Wall Street Bervariasi Imbas Kekhawatiran Tapering The Fed

Bursa saham Amerika Serikat (AS) beragam dengan indeks Dow Jones catat penurunan pada perdagangan Kamis, 19 Agustus 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Agu 2021, 06:27 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2021, 06:27 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Kamis, 19 Agustus 2021. Indeks S&P 500 bergejolak seiring pasar hadapi kekhawatiran tentang bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menghadapi stimulus.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik tipis 0,1 persen ke posisi 4.405,80. Indeks Nasdaq menguat 0,1 persen menjadi 14.541,79. Indeks Dow Jones turun hampir 0,2 persen menjadi 34.894,12.

Indeks S&P 500 menghentikan penurunan dua hari berturut-turut, sementara indeks Dow Jones mencatat sesi penurunan ketiga berturut-turut. Risalah pertemuan the Fed pada Juli 2021 yang dirlis Rabu, 18 Agustus 2021 menunjukkan bank sentral AS telah mulai mengincar pengurangan USD 120 miliar dalam pembelian obligasi bulanan sebelum akhir tahun.

Pada pekan ini, tiga indeks utama berada di zona merah. “Pertarungan kecemasan pasar baru-baru ini tampaknya merupakan kombinasi dari investor mencari alasan untuk mengambil keuntungan, dan jalan bergelombang untuk membuka kembali ekonomi dengan varian COVID-19 baru yang meningkat,” Chief Market Strategist Nantional Securities, Art Hogan, dilansir dari CNBC, Jumat (20/8/2021).

Saham-saham teknologi termasuk Microsoft dan Netflix menguat pada Kamis pekan ini. Saham Nvidia melonjak 3,9 persen setelah pendapatan dan pendapatan kuartalan raksasa chip itu mengalahkan perkiraan wall street di tengah penjualan graphics cards yang kuat.

"Saya tidak berpikir kita berada dalam gelembung, yang menurut saya banyak berpikir tren menurun. Kami fokus pada kekuatan deflasi yang terbentuk dalam perekonomian,” ujar Investor Inovasi Cathie Wood.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham dan Harga Minyak

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Saham defensif seperti kebutuhan pokok konsumen dan perawatan kesehatan juga naik. Saham Procter and Gamble dan Merck masing-masing naik hampir 1,2 persen dan 0,8 persen.

Sementara itu, saham yang terkait erat dengan ekonomi memimpin penurunan. Produsen baja Nucor melemah 2,7 persen. Perusahaan minyak Devon Energy dan Occidental Petroleum masing-masing turun 3 persen dan 5,8 persen. Saham Freeport-McMoran susut 4,3 persen. Saham General Motors melemah 3,4 persen. Saham maskapai juga tertekan.

Harga minyak mentah WTI turun lebih dari dua persen ke posisi USD 63,69 dan tembaga merosot hampir dua persen  Hal ini terjadi di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan global tanpa dukungan pembelian obligasi the Fed. Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun merosot ke 1,24 persen pada Kamis sore waktu setempat.

Saham Robinhood melemah 10,2 persen setelah laporan pendapatan pertamanya sebagai perusahaan publik. Perseroan memperingatkan investor hasil kuartal III dapat dipengaruhi oleh perlambatan dalam perdagangan.

“Untuk tiga bulan yang berakhir pada 30 September 2021, kami memperkirakan hambatan musiman dan aktivitas perdagangan yang lebih rendah di seluruh industri akan menghasilkan pendapatan lebih rendah dan akun baru yang didanai jauh lebih sedikit dari pada kuartal sebelumnya,” kata perseroan.

Data Ekonomi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Selain itu, investor juga mencerna data ekonomi yang beragam pada Kamis pekan ini. Klaim pengangguran pertama kali mencapai level terendah pada era pandemi COVID-19 di posisi 348.000 turun lebih dari yang diharapkan dari minggu sebelumnya.

Indeks Philadelphia Fed yang mengukur pertumbuhan di wilayah tersebut masih mengindikasikan ekspansi tetapi pada tingkat yang lebih buruk dari yang diharapkan. Perolehan Agustus 19,4 di bawah konsensus 22 ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Goldman Sachs memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi pada kuartal saat ini menjadi 5,5 persen dari 9 persen, sehingga menambah sentimen negative. Perusahaan juga melihat inflasi lebih tinggi dari yang diharapkan pada sisa tahun ini.

“Dampak varian delta pada pertumbuhan dan inflasi terbukti agak lebih besar dari yang kami haraokan,” tulis Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya