Wall Street Beragam, Indeks S&P 500 Melonjak Tersengat Saham Meta

Wall street beragam pada perdagangan Kamis, 2 Februari 2023 dengan indeks S&P 500 menguat 1,47 persen. Saham Meta melambung 23 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Feb 2023, 07:28 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2023, 07:28 WIB
Wall Street Bervariasi Usai Rilis Laporan Keuangan Meta
Wall street beragam pada perdagangan Kamis, 2 Februari 2023 didorong laporan keuangan META. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 2 Februari 2023. Indeks S&P 500 naik ke level tertinggi dalam lima bulan seiring kinerja keuangan Meta lebih baik dari perkiraan yang semakin meningkatkan sentimen di sektor saham teknologi.

Sektor saham teknologi memimpin koreksi pada 2022. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,47 persen menjadi 4.179,76 ke level terbaik sejak Agustus.Demikian mengutip dari laman CNBC, Jumat (3/2/2023).

Sementara itu, indeks Nasdaq melompat 3,25 persen menjadi 12.200,82, ke level tertinggi sejak September. Keuntungan datang jelang rilis tiga raksasa perusahaan teknologi setelah penutupan perdagangan. Apple, Amazon dan Alphabet akan merilis laporan keuangan.

Pada saat yang sama, indeks Dow Jones merosot 39,02 poin atau 0,11 persen menjadi 34.053,94. Indeks acuan tersebut melemah terseret saham Merck. Hal ini setelah perusahaan farmasi tersebut mengeluarkan prospek yang lemah untuk hasil labanya, meskipun mengalahkan perkiraan analis baik pendapatan dan laba.

Beberapa momentum keluar dari kenaikan hari sebelumnya seiring imbal hasil obligasi diperdagangkan dari posisi terendahnya. Pada satu titik, indeks S&P 500 naik 1,8 persen. Sementara itu, laporan pekerjaan pada Januari rilis pada Jumat, 3 Februari 2023.

Saham Meta melambung 23 persen pada hari terbaiknya sejak 2013 setelah melaporkan pendapatan kuartal IV 2022 yang kalahkan prediksi. Meta juga umumkan pembelian kembali saham senilai USD 40 miliar atau sekitar Rp 595,91 triliun (asumsi kurs Rp 14.898 per dolar AS). Hal itu membantu investor mengatasi kerugian di unit bisnis yang mengawasi metaverse.

Saham teknologi kapitalisasi besar lainnya juga mengikuti kenaikan. Saham induk Google, Alphabet melonjak hampir 7,3 persen. Saham Amazon bertambah 7,4 persen. Saham Apple mendaki 3,7 persen.

Saham teknologi telah mengungguli pada 2023 yang didukung sinyal baru-baru ini tentang meredanya inflasi yang diharapkan investor dapat menyebabkan jeda dari the Federal Reserve (the Fed) seiring kampanye kenaikan suku bunga yang agresif.

 


Sektor Saham Teknologi Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sektor saham teknologi S&P 500 melompat lebih dari 14 persen pada 2023 setelah koreksi lebih dari 28 persen tahun lalu.

"Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan mengungguli nilai karena melepaskan beberapa tekanan retorika hawkish yang dibawa ke pasar berisiko selama 2022,” ujar Senior Portfolio Manager GLOBALT Investments, Keith Buchanan dikutip dari laman CNBC, Jumat (3/2/2023).

Sebelumnya wall street keluar dari sesi kemenangan setelah the Fed pada Rabu, 1 Februari 2023 mengumumkan kenaikan suku bunga 0,25 persen. Sementara itu, bank sentral tidak membeirkan indikasi jeda yang akan datang dalam kenaikan suku bunga, investor didorong oleh kenaikan lebih kecil dan komentar Ketua the Fed  Jerome Powell yang akui pelonggaran inflasi.

Rata-rata ekonom mengharapkan data penggajian pada Jumat menunjukkan 187.000 pekerjaan ditambahkan pada Januari 2023, menurut perkiraan Dow Jones. Padahal Kamis sore, ekonom Goldman mengatakan penambahan 300.000 bisa berarti the Federal Reserve harus lebih jauh mendinginkan ekonomi dan mengekang inflasi.


Wall Street Melonjak pada 1 Februari 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 1 Februari 2023. Penguatan wall street terjadi seiring investor mengabaikan kenaikan suku bunga 0,25 persen dari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Investor sebaliknya fokus pada komentar dari Ketua the Fed Jerome Powell yang akui penurunan inflasi. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,05 persen menjadi 4.119,21, dan membalikkan penurunan sebelumnya hampir 1 persen, demikian mengutip dari laman CNBC.

Indeks Nasdaq bertambah 2 persen ke posisi 11.816,32 yang didorong kenaikan produsen saham chip. Hal ini seiring penguatan laba dari Advanced Micro Devices.

Sementara itu, indeks Dow Jones naik 6,92 poin atau 0,02 persen ke posisi 34.092,96. Sebelumnya, indeks Dow Jones sempat tergelincir lebih dari 500 poin.

Kenaikan terbaru the Fed mewakili perlambatan dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember 2022, memberikan persetujuan kepada investor yang berharap bank sentral akan kurangi pengetatan yang agresif. Pasar selanjutnya didorong komentar Powell.

“Kami sekarang dapat mengatakan untuk pertama kalinya proses disinflasi telah dimulai. Kami dapat melihatnya benar-benar dalam harga barang sejauh ini,” ujar Powell dikutip dari CNBC, Kamis (2/2/2023).

Namun, bank sentral tidak memberikan petunjuk nyata tentang jeda kenaikan, menjaga bahasa dalam pernyataan setelah pertemuan kalau kenaikan yang sedang berlangsung dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen.

 

 


Belum Ada Tanda The Fed Turunkan Suku Bunga

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Dalam sambutannya pada konferensi pers, Powell menambahkan, the Fed perlu membatasi ke depan dan bank sentral memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

“Saya belum melihat tanda-tanda the Fed terbuka untuk penurunan suku bunga 2023. Saya tidak yakin the Fed bahkan mencoba melakukan soft landing. Meskipun mereka tidak akan pernah mengatakannya, mereka mungkin lebih memilih aspek restorative dari resesi dan bear market yang tepat,” ujar Portfolio Manager Brandywine Global, Bill Zox.

Ada beberapa indikasi baru-baru ini inflasi mereda dalam ekonomi lebih luas dan the Fed mengakui hal itu, mengatakan dalam pernyataan setelah pertemuan itu telah mereda tetapi tetap tinggi.

Indeks acuan juga mendapatkan dorongan karena laba perusahaan kuartal IV sebagian besar terus menunjukkan keuntungan yang tangguh. Saham Peloton melonjak 26,5 persen setelah perusahaan peralatan kebugaran mengatakan rugi bersih menyempit dari tahun ke tahun. Saham Advanced Micro Devices bertambah 12,6 persen setelah perusahaan semikonduktor melaporkan laba kuartal IV yang mengalahkan harapan.

Wall street membawa kinerja positif dari awal 2023. Indeks S&P 500 mencatat kinerja terbaik sejak 2019. Indeks Nasdaq mencatat kinerja Januari terkuat dalam 22 tahun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya