AS Tutup Silicon Valley Bank, Salah Satu Kegagalan Bank Terbesar Sejak Krisis Keuangan Global

Silicon Valley Bank (SVB) ditutup oleh regulator keuangan Amerika Serikat (AS) pada Jumat, 10 Maret 2023. Penutupan SVB ini termasuk kegagalan bank terbesar di AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Mar 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2023, 10:00 WIB
Regulator keuangan menutup Silicon Valley Bank pada Jumat, 10 Maret 2023 (Foto: Laman Silivon Valley Bank)
Regulator keuangan menutup Silicon Valley Bank pada Jumat, 10 Maret 2023 (Foto: Laman Silivon Valley Bank)

Liputan6.com, Jakarta - Regulator keuangan Amerika Serikat (AS) telah menutup Silicon Valley Bank (SVB) dan mengambil kendali atas depositonya. Hal itu diumumkan Federal Deposit Insurance Corp pada Jumat, 10 Maret 2023.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (11/3/2023), penutupan Silicon Valley Bank merupakan kegagalan bank terbesar di Amerika Serikat (AS) sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu. Runtuhnya SVB, pemain kunci dalam komunitas teknologi dan modal ventura membuat perusahaan dan individu kaya tidak yakin apa yang akan terjadi dengan uangnya.

Berdasarkan siaran pers dari regulator,the California Department of Financial Protection and Innovation menutup SVB dan menyebutkan FDIC sebagai penerima. FDIC pada gilirannya telah menciptakan the Deposit Insurance National Bank of Santa Clara, yang sekarang memegang simpanan yang diasuransikan Silicon Valley Bank.

Dalam pengumumkan FDIC mengatakan, deposan yang diasuransikan akan memiliki akses ke simpanan paling lambat Senin pagi, 13 Maret 2023. Kantor cabang SVB juga akan dibuka kembali pada saat itu, di bawah kendali regulator. Berdasarkan siaran pers, pemeriksaan SVB akan terus dilakukan.

Asuransi standar FDIC mencakup hingga USD 250.000 per deposan, per bank untuk setiap kategori kepemilikan akun. FDIC mengatakan deposan yang tidak diasuransikan akan mendapatkan sertifikat penerima untuk saldo mereka.

Regulator mengatakan akan membayar dividen lanjutan kepada deposan yang tidak diasuransikan pada pekan depan dengan potensi pembayaran dividen tambahan karena regulator menjualan aset SVB.

Apakah deposan dengan lebih dari USD 250.000 pada akhirnya mendapatkan semua uang mereka kembali akan ditentukan oleh jumlah uang yang didapat regulator saat menjual aset Silicon Valley atau jika bank lain mengambil alih kepemilikan aset yang tersisa.

Ada kekhawatiran dalam komunitas teknologi hingga proses itu terungkap, beberapa perusahaan mungkin mengalami masalah dalam membuat daftar gaji.

 

Salah Satu Kegagalan Bank Terbesar di AS

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Pada akhir Desember, SVB memiliki aset sekitar USD 209 miliar dan total simpanan USD 175,4 miliar, menurut siaran pers. FDIC mengatakan, tidak jelas bagian mana dari simpanan itu yang berada di atas batas asuransi.

Kegagalan bank Amerika Serikat terakhir sebesar ini adalah Washington Mutual pada 2008 yang memiliki aset USD 307 miliar.

SVB adalah bank besar untuk perusahaan yang didukung ventura yang sudah berada di bawah tekanan karena suku bunga yang lebih tinggi dan perlambatan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO)  yang mempersulit untuk mengumpulkan uang tunai tambahan.

Dampak Penutupan SVB

Penutupan SVB tidak hanya berdampak pada simpanan, tetapi juga fasilitas kredit dan bentuk pembiayaan lainnya.  FDIC mengatakan, kreditur harus terus melakukan pembayaran seperti biasa.

Langkah tersebut merupakan kejatuhan cepat untuk SVB. Pada Rabu, bank mengumumkan akan mencari modal tambahan lebih dari USD 2 miliar atau sekitar Rp 30,95 triliun (asumsi kurs Rp 15.475 per dolar AS) setelah menderita kerugian USD 1,8 miliar atau Rp 27,8 triliun dari penjualan aset.

Saham SVB Financial Anjlok

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Saham perusahaan induk SVB Financial Group turun 60 persen pada perdagangan Kamis pekan ini. Hal itu membawa kapitalisasi pasar saham di bawah USD 7 miliar atau sekitar Rp 108,3 miliar.  Saham SVB turun lagi 60 persen pada perdagangan premarket Jumat, 10 Maret 2023 sebelum dihentikan.

CNBC melaporkan Jumat pekan ini upaya meningkatkan modal telah gagal dan SVB beralih ke potensi penjualan. Namun, aliran simpanan yang cepat mempersulit proses penjualan. Sementara banyak analis wall street berpendapat perjuangan SVB tidak mungkin menyebar ke sistem perbankan yang lebih luas, saham bank menengah dan regioal lainnya mengalami tekanan pada Jumat pekan ini.

Menteri Keuangan Janet Yellen menuturkan, selama kesaksian di hadapan House Ways and Means Committee pada Jumat pagi kalau dia memantau dengan sangat hati-hati perkembangan di beberapa bank. Yellen membuat komentarnya sebelum pengumuman FDIC.

Tak lama setelah meninggalkan Capitol Hill, Yellen menuturkan, pertemuan pejabat tinggi di FED, FDIC, dan pengawas mata uang khusus untuk membahas situasi di SVB.

 

Infografis Ketimpangan Ekonomi Global
Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya