Memilih Saham Menarik di Tengah Sentimen Inflasi hingga Potensi Resesi Global

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, saat memilih saham di tengah keadaan sentimen resesi dan inflasi tinggi tetap memilih saham yang memiliki prospek baik.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 04 Okt 2022, 06:21 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2022, 06:21 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen ancaman resesi global, suku bunga dan inflasi tinggi membayangi bursa saham. Meski demikian, di tengah sentimen tersebut, pelaku pasar dapat memilih saham menarik untuk dicermati.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis  menuturkan, saat memilih saham di tengah keadaan sentimen resesi dan inflasi tinggi tetap memilih saham yang memiliki prospek baik dari perusahaan dan industrinya.

"Dalam memilih saham di tengah keadaan sentimen resesi dan inflasi tinggi tetap memilih saham yang memiliki prospek yang bagus baik dari perusahaan atau dari industrinya serta pilih saham yang masih undervalue,” kata Abdul kepada Liputan6.com, ditulis Selasa (4/10/2022).

Abdul mengatakan, pelaku pasar saat ini bisa melakukan wait and see atau membeli saat terjadi pelemahan pada saham yang undervalue.

"Saat ini bisa melakukan wait and see atau bisa buy on weakness pada saham yang memang sudah undervalue karena penurunan indeks bisa menjadi momentum investor untuk mendapat saham dengan harga murah terlebih di akhir tahun akan ada fenomena window dressing,” kata dia.

Untuk saham yang bisa dicermati, Abdul memilih saham antara lain  PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

“Rekomendasinya trading buy untuk ADRO dan ITMG dengan potensi upside 5-10 persen, dan untuk saham konstruksi rekomendasi buy WIKA, dan PTPP dengan potensi upside 15-20 persen,” kata dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Melihat Kondisi Bursa Saham Global

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Menurut ia, saat ini saham komoditas masih menarik untuk dicermati seperti ADRO, ITMG masih menarik dicermati, selain itu saham saham properti juga menarik untuk dilirik mengingat pembangunan IKN.

Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, investor disarankan wait and see menunggu kondisi pasar saham global stabil. 

“Strategi yang bisa dilakukan yaitu mulai mencicil saham-saham bluechip terutama yang memiliki neraca kuat dan kinerja stabil, dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi,” kata Jono.

Jono mengatakan, saham yang bisa dicermati antara lain, BBRI, AKRA, ASII, dan TLKM.

“Saham yang dapat dicermati antara lain, BBRI (TP (target price-red) 5.150), AKRA (TP 1.600), ASII (TP 8.500), TLKM (TP 5.500),” ujar dia.

Melihat Prospek IHSG pada Kuartal IV 2022

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, memasuki akhir tahun atau kuartal IV, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami koreksi. IHSG ditutup pada posisi 7.040 pada akhir kuartal III 2020. Mengutip data RTI, IHSG turun 1,9 persen dalam sebulan terakhir.

"Secara seasonality memang pada September biasanya IHSG mengalami koreksi, sehingga investor disarankan wait and see menunggu kondisi pasar saham global stabil," ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (2/10/2022).

Sementara untuk window dressing sendiri, Jono mencermati biasanya akan mulai terlihat pada Oktober. Window dressing utamanya terjadi pada saham LQ45. Kondisi ini bisa dijadikan peluang bagi investor yang ingin mulai mengoleksi saham-saham bluechip secara bertahap. 

Window dressing merupakan pola ketika harga saham cenderung menguat mendekati pergantian tahun. Hal ini karena fund manager cenderung memoles portofolionya pada akhir tahun sehingga rapornya bagus. Window dressing juga dilakukan emiten untuk merapikan laporan keuangan agar menarik pasar.

 

 

Strategi

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Strategi yang bisa dilakukan yaitu mulai melirik saham-saham bluechip yang memiliki neraca kuat, utang sedikit dan valuasi murah dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi,” imbuh Jono.

Adapun sektor yang bisa diperhatikan jelang akhir tahun yaitu perbankan, konsumer, ritel, dan komoditas.

Sementara itu, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saat ini belum ada perubahan target IHSG hingga akhir 2022. Adapun IHSG masih akan dibayangi sentimen potensi resesi global. IHSG diprediksi untuk bearish 6.743 dan bullish 7.480 hingga akhir 2022.

“Kami perkirakan seperti itu (sentimen resesi global-red), karena the Fed masih bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya