Bentoel Internasional Cetak Laba Rp 28 Miliar hingga Kuartal III 2022

PT Bentoel Internasional Investama Tbk mencatat penjualan Rp 4,82 triliun hingga September 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Nov 2022, 13:52 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2022, 13:52 WIB
Ilustrasi Neraca Keuangan atau Laba Rugi. Freepik
Ilustrasi Neraca Keuangan atau Laba Rugi. Freepik

Liputan6.com, Jakarta - PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) membukukan kinerja keuangan beragam hingga September 2022. Perseroan mencatat laba tetapi penjualan turun hingga September 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (4/11/2022), PT Bentoel Internasional Investama Tbk mencatat penjualan Rp 4,82 triliun hingga September 2022. Penjualan itu turun 27,57 persen dari periode kuartal III 2021 sebesar Rp 6,6 triliun. Beban pokok penjualan susut 28,51 persen menjadi Rp 4,14 triliun hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,8 triliun.

Dengan demikian, laba kotor tercatat Rp 674,72 miliar hingga September 2022. Laba kotor tersebut turun 21,19 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 856,22 miliar.

Perseroan mencatat penurunan sejumlah beban hingga September 2022. Beban penjualan turun menjadi Rp 185,05 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 448,26 miliar. Beban umum dan administrasi merosot jadi Rp 219,18 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode kuartal III 2021 sebesar Rp 285,87 miliar. Beban operasi lainnya naik menjadi Rp 291,66 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 36,87 miliar.

Melihat kondisi itu, laba usaha perseroan merosot 5,4 persen menjadi Rp 155,65 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 164,60 miliar. 

Namun, perseroan mencetak laba hingga September 2022. PT Bentoel Internasional Investama Tbk meraih laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk Rp 28 miliar hingga kuartal III 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya, perseroan rugi Rp 8,17 miliar.

Total ekuitas naik menjadi Rp 5,82 triliun hingga September 2022. Periode Desember 2021, ekuitas tercatat Rp 5,79 triliun.

Total liabilitas turun menjadi Rp 2,05 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 3,6 triliun. Perseroan membukukan aset Rp 7,87 triliun hingga September 2022 dari periode Desember 2021 sebesar Rp 9,3 triliun. Perseroan kantongi kas dan bank Rp 229,70 miliar hingga September 2022.

Rencana Bisnis Perseroan Sebelum Delisting

Paparan publik PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Rabu (27/7/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)
Paparan publik PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Rabu (27/7/2022) (Foto: Liputan6.com/Pipit I.R)

Sebelumnya, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) mengumumkan sejumlah rencana ekspansi tahun ini. Salah satunya, perseroan saat ini menyusun strategi untuk meningkatkan ekspor.

"Pada 2021, perseroan telah berhasil melakukan ekspor produk-produk berkualitas tinggi ke 23 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah yang nilainya mencapai Rp 2,7 triliun," kata Direktur PT Bentoel Internasional Investama Tbk, Dinar Shinta Ulie dikutip, Kamis (28/7/2022).

Di sisi lain, perseroan juga menanti sejumlah regulasi yang akan akomodasi keberlangsungan industri ini, termasuk untuk ekspor. Presiden Direktur Bentoel Internasional Investama, William Lumentut menambahkan, ekspor merupakan salah satu pilar utama perseroan.

Pada saat bersamaan, perseroan juga juga terus melakukan eksplorasi baik dari sisi produk maupun negara tujuan ekspor. Sayangnya, William belum bisa mengungkapkan lebih rinci mengenai target ekspor sampai akhir tahun.

"Untuk perincian target ekspor kami belum bisa merilis lebih lanjut saat ini. Yang jelas, kami mengerjakan yang terbaik untuk memberikan benefit bagi Indonesia sebagai negara pengekspor, juga bagi perusahaan untuk generate revenue alternative lewat ekspor,” imbuh dia.

Perseroan saat ini juga tengah mengembangkan produk VELO. Yaitu produk inovasi berupa kantong nikotin modern oral all-white untuk para perokok dan pengguna nikotin dewasa. Untuk saat ini, produk tersebut diprioritaskan untuk ekspor, mengingat minat di dalam negeri masih belum besar dibanding luar negeri.

Pengembangan Produk

RUPSLB PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Selasa (28/9/2021)  (Dok: PT Bentoel Internasional Investama Tbk)
RUPSLB PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Selasa (28/9/2021) (Dok: PT Bentoel Internasional Investama Tbk)

Direktur Bentoel Internasional Investama, Thomas Christian mengatakan, penjualan VELO pada 2021 cukup baik bahkan tumbuh empat kali lipat.

"Di Indonesia industri smokeless belum cukup diterima karena konsumen belum ada kebutuhan secara langsung untuk mengurangi asap ke produk tanpa asap," kata dia.

VELO sebagai kantong nikotin bebas tembakau tanpa asap dan tanpa bau, dengan sensasi rasa yang berbeda, bisa digunakan kapan saja, di mana saja tanpa perlu ribet. VELO ditujukan untuk  yang sudah berusia 18 tahun ke atas, pengguna produk nikotin, bukan perempuan hamil atau menyusui.

Produk ini bisa digunakan sambil beraktivitas tanpa mengganggu orang di sekitar. Cukup letakkan di sela bibir dan gusiatas, dan rasakan sensasinya selama 20 – 30 menit.

Alasan Go Private

RUPSLB PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Selasa (28/9/2021)  (Dok: PT Bentoel Internasional Investama Tbk)
RUPSLB PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA), Selasa (28/9/2021) (Dok: PT Bentoel Internasional Investama Tbk)

Sebelumnya, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) akan mengubah status perusahaan menjadi go private dan melakukan penghapusan pencatatan (delisting) saham perseroan.

PT Bentoel Internasional Investama Tbk pun akan meminta persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan go private dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Perseroan akan gelar RUPSLB pada 28 September 2021.

Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, 20 Agustus 2021, perseroan menyampaikan sejumlah alasan untuk go private. Perseroan menyatakan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham publik saat ini relatif kecil yaitu kurang lebih 7,52 persen dari modal ditempatkan perseroan.

“7,29 persen dimiliki oleh satu pihak, sehingga hanya 0,23 persen yang dimiliki pemegang saham publik lainnya, dengan jumlah pemegang saham public saat ini kurang lebih 2.385 pemegang saham,” tulis perseroan.

Saham perseroan itu tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid. Oleh karena itu, perseroan mengajukan rencana go private dengan sejumlah alasan ini:

-Setelah rights issue pada 2016, perseroan tidak melakukan penggalangan dana (capital raising) dari pasar modal dan tidak ada rencana untuk melakukannya di masa depan.

-Kinerja keuangan perseroan merugi yang berpengaruh pada kinerja harga saham.

-Perseroan tidak memberikan dividen kepada pemegang sahamnya setelah tahun buku 2010 karena posisi saldo laba yang negatif.

-Saham perseroan tidak aktif diperdagangkan di BEI.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya