Pembiayaan dari Pasar Modal Baru 1 Persen dalam Proyek Ekonomi Nasional

Dirut BNI, Royke Tumilaar menyebutkan, pasar modal memiliki andil sebesar 1 persen dalam sejumlah proyek strategis nasional.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Jul 2021, 12:06 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2021, 12:05 WIB
20161107-Ekonomi-RI-Jakarta-AY
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mencanangkan penciptaan kawasan ekonomi baru yang tersebar di sejumlah daerah di Indonesia. Rencana ada 10 kawasan industri baru, ada sembilan kawasan ekonomi prioritas nasional, dan 19 smelter. Hal ini diharapkan dapat turut mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, utamanya yang disebabkan pandemi COVID-19.

Sehubungan dengan itu, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Royke Tumilaar menyebutkan, pasar modal memiliki andil sebesar 1 persen dalam sejumlah proyek strategis nasional. Sementara perbankan masih mendominasi hingga 60 persen.

"Perbankan ini memang masih cukup tinggi dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional. Perbankan dalam pembangunan atau pendanaan sebagai sumber dana itu masih dominan kurang lebih 60 persen,” kata dia dalam Investor Daily Summit 2021, Selasa (13/7/2021).

Royke memaparkan, sesuai data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan telah menggelontorkan sekitar Rp 5.481 triliun pada 2020.

Sedangkan di posisi kedua berasal dari utang luar negeri Rp 2.957 triliun setara 32 persen, lembaga non-bank Rp 600 triliun atau 7 persen. Sisanya sekitar 1 persen dari pasar modal atau sebesar Rp 126,2 triliun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pembiayaan Perbankan Masih Mendominasi

Target Pertumbuhan Ekonomi
Gedung bertingkat mendominasi kawasan ibu kota Jakarta pada Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya dunia perbankan menyambut baik langkah pemerintah yang canangkan pembangunan jangka menengah nasional. Beberapa rencana yang sudah disiapkan yaitu 10 kawasan industri baru, ada 9 kawasan ekonomi prioritas nasional, dan 19 smelter.

"Dunia perbankan menyambut baik dan apresiasi langkah pemerintah untuk menciptakan kawasan ekonomi baru yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini penting karena perekonomian sudah memasuki fase pemulihan ekonomi akibat covid-19,” kata Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Royke Tumilaar dalam Investor Daily Summit 2021, Selasa, 13 Juli 2021.

Dia menuturkan, kehadiran kawasan ekonomi baru ini menjadi pendorong bergeraknya roda ekonomi daerah. Pada akhirnya akan menjadi sumber pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Hal ini akan terjadi melalui terciptanya pertumbuhan industri baru pertumbuhan investasi asing maupun domestik serta penciptaan lapangan kerja di daerah tersebut.

Selain itu pertumbuhan konsumsi masyarakat di daerah tersebut juga akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, Royke mengatakan perbankan masih mendominasi pembiayaan sejumlah proyek strategis.

"Perbankan ini memang masih cukup tinggi dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional. Perbankan dalam pembangunan atau pendanaan sebagai sumber dana itu masih dominan kurang lebih 60 persen," kata dia.

Royke memaparkan, sesuai data OJK, perbankan telah menggelontorkan sekitar Rp 5.481 triliun pada 2020. Sedangkan di posisi kedua berasal dari utang luar negeri Rp 2.957 triliun, lembaga non-bank Rp 600 triliun, dan dari pasar modal Rp 126,2 triliun. Selain itu, perbankan juga memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan investasi melalui penyaluran kredit investasi.

"Kredit investasi perbankan dan disalurkan ke daerah di Indonesia sampai dengan April 2021 sudah mencapai Rp 1.400 triliun,” beber Royke.

Rinciannya, paling banyak di PUlau Jawa sebesar Rp 1.150 triliun, Sumatera 145 triliun, Kalimantan Rp 56,13 triliun, Sulawesi Rp 34,02 triliun, Bali dan Nusa Tenggara Rp 32,63 triliun, dan Papua Rp 7,7 triliun.

"Itu masih banyak pulau Jawa kurang lebih Rp 1.150 triliun atau hampir 80 persen dari alokasi kredit nasional. Sehingga masih terdapat peluang bagi perbankan untuk turut membiayai proyek investasi di kawasan ekonomi baru khususnya yang berada di luar Jawa,” kata dia.

BNI, meski dalam masa sulit akibat pandemi COVID-19, masih mampu mencatatkan kenaikan kredit 2,2 persen YoY, bahkan saat pertumbuhan kredit nasional terkontraksi 3,8 persen. Dalam mencapai pertumbuhan kredit perbankan, BNI cukup selektif terhadap sektor-sektor tertentu supaya kualitas kredit terjaga.

"BNI sendiri ada beberapa sektor potensial ekonomi baik di industri manufaktur, agribisnis dan konstruksi. Total penyaluran kredit BNI di tiga sektor ini kurang lebih Rp 215 triliun,” kata dia.

Adapun rinciannya per Maret 2021, paling banyak industri manufaktur sebesar Rp 108,29 triliun. Disusul agribisnis Rp 57,89 triliun, dan konstruksi sebesar Rp 49,38 triliun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya