap sesuai dengan perencanaan awal yang telah ditetapkan.
"Tambahan produksi akan datang dari proyek PANI setelah selesai pada 2026, sehingga tidak ada perubahan pada target yang telah direncanakan,” ujar Albert.
Tahun ini, perseroan fokus pada penyelesaian proyek PANI serta mendukung pendanaan tambahan untuk HPAL di entitas anak, Merdeka Battery Material Tbk (MBMA). Sebagian besar belanja modal akan dialokasikan untuk kedua proyek tersebut.
"Obligasi rupiah tetap menjadi salah satu sumber pendanaan utama, dan sejauh ini likuiditasnya masih cukup baik,” ujar Albert.
Untuk itu, perseroan tidak memiliki rencana untuk menerbitkan instrumen pembiayaan baru pada tahun ini, kecuali untuk keperluan refinancing yang bersifat rutin.
Private Placement dan Buyback Saham
Sebelumnya, perseroan telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk private placement di anak usaha Merdeka Battery, namun dalam waktu dekat, perseroan belum ada rencana untuk mengeksekusi aksi tersebut. “Persetujuan ini lebih ditujukan untuk fleksibilitas ke depan. Saat ini belum ada rencana eksekusi,” jelas Albert.
Terkait buyback saham, perseroan juga belum memiliki keputusan yang definitif. “Saat ini belum ada rencana buyback, dan untuk perkembangan pasar saham sebaiknya ditanyakan langsung ke pemegang saham,” tambahnya.
Informasi saja, belum lama ini otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan kebijakan mengenai buyback tanpa persetujuan pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Artinya, emiten bisa melakukan buyback kapanpun, namun tetap memperhatikan transparansi kepada pemegang saham dan para stakeholder.
Advertisement
Dinamika Harga Nikel dan Proyek Tujuh Bukit
Albert mencermati harga nikel saat ini berada di kisaran USD 14.000–15.000 per ton di LME. “Di level harga ini, banyak produsen yang menghadapi tantangan finansial. Kami akan terus mencermati pergerakan pasar,” ujar Albert.
Sementara mengenai proyek tambang bawah tanah Tujuh Bukit di Banyuwangi, saat ini masih dalam tahap studi dan eksplorasi. Perseroan masih melakukan drilling dan optimasi cadangan untuk memastikan pengembangan yang optimal.
"Komposisi mineralnya, terutama antara tembaga dan emas, akan sangat bergantung pada tren harga global," kata Albert. Dengan berbagai proyek yang tengah berjalan, perseroan tetap optimis terhadap pertumbuhan perusahaan di tahun-tahun mendatang.
