Melihat Kelebihan dan Kekurangan Sektor Telekomunikasi versi Fitch Solutions

Populasi di Indonesia yang besar dan memiliki banyak generasi muda membuat permintaan layanan data seluler semakin tinggi.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 24 Jun 2021, 14:19 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2021, 14:19 WIB
Tower telekomunikasi
Menara telekomunikasi Mitratel (Foto: Mitratel).

Liputan6.com, Jakarta - Sektor telekomunikasi merupakan salah satu yang berkembang di tengah pandemi COVID-19. Hal ini tak terlepas dari kebijakan yang ditetapkan pemerintah, seperti menjaga jarak, work from home dan sekolah online.

Melihat ini Fitch Solutions mengeluarkan data terkait sektor telekomunikasi, tak terkecuali kelebihan dan kekurangannya. Dalam pemaparan yang diberikan, diketahui sektor seluler semakin berkembang pesat, dan memiliki beberapa pemain mapan dan lebih fokus mengembangkan sisi regional.

Tak hanya itu, kehadiran investor strategis utama, termasuk Singtel Singapura, Axiata dari Malaysia, dan CK Hutchison Hong Kong menambah semarak sektor telekomunikasi di Indonesia.

Pasar menara telekomunikasi yang berkembang dan aktivitas berbagi tingkat tinggi yang positif dalam meningkatkan jaringan cakupan juga menjadi prioritas saat ini.

Perusahaan telekomunikasi juga semakin gencar melakukan investasi dalam jaringan serat optik, sehingga harga yang ditawarkan lebih terjangkau untuk mendukung penyerapan broadband. Meski demikian, terdapat juga kelemahan di sektor telekomunikasi, seperti spektrum seluler terbatas karena kepadatan di sektor ini.

Tak hanya itu, regulasi juga tidak mengizinkan spektrum untuk dimasukkan selama merger, sehingga menghambat permainan konsolidasi antar operator seluler. Keterbatasan persaingan di pasar fixed-line karena dominasi Telkom juga menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Aksesibilitas internet yang terbatas di daerah pedesaan karena infrastruktur jaringan buruk menjadi salah satu kelemahan di sektor telekomunikasi.

Oleh karena itu, perusahaan harus jeli melihat peluang, tak terkecuali pengesahan Omnibus Law pada Oktober 2020 akan membuka jalan untuk berbagi jaringan yang lebih besar dan konsolidasi di sektor.

Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan basis pelanggan prabayar yang besar untuk ditingkatkan ke langganan pascabayar dengan margin lebih tinggi. Populasi di Indonesia yang besar dan memiliki banyak generasi muda membuat permintaan layanan data seluler semakin tinggi.

Perusahaan juga bisa menawarkan potensi penyedia konten internasional. Selain peningkatan perakitan lokal smartphone, mengikuti pengenaan konten lokal minimum 30 persen, persyaratan smartphone berkemampuan LTE sejak Januari 2017 berpotensi menurunkan harga ke arah jangka panjang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Operator Fokus pada Layanan

20161102-Menara Tower-Jakarta- Angga Yuniar
Menara jaringan telekomunikasi milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Jakarta, Rabu (2/11). Pemerintah akan terus mendorong perluasan akses digital di masyarakat di pelosok Tanah Air. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pembagian menara dan pertumbuhan pesat menara juga bisa mengurangi tekanan persaingan pada margin dan memungkinkan operator untuk fokus pada layanan, daripada infrastruktur.

Proyek kabel bawah laut dan peluncuran cincin serat utama akan meningkatkan konektivitas regional dan internasional. Tak hanya peluang, terdapat juga ancaman yang perlu diperhatikan di sektor ini, seperti diskon SIM yang tidak aktif kemungkinan akan tetap menjadi fitur yang menonjol di pasar.

Dominasi pasar prabayar yang menyebabkan tarif ARPU lemah. Tumbuhnya kesenjangan desa-kota sebagai pusat kontrak broadband di pulau-pulau besar Jawa dan Sumatera juga harus diperhatikan.

Hal terakhir yang perlu dijaga ialah meningkatnya preferensi di segmen konsumen untuk solusi broadband seluler dan biaya PC, sehingga tarif akan menghambat pertumbuhan broadband tetap.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya