Liputan6.com, Jakarta - PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode ini, Adhi Karya dapat membukukan pendapatan sebesar Rp 9,1 triliun, meningkat 24 persen dibandingkan pendapatan September 2021 sebesar Rp 7,4 triliun.
Dari raihan itu, Adhi Karya juga mencetak laba bersih sebesar Rp 21 miliar atau naik sebesar 24 persen dari laba bersih September 2021.
Baca Juga
"Peningkatan bottom line ADHI pada September 2022 selain dikontribusikan dari peningkatan pendapatan juga disebabkan adanya efisiensi pada beban usaha. Hal tersebut terlihat dari penurunan margin beban usaha dari 7 persen di September 2021 menjadi 6 persen di September 2022,” kata Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Farid Budiyanto dalam keterbukaan informasi Bursa, Selasa (1/11/2022).
Advertisement
Sejalan dengan kenaikan pendapatan usaha, pada periode ini perseroan mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan menjadi Rp 8,06 triliun dari Rp 6,27 triliun pada September 2021. Sehingga laba kotor pada September turun tipis menjadi Rp 1,08 triliun dari Rp 1,09 triliun pada September 2021.
Sementara dari sisi beban usaha tercatat sebesar Rp 508,37 miliar, naik dari Rp 490,53 miliar pada September 2021. Alhasil, laba usaha turun menjadi Rp 567,28 miliar dari RP 594,9 miliar pada September 2021. Meski begitu, pada periode ini perseroan mencatatkan laba ventura bersama sebesar Rp 256,87 miliar dan penghasilan lainnya sebesar Rp 61,46 miliar.
Bersamaan dengan itu, bagian rugi entitas asosiasi tercatat sebesar Rp 5,82 miliar, beban keuangan Rp 599,89 miliar, dan beban pajak penghasilan final Rp 204,28 miliar.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 37,68 triliun, turun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 39,9 triliun.
Terdiri dari aset lancar Rp 29,55 triliun dan aset tidak lancar Rp 8,13 triliun. Dari sisi liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 31,58 triliun, turun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 34,24 triliun.
Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 24,67 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 6,91 triliun. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi Rp 6,1 triliun dari Rp 5,66 triliun pada Desember 2022.
Kantongi Setoran Modal dari Pemerintah
Sebelumnya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) telah menerima setoran modal pemerintah sebagai bagian dari proses rights issue secara penuh Rp 1,97 triliun pada 28 Oktober 2022, yang juga hari pertama perdagangan dalam rights issue.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (31/10/2022), manajemen Adhi Karya menyatakan, setoran modal ini menunjukan dukungan dan kepercayaan Pemerintah dalam rangka pengembangan bisnis Adhi Karya khususnya untuk Pembangunan Proyek-Proyek Strategis Nasional antara lain Tol Solo-Yogyakarta-YIA Kulon Progo, Proyek Tol Yogyakarta-Bawen, dan SPAM Karian-Serpong (Timur).
Adapun proses perdagangan rights issue Adhi Karya berlangsung mulai 28 Oktober hingga 8 November 2022. Selain Pemerintah, diharapkan pemegang saham publik ADHI yang memiliki Hak untuk Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dapat melakukan penebusan haknya dengan rasio saham 10.000.000 : 19.780.000.
“Apabila porsi publik terserap sepenuhnya, Adhi Karya dapat memperoleh total dana dari rights issue sebesar Rp3,8 triliun,” tulis perseroan.
Advertisement
Pemakaian Dana Rights Issue
Penggunaan dana rights issue selain untuk pengembangan ketiga Proyek Strategis Nasional di atas, juga dipergunakan untuk proyek Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera Selatan, Jalan Tol JORR Elevated Cikunir-Ulujami, dan pengembangan bisnis berbasis lingkungan berupa Fasilitas Pengolahan Limbah Terpadu (FPLT) di Kawasan Industri Medan.
Aksi korporasi rights issue ini seluruhnya digunakan untuk pengembangan bisnis sekaligus memperkuat struktur permodalan Adhi Karya. Sehingga setelah rights issue ditargetkan akan terjadi peningkatan perolehan kontrak baru, memperbesar potensi recurring income dan pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan.
Berdasarkan prospektus, berikut jadwal rights issue Adhi Karya:
• Perdagangan HMETD : 28 Oktober 2022-8 November 2022
• Pelaksanaan HMETD : 28 Oktober 2022-8 November 2022
• Akhir Pembayaran Pesanan Efek Tambahan : 10 November 2022
• Periode Penyerahan Efek : 01 November 2022 hingga 10 November 2022
• Penjatahan : 11 November 2022
• Pengembalian Kelebihan Uang Pesanan : 15 November 2022
Kontrak Baru hingga September 2022
Sebelumnya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) meraih kontrak baru Rp 18,1 triliun hingga September 2022. Kontrak baru itu naik 57,3 persen dibandingkan kontrak baru pada September 2021.
Pembangunan Ibu Kota Negara Baru (IKN) telah berkontribusi dalam perolehan kontrak hingga September 2022 dengan total nilai kontrak Rp1,4 triliun. Perolehan kontrak tersebut didominasi oleh proyek pembangunan Jalan Tol IKN Seksi 3A Segmen Karangjoang – Kariangau dengan nilai kontrak Rp1,1 triliun.
Selain itu, Adhi Karya juga telah memperoleh kontrak pekerjaan proyek pembangunan hunian pekerja dan fender jembatan Pulau Balang. Profil kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru sampai dengan bulan September 2022, meliputi lini bisnis Konstruksi sebesar 90 persen, Properti sebesar 6 persen, dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.
Selain lini bisnis, kontrak ini juga meliputi berbagai tipe pekerjaan yang terdiri dari proyek jalan dan jembatan sebesar 40 persen, gedung sebesar 12 persen, proyek infrastruktur lainnya seperti pembuatan dermaga, jalur kereta api, sumber daya air dan proyek energi, serta proyek lainnya sebesar 48 persen. Peningkatan kontrak baru ini diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan kinerja yang berkelanjutan bagi Adhi Karya.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Rabu, 19 Oktober 2022, saham Adhi Karyamelemah 4,58 persen ke posisi Rp 625 per saham. Saham ADHI dibuka turun 45 poin ke posisi Rp 610 per saham.
Saham ADHI berada di level tertinggi Rp 655 dan terendah Rp 610 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.314 kali dengan volume perdagangan 292.717 saham. Nilai transaksi Rp 18,3 miliar.
Advertisement