Gejolak Harga Bitcoin Bakal Mereda pada 2022

Saat ini juga berkembang ETF yang meramaikan bursa bitcoin yakni ETF yang banyak dipilih investor individu.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Des 2021, 13:07 WIB
Diterbitkan 26 Des 2021, 13:07 WIB
Aset Kripto
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin bergejolak sepanjang 2021. Aset kripto ini akan menyelesaikan 2021 dengan kenaikan signifikan daripada saat aset kripto tersebut memulai perdagangannya.

Penjualan satu bitcoin senilai di bawah USD 49 ribu setara Rp 698,1 juta (estimasi kurs Rp 14.248 per dolar AS) atau mengalami lonjkan 66 persen sejak Januari 2021. Secara bersamaan bitcoin pun mencatatkan penurunan hampir 30 persen dari rekor tertinggi di level USD 69 ribu atau setara Rp 983,1 juta pada November.

Lalu bagaimana selanjutnya untuk bitcoin dan aset kripto lainnya? Tak dipungkiri kripto telah menjadi arus utama. Dengan total keseluruhan aset kripto lebih dari USD 2,2 triliun atau Rp 31,3 kuadriliun. Bitcoin (BTC) menyumbang setidaknya senilai USD 920 miliar atau setara Rp 13,1 kuadriliun.

Sementara ethereum (ether) memiliki nilai pasar sebesar USD 475 miliar atau setara Rp 6,7 kuadriliun. Ether merupakan kripto pupuler untuk kontrak pintar dan token non-fungible (NTF). Alhasil mampu mengambil alih dunia seni dan barang koleksi. Harga ether melesat lebi dari lima kali lipat pada 2021. Harga awal senilai USD 730 (Rp 10,4 juta) menjadi USD 4 ribu atau Rp 56,9 juta.

Saat ini juga berkembang ETF yang meramaikan bursa bitcoin yakni ETF yang banyak dipilih investor individu untuk menanamkan modalnya. ETF yang masuk investasi di top kripto pun bisa ada di kartu.

"Langkah berikutnya adalah meluncurkan ETF tambahan untuk koin lain. Mungkin akan ada ETF eter pada awal 2022,” tutur Senior Vice President sekaligus Head Of Institutional Product ETF di Natixis Investment Managers Nick Elward, dikutip dari laman CNN, ditulis Minggu (26/12/2021).

Investor profesional dan institusional utama termasuk fund manager top George Soros dan Stanley Druckenmiller telah investasi di aset kripto. Namun, tekanan terbaru sebagai pengingat jelas tentang betapa sangat fluktuatifnya bitcoin dan harga aset kripto lainnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gejolak Bitcoin

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Pada 2017, investor berbondong-bondong mengalihkan modalnya ke bitcoin sekaligus menjadi saksi lonjakan harga bitcoin. Dari USD 1 ribu atau setara Rp 14,2 juta menjadi mendekati USD 20 ribu atau setara Rp 284,9 juta per koin pada Desember tahun itu.

Setelah itu terjadi terjun bebas senilai USD 3,5 ribu atau Rp 49,8 juta pada akhir 2018. Nilai bitcoin pulih ke angka USD 20 ribu dengan membutuhkan waktu cukup lama sampai Desember 2020.

Pergerakan tersebut tentu memiliki risiko tinggi dan memunginkan masih terus terjadi dalam harga kripto lainnya. Menurut para ahli kuncinya adalah investor harus belajar mengontrol emosi mereka dan mencoba meminimalkan pasang surut bitcoin yang tidak mungkin dihindari.

“Lebih dari sekali kami mengamati koreksi di pasar bitcoin. Jika investor institusional mulai mengambil keuntungan, maka itu dapat menyebabkan efek riak,” tutur Managing Partner Bitfrost (penyedia layanan aset digital) Anton Chashchin.

Chashchin menambahkan, perusahaan-perusahaan besar kemungkinan akan berbondong-bondong berinvetasi di bitcoin sebagai upaya lindung nilai potensial terhadap inflasi dan kenaikan suku bunga. Hal itu dapat merugikan mata uang tradisional yang didukung pemerintah.

“Bahkan jika sumber minat investor institusional adalah Fear of Missing Out (FOMO), semua keputusan institusional telah dibuat setelah pertimbangan yang cermat. Perusahaan-perusahaan ini telah menemukan manfaat potensial dari cryptos,” ungkap Chashchin.

Peningkatan adopsi dan legitimasi cryptocurrency juga kemungkinan akan membantu mengurangi beberapa volatilitas. Harga mungkin masih bergerak tajam, tetapi perubahannya mungkin tidak separah beberapa tahun terakhir.

“Memiliki institusi yang lebih besar dengan kantong yang lebih dalam dan tindakan yang lebih mantap untuk membeli kripto akan membantu entitas menahan volatilitas," ujar Presiden Ava Labs John Wu, sebuah perusahaan blockchain yang kompatibel dengan ethereum.

Pergerakan Investor

Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Elward dari Natixis Investment juga percaya lebih banyak dana pengelolaan akan lebih dekat melihat aset kripto. Dia menuturkan, ETF bictoin kemungkinan besar akan bergerak melampaui bitcoin yang berjalan masih pasif yang hanya mencerminkan arah masa depan bitcoin.

"Aktif cocok untuk investor kripto. Saya berharap lebih banyak manajer investasi menganalisis mana yang pilihan paling tepat untuk menanamkan asetny," kata Elward.

Dia menambahkan kripto adalah perpanjangan alami dari apa yang disebut dunia investasi alternatif. Sekelompok aset di luar saham dan obligasi yang biasanya mencakup emas dan logam mulia lainnya.

Sejalan dengan itu, beberapa ahli berpikir ether dan koin paling berharga ketiga di dunia ini, koin binance, dapat terus mendapatkan pangsa pasar versus bitcoin.

“Anda harus melihat kegunaan setiap kripto. Eter pada akhirnya bisa lebih besar dari bitcoin. Ini adalah rel untuk transaksi NFT,” ujar CEO Nimbus Platform Alex Lemberg, sebuah perusahaan pemberi pinjaman keuangan terdesentralisasi.

Wu, dari Ava Labs, juga berpikir investor akan bergerak melampaui bitcoin.

"Kami mengharapkan lebih banyak penyebaran di dunia kripto. Harga akan bergerak lebih berdasarkan adopsi. Kripto tidak akan diperdagangkan secara bersamaan,” ujar dia.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya