Pengembang Properti China Sunshine 100 Gagal Bayar Obligasi

Sunshine 100 menuturkan perusahaan tidak mampu membayar kembali pokok dan bunga obligasi

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2021, 08:11 WIB
Diterbitkan 07 Des 2021, 08:11 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Shanghai - Pengembang China Sunshine 100 China Holdings mengumumkan pihaknya gagal membayar obligasi senilai USD 170 juta, setara Rp 2,4 triliun (estimasi kurs Rp 14.425 per dolar AS) akibat masalah likuiditas

Pengumuman itu muncul beberapa hari usai rivalnya China Evergrande Group tidak menjamin dapat memenuhi pembayaran utang akibat kekurangan dana.

Hal ini isyaratkan pengembang properti Beijing terus berjuang meskipun mulai melonggarkan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan kembali normal.

Sunshine 100 dalam pengajuan keterbukaan menuturkan perusahaan tidak mampu membayar kembali pokok dan bunga obligasi sebesar 10,5 persen yang jatuh tempo pada Minggu, 5 Desember 2021.

"Hal ini karena masalah likuiditas yang timbul dari dampak buruk termasuk sejumlah faktor ekosistme makroekonomi, kondisi rill dan industri perkebunan. Penundaan juga memicu provisi cross default di bawah instrumen utang tertentu lainnya, ” tambah perusahaan dilansir dari laman Channel News Asia, ditulis Selasa (7/12/2021).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Aturan Ketat China

Aktivitas Warga Beijing Saat Diselimuti Kabut Polusi
Orang-orang yang memakai masker untuk membantu mengekang penyebaran virus corona berjalan di atas jembatan di atas gedung perkantoran yang diselimuti kabut polusi di Beijing, Kamis (18/11/2021). (AP Photo/Andy Wong)

Pada 2021, China memperketat pembatasan real estat praktis memperburuk masalah utang Evergrande dan berpengaruh besar kepada pengembang domestik lainnya.

Tindakan keras ini pun memicu kekhawatiran potensi keruntuhan Evergrande dapat mengirimkan gelombang besar ke sektor real estat China hingga global.

Sejak Oktober, regulator China mendesak bank untuk memberikan pinjaman demi membantu pemenuhan kebutuhan pembiayaan pengembang. Rileksasi aturan diharapkan genjot lebih banyak perusahaan real estate untuk menerbitkan obligsi di pasar domestik.

 

Reporter: Ayesha Puri

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya