Strategi HM Sampoerna Kerek Pertumbuhan Kinerja

Presiden Direktur HM Sampoerna Vassilis Gkatzelis menuturkan, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas perseroan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Nov 2022, 11:52 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2022, 14:59 WIB
Paparan publik PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), Selasa, (1/11/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Paparan publik PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), Selasa, (1/11/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan kinerja keuangan beragam sepanjang sembilan bulan pertama 2022. HM Sampoerna meraup penjualan bersih Rp 83,39 triliun hingga September 2022. Penjualan bersih naik 15 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 72,51 triliun.

Beban pokok penjualan tercatat naik 18,58 persen menjadi Rp 70,89 triliun hingga September 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya Rp 59,78 triliun. Laba kotor tercatat Rp 12,50 triliun hingga kuartal III 2022. Laba kotor tersebut turun 1,8 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 12,73 triliun.

Sementara itu, Presiden Direktur HM Sampoerna Vassilis Gkatzelis menuturkan, terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas perseroan.

"Yang pertama adalah double digit atau dua angka tarif cukai yang di atas inflasi, kemudian yang kedua adalah lebarnya tarif cukai antara golongan 1 dan golongan 2 dan 3 dan juga ini ditambah lagi dengan purchasing power atau kemampuan konsumen yang mengakibatkan adanya down trading," kata Vassilis dalam paparan publik HMSP, Selasa (31/10/2022).

Menurut ia, saat ini pihaknya melihat ada jarak cukai yang sekitar 40 persen antara golongan 1 dan 2. Hal tersebut tentunya telah mengakibatkan dampak terhadap profitabilitas industri khususnya di golongan 1 dan Sampoerna adalah salah satu yang terdampak.

Dengan demikian, HM Sampoerna berupaya menciptakan nilai bagi semua pelaku kepentingan.

"Apa yang telah kami lakukan? Pertama adalah kami terus berusaha untuk menciptakan value untuk semua pelaku kepentingan, apply Sampoerna untuk tetap terlihat kuat dan recovery dari tahun ke tahun terlihat, dengan 7,9 persen pertumbuhan dan 15 persen pertumbuhan pendapatan," kata dia.

 

Kinerja Membaik per Kuartal

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dia menambahkan, HM Sampoerna melihat profitabilitas masih terlihat adanya penurunan. Namun, dari sisi perbandingan dari kuartal per kuartal sudah ada  perbaikan.

"Walaupun ketika kita melihat profitabilitas masih terlihat adanya penurunan, tapi dari sisi perbandingan dari kuartal per kuartal kita sudah melihat perbaikan dan dari sini kita sudah bisa melihat bahwa kita harapkan dengan adanya sustainable, jadi kinerja tarif cukai itu bisa dijaga," ujar dia.

Perseroan juga membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pemulihan ekonomi.

"Dengan ini bisa membantu pemerintah dalam mencapai tujuan dalam pemulihan ekonomi, kesehatan masyarakat, ketenagakerjaan, dan pemasukan negara," imbuhnya.

 

Transaksi Jumbo

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengumumkan sejumlah transaksi afiliasi bernilai jumbo atau sekitar Rp 16 triliun.

Melansir keterbukaan informasi Bursa efek Indonesia (BEI), Rabu (3/8/2022), terdapat tiga transaksi yang dijabarkan perseroan. Pertama, yakni perubahan dan pernyataan kembali perjanjian pinjaman antar perusahaan tertanggal 29 Juli 2022.

Transaksi ini melibatkan HM Sampoerna dan Philip Morris Finance S.A (PM Finance), di mana masin-masing bisa bertindak sebagai pemberi maupun penerima pinjaman. Sebagai informasi, pada 19 September 2015, perseroan dengan PM Finance telah mengikatkan diri dalam perjanjian pinjaman yang masih berlaku hingga 1 September 2025.

Perseroan setuju untuk menerima dan atau menyediakan fasilitas pinjaman dari atau kepada PM Finance untuk keperluan korporasi pada umumnya. Transaksi-tersebut telah disetujui oleh para pemegang saham perseroan melalui RUPS 18 September 2015 dalam rangka memenuhi peningkatan modal kerja dan pengelolaan dana saat itu.

Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit sejak 31 Desember 2021, nilai perjanjian-perjanjian pinjaman saat ini adalah Rp 14,6 triliun atau setara USD 1,03 juta, dengan tenor sampai 24 bulan untuk setiap penarikan. Suku bunga yang disepakati antara PM Finance dan perseroan yang merupakan suku bunga LIBOR berlaku untuk penarikan dalam dolar AS.

Sebagaimana dipublikasikan 2 hari kerja sebelum tanggal pencairan dana oleh PM Finance kepada perseroan, ditambah dengan 27 hingga 52 bps. Tingkat suku bunga secara keseluruhan dalam rupiah harus sama dengan atau lebih rendah dari tingkat pinjaman terendah yang ditawarkan oleh Bank Referensi kepada perseroan untuk pinjaman pada periode yang sama.

Transaksi Selanjutnya

Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengumumkan sejumlah transaksi afiliasi bernilai jumbo atau sekitar Rp 16 triliun.

Melansir keterbukaan informasi Bursa efek Indonesia (BEI), Rabu (3/8/2022), terdapat tiga transaksi yang dijabarkan perseroan. Pertama, yakni perubahan dan pernyataan kembali perjanjian pinjaman antar perusahaan tertanggal 29 Juli 2022.

Transaksi ini melibatkan HM Sampoerna dan Philip Morris Finance S.A (PM Finance), di mana masin-masing bisa bertindak sebagai pemberi maupun penerima pinjaman. Sebagai informasi, pada 19 September 2015, perseroan dengan PM Finance telah mengikatkan diri dalam perjanjian pinjaman yang masih berlaku hingga 1 September 2025.

Perseroan setuju untuk menerima dan atau menyediakan fasilitas pinjaman dari atau kepada PM Finance untuk keperluan korporasi pada umumnya. Transaksi-tersebut telah disetujui oleh para pemegang saham perseroan melalui RUPS 18 September 2015 dalam rangka memenuhi peningkatan modal kerja dan pengelolaan dana saat itu.

Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit sejak 31 Desember 2021, nilai perjanjian-perjanjian pinjaman saat ini adalah Rp 14,6 triliun atau setara USD 1,03 juta, dengan tenor sampai 24 bulan untuk setiap penarikan. Suku bunga yang disepakati antara PM Finance dan perseroan yang merupakan suku bunga LIBOR berlaku untuk penarikan dalam dolar AS.

Sebagaimana dipublikasikan 2 hari kerja sebelum tanggal pencairan dana oleh PM Finance kepada perseroan, ditambah dengan 27 hingga 52 bps. Tingkat suku bunga secara keseluruhan dalam rupiah harus sama dengan atau lebih rendah dari tingkat pinjaman terendah yang ditawarkan oleh Bank Referensi kepada perseroan untuk pinjaman pada periode yang sama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya